Kisah Perajin Wayang Kulit di Sukoharjo, Berusaha Menyesuaikan dengan Zaman
Merdeka.com - Pak Marwanto, merupakan seorang perajin dan pengusaha wayang kulit asal Desa Sonorejo, Kabupaten Sukoharjo. Pria yang juga merupakan murid dari dalang Ki Manteb Soedarsono itu merintis usaha tata sungging wayang kulit sejak tahun 1995.
Wayang kulit hasil karyanya tidak hanya digunakan dalang-dalang terkenal, namun juga diminati para kolektor, pejabat, dan kantor-kantor dinas. Namun minimnya minat generasi muda untuk menjadi perajin wayang dan semakin langkanya bahan baku membuat usaha wayang kulit yang ia tekuni bersama beberapa perajin lainnya asal Desa Sonorejo terancam hilang.
Lalu seperti apa kisah Pak Marwanto dan juga para perajin wayang kulit di Desa Sonorejo, Sukoharjo? Berikut selengkapnya:
-
Siapa yang mewariskan keahlian membuat wayang kulit? Keahlian membuat wayang kulit sudah diwariskan secara turun temurun sejak tahun 1930-an.
-
Siapa yang membuat wayang kulit jagung? 'Nama Wayang ini adalah SHM, ini punya arti Sukaesih Harus Mandiri, karena saya membuat wayang kulit jagung ini seluruhnya seorang diri,' terangnya
-
Dimana wayang kulit jagung dibuat? Cara membuatnya bisa dilakukan sendiri di rumah. Esih memulainya dengan mengumpulkan kulit jagung di lingkungan sekitarnya, lalu dijemur hingga mengering.
-
Apa jenis wayang kulit yang ada di Sumut? Di Indonesia sendiri, ada berbagai jenis wayang kulit yang bisa ditemukan di berbagai daerah.
-
Dimana sentra kerajinan wayang kulit di Bantul? Di Kabupaten Bantul, terdapat sentra kerajinan wayang kulit, tepatnya di Desa Wukirsari, Kapanewon Imogiri.
-
Wayang kulit jagung itu apa? Menurut Esih, wayang buatannya punya corak menarik sehingga cocok dijadikan souvenir maupun hiasan dinding. 'Awalnya saya juga membuat kerajinan bros, lalu dapat usul untuk membuat sesuatu yang baru. Akhirnya terpikir untuk membuat kreasi wayang ini,' terangnya, mengutip tangerangkota.go.id, Minggu (28/4).
Mendirikan Sanggar
©YouTube/Tanilink TV
Pada1995, Pak Marwanto mendirikan sanggar khusus sebagai tempat pembuatan wayang. Sanggar itu ia namakan sesuai namanya sendiri.
Sebelum mendirikan sanggar, Pak Marwanto masih berguru kepada Ki Manteb. Saat sebelum pandemi, karyawan sanggarnya telah berjumlah 15 orang. Namun saat pandemi datang, pesanan wayang terus menurun.
“Terpaksa saya suruh mengerjakan wayang di rumah. Sesudah itu digilir masuk,” kata Marwanto dikutip dari kanal YouTube Tanilink TV.
Gandeng Generasi Muda
©YouTube/Tanilink TV
Sebelum pandemi, Pak Marwanto sempat mengumpulkan anak-anak untuk diajari membuat wayang. Hanya saja pada akhirnya mereka tidak telaten belajar.
“Kalau belajar wayang, natahnya saja perlu belajar minim dua tahun. Terus perwarnaannya, butuh dua tahun juga. Dari satu tokoh ke tokoh lain punya karakter sendiri-sendiri,” kata Pak Marwanto.
Menyesuaikan Diri dengan Zaman
©YouTube/Tanilink TV
Bagi Pak Marwanto, sebuah kebudayaan khususnya wayang bisa saja dimodifikasi. Ia mencontohkan dulu dalang Ki Seno Nugroho membuat lakon wayang yang sekiranya bisa diterima anak muda. Sayangnya dalang tersebut tidak berumur panjang.
“Kalau saya pengrajin kan tinggal bikin. Mengikuti permintaan dalang. Dalangnya ingin dibuat seperti apa wayangnya, saya siap-siap saja. Contohnya Pak Seno mau buat wayang seperti apa saja ya kesampaian. Buat muka bagong juga kesampaian,” kata Pak Marwanto. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebagian besar masyarakat di dusun tersebut berprofesi sebagai pengrajin wayang kulit. Keahlian mereka sudah diwariskan secara turun-temurun
Baca SelengkapnyaJenis wayang kulit di Indonesia tersebar di beberapa daerah. Setiap daerah memiliki ciri khas dan keunikannya masing-masing.
Baca SelengkapnyaWalaupun tidak seramai dulu, abah Djani tetap setia menjadi pembuat wayang golek Purwakarta
Baca SelengkapnyaProduk kerajinan batik kayu di Krebet telah menjangkau pasar nasional maupun internasional
Baca SelengkapnyaSelain kuliner, Kota Solo terkenal dengan berbagai kerajinan tangan yang memukau
Baca SelengkapnyaKonon kerajinan sangkar burung di sana sudah ada sejak zaman Penjajahan Jepang. Namun kini eksistensinya makin redup.
Baca SelengkapnyaPerlu diketahui bahwa sebenarnya tokoh-tokoh wayang ini ada banyak dan dibagi menjadi beberapa kategori, apa saja?
Baca SelengkapnyaPara perajin payung lukis di Juwiring sudah banyak yang meninggal. Tak banyak generasi muda yang berminat meneruskannya.
Baca SelengkapnyaKegiatan ini selain mengenalkan warisan budaya wayang kulit kepada Gen Z juga sebagai ajang regenerasi perajin wayang.
Baca SelengkapnyaBeberapa pekan lalu, Kantor DPD PDIP Jawa Timur didatangi kelompok pengrajin Industri Tas dan Koper (Intako) kulit, Tanggulangin Sidoarjo.
Baca SelengkapnyaSolikhin tetap bertahan dengan idealismenya di tengah gempuran batik industri berbahan sintetis
Baca SelengkapnyaBudi menjual anyaman atap ilalang buatannya yang berukuran sekitar 2,5 meter x 1,5 meter seharga Rp 15 ribu per lembar.
Baca Selengkapnya