Sekolah Dasar di Kulon Progo Ini Ternyata Usianya Sudah Ratusan Tahun, Jadi Saksi Perjuangan Bangsa
Pada masa Perang Kemerdekaan, sekolah ini digunakan sebagai markas para pemuda pejuang.
Pada masa Perang Kemerdekaan, sekolah ini digunakan sebagai markas para pemuda pejuang.
Bangunan gedung sekolah yang berada di pinggir jalan Sentolo-Brosot, tepatnya di Pedukuhan Butuh, Desa Bumirejo, Kecamatan Lendah, sepintas seperti bangunan biasa saja, tak ada beda dengan bangunan-bangunan di sekitarnya.
Bangunan itu terlihat tua namun arsitekturnya terlihat sederhana. Saat ini, bangunan menjadi bagian dari SD Negeri Butuh. Mengunjungi sekolah itu seakan kita dibawa kembali ke masa lalu, tepatnya pada era Hindia Belanda awal abad ke-20.
Pada masa itulah bangunan ini didirikan. Sejak dari dulu hingga sekarang, bangunan ini digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.
Mengutip Kemdikbud.go.id, SD Negeri Butuh terletak di Dusun Pereng, Bumirejo, Lendah, Kulon Progo.
Sekolah ini merupakan salah satu sekolah Kasultanan yang didirikan di Kulon Progo pada masa 1916 Masehi. Bahasa pengantar yang digunakan adalah Bahasa Jawa.
Guru-gurunya pada waktu itu adalah guru lokal atau orang bumi putera yang berkedudukan sebagai pegawai pemerintah atau negeri. Murid-muridnya berasal dari desa setempat, desa-desa lain di sekitarnya, serta dari Wates.
Murid-murid yang bersekolah di SD Negeri Butuh tidak dibatasi usianya. Orang-orang usia dewasa pun diperbolehkan untuk bersekolah di sini.
Pada masa pendudukan Jepang, SD Negeri Butuh yang dahulu hanya sampai kelas V kemudian berkembang menjadi pendidikan sampai kelas VI. Pada masa Perang Kemerdekaan, SD Negeri Butuh digunakan sebagai markas para pemuda di sekitar Desa Bumirejo.
Mengutip Kemdikbud.go.id, SD Negeri Butuh dibangun menggunakan model bangunan limasan dengan penutup atap dari genteng vlaam. Dindingnya terbuat dari bambu.
Pada tahun 1967, dinding bambu diganti dengan tembok. Untuk sekat antar kelas sampai sekarang masih menggunakan dinding dari bambu.
(Sumber: Kemdikbud.go.id)
Pada tahun 1980-an, dinding bagian atas yang menggunakan strimin diganti dengan teralis dari kayu. Di sisi timur dan barat bangunan terdapat selasar. Pada selasar tersebut terdapat tiang-tiang kayu yang berfungsi sebagai perkuatan bangunan. Lantainya terbuat dari tegel abu-abu berukuran 20x20 cm. Pagar bagian luar dibangun permanen untuk menggantikan pagar yang hanya terbuat dari tanaman.
Walaupun telah termakan usia, saat ini gedung SD Negeri Butuh masih kokoh berdiri dan masih digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.
Di sekolah ini pula para siswanya diajarkan berbagai kesenian budaya tradisional seperti karawitan, pedalangan, dan macapat.
Setiap hari anak-anak di kampung ini harus bertaruh nyawa untuk menuju sekolah menggunakan rakit, lantaran tak ada akses jembatan.
Baca SelengkapnyaPolisi terus mendalami kasus perundungan siswa SMA Binus School Serpong. Mereka memanggil pihak sekolah dan saksi ahli untuk dimintai keterangan.
Baca SelengkapnyaGerbang sekolah ini tampak berusia jauh lebih tua dibanding bangunan sekolah
Baca SelengkapnyaSarana dan prasarana dibangun untuk menunjang pendidikan dan kesehatan
Baca SelengkapnyaSeorang bocah perempuan yang masih duduk di bangku SD diduga dicabuli pemuda di sebuah rumah kosong di Kecamatan Cipocok Jaya, Kota Serang.
Baca SelengkapnyaDiketahui, pembukaan pendaftaran seleksi Pegawai Negeri Sipil (CPNS) jalur sekolah kedinasan akan dibuka dalam dua hari ke depan, yakni pada 15 Mei 2024.
Baca SelengkapnyaBerangkat dari keluarga sederhana, sang dosen hingga kini tak menyangka dirinya mampu mencapai titik puncak.
Baca SelengkapnyaKombes Jeki juga menyampaikan apresiasi kepada jajaran Rutan Kelas I Pekanbaru yang telah menjaga keamanan dan ketertiban di Rutan.
Baca SelengkapnyaKabur Setelah Tusuk Pria Saingan, Mahasiswi Penyuka Sejenis Ditangkap di Kampar
Baca Selengkapnya