Sandiaga sebut tanah dan rumah retak karena penggunaan air tanah
Merdeka.com - Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno baru saja mengadakan kegiatan sosialisasi penggunaan air perpipaan 'mari berhenti pakai air tanah' yang dibalut dalam acara Coffe Morning di area kediamannya.
Dalam kegiatan ini, Sandiaga mendorong seluruh masyarakat untuk berhenti menggunakan air tanah dan beralih ke air PAM. Dia pun ingin kegiatan ini dapat berlanjut ke beberapa wilayah lain dan penggunaan air PAM tidak hanya digunakan oleh wilayah perkantoran.
"Hari ini saya mencoba mengubah diri saya sendiri. Kalo di perkantoran sudah mulai, di rumah juga harus mulai, Ke depan, saya nyatakan gerakan dimulai dari rumah," katanya di kediamannya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (21/3).
-
Apa harga tanah termahal di Indonesia? Tanah kosong di kawasan ini sudah terbilang sangat jarang karena sebagian besar sudah digunakan untuk membangun gedung mewah yang digunakan oleh perusahaan terkenal baik lokal maupun perusahaan global.
-
Kenapa warga kesulitan air bersih? Kekeringan tahun ini disebabkan oleh fenomena El Nino yang membuat curah hujan sangat rendah.
-
Di mana harga tanah paling mahal di Indonesia? Wilayah yang berada di sekitar Bundaran HI ini jadi kawasan paling elit dan termahal di Indonesia!
-
Kenapa Garam Kusamba mahal? Untuk harga garam ini sendiri berkisar Rp30.000 per kilogram, atau sedikit lebih mahal dari garam pabrik yang harganya masih di angka Rp10.000 per kilogram.
-
Apa yang Pertamina turunkan harganya? Pertamina Patra Niaga kembali melakukan penyesuaian turun harga untuk Pertamax Series dan Dex Series.
-
Siapa yang prihatin dengan mahalnya beras? 'Pastinya, kami turut prihatin dan merasakan betul kegelisahan masyarakat, khususnya kalangan ibu-ibu, karena harga beras yang masih mahal. Apalagi, saat ini kita sedang Ramadhan, dan sebentar lagi akan memasuki Hari Raya Idul Fitri.
Politisi Gerindra ini menjelaskan, tanah-tanah ataupun rumah-rumah yang retak bukan dikarenakan adanya gempa, tapi kondisi tanah yang semakin turun akibat beban penggunaan air tanah.
"Jangan kaget kalau lihat cracking house, tanah terbelah. Orang bilang gempa, padahal bukan, tanahnya turun dan bangunan tidak mampu menyangga. Simpel saja," ujarnya.
Penggunaan air PAM sendiri masih dirasakan minim di kawasan kumuh. Hal itu diakui Sandiaga masih menjadi tugas rumah bagi Pemprov DKI ke depannya.
"Oh kawasan kumuh itu PR kita ke depan, di kawasan kumuh miskin padat kita juga harus salurkan," kata Sandiaga.
Di kesempatan yang sama, Direktur Utama PT PAM Jaya, Erlan Hidayat, juga mendorong hal senada. Erlan turut mengimbau masyarakat untuk mengurangi, penggunaan air tanah.
Erlan menuturkan, harga air tanah jauh lebih mahal dibandingkan air PAM. Bahkan perbedaannya, kata dia, hingga 13 kali lipat. Karena itu, ia pun merasa bingung banyak orang yang masih bertahan memakai air tanah daripada air PAM.
"Kalau ada seseorang bayar 1 juta, itu bisa bayar 13 juta. Kalau dia masih pakai air tanah, kita perlu pertanyakan, kok mau ya bayar lebih mahal," tutur Erlan.
"Jadi saya pikir itu logikanya, makanya mesti kita tertibkan. Saat ini kita lebih mengarahkan kepada marilah bergerak kurangi air tanah," sambungnya.
Selain Dirut PT PAM, hadir juga sejumlah pejabat terkait dalam acara ini, seperti dirut Aerta M Selim dan Dirut Pal Jaya Teguh Subekti.
Reporter: Yunizafira Putri
Sumber: Liputan6.com (mdk/fik)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saat ini sebagian warga mengandalkan air tanah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Baca SelengkapnyaPenurunan muka tanah di selatan Jakarta ini karena penggunaan air tanah.
Baca SelengkapnyaBegini cara mengajukan izin menggunakan air tanah ke pemerintah.
Baca SelengkapnyaDaratan hingga rumah penduduk terancam hilang akibat abrasi yang terus terjadi
Baca SelengkapnyaWilayah pesisir Jakarta Utara bukan hanya menjadi langganan banjir rob sebagai dampak krisis iklim, tetapi juga menghadapi krisis air bersih.
Baca SelengkapnyaPengadaan lahan, biaya konstruksi, hingga pembiayaan yang dianggap belum optimal, jadi kontribusi tingginya harga rumah.
Baca SelengkapnyaDinas Lingkungan Hidup (DLH) mencatat penurunan muka tanah atau land subsidence di pesisir Kota Semarang berkisar 7-13 cm per tahun.
Baca SelengkapnyaSelain ekonomi, nasib 50 juta masyarakat di kawasan pesisir juga dipertaruhkan.
Baca Selengkapnya"Sumur-sumur sudah mengering, sehingga warga hanya bisa mendapatkan air dari dasar sungai,” Sunardi.
Baca SelengkapnyaMusim kemarau berkepanjangan membuat penjual air bersih keliling meraup keuntungan lebih.
Baca SelengkapnyaMereka sudah merasakan dampak kekeringan sejak Mei.
Baca SelengkapnyaSetiap tahunnya, penurunan tanah mencapai 10 cm terjadi di Kendal dan Demak.
Baca Selengkapnya