5 Fakta Terbaru Potensi Gempa dan Tsunami 29 Meter di Jatim, Ini Kata Pakar Geologi
Merdeka.com - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meramal potensi gempa dengan kekuatan Magnitudo (M) 8,7 yang diikuti tsunami setinggi 29 meter di Jawa Timur. Pakar geologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Amien Widodo menanggapi ramalan tersebut.
Amien menyebut, pemodelan matematis yang dilakukan BMKG ialah langkah awal yang tepat. Mengingat daerah Jatim terbentuk karena tumbukan lempeng Eurasia dan Indo-Australia, meneliti kegempaan di Jatim menjadi suatu hal yang harus dilakukan.
“Pemodelan ini menunjukkan worst scenario kemudian diumumkan, karena dalam lima bulan terakhir diketahui frekuensi gempa yang terjadi di Jawa Timur sangat tinggi,” terang dosen Departemen Teknik Geofisika ITS, Kamis (3/6/2021).
-
Bagaimana BMKG menjelaskan cuaca panas di Jawa-Nusa Tenggara? Mengutip dari Instagram InfoBMKG, menjelaskan beberapa hal mengapa kondisi cuaca yang panas kembali terjadi. Padahal semestinya musim hujan.
-
Berapa kekuatan gempa di Bali? Gempa 4,9 Magnitudo mengguncang Bali, Sabtu (7/9).
-
Bagaimana BMKG memprediksi banjir di Bali? 'Peringatan dini cuaca wilayah Bali yang dibagikan oleh Kantor BBMKG Wilayah III pada Kamis (4/3) pada pukul 05.00 WITA dan 08.00 WITA menginformasikan wilayah Badung dan Denpasar berpotensi terjadi hujan dengan intensitas sedang hinga lebat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang,' ujarnya.
-
Kapan BMKG memprediksikan hujan akan turun di Jawa-Nusa Tenggara? BMKG menjelaskan pola tekanan rendah di laut China Selatan itu akan berlangsung hingga 3-4 hari ke depan. Namun trennya akan cenderung menurun. Sehingga akan terjadi potensi peningkatan curah hujan di wilayah Jawa-Nusa Tenggara mulai 23 Desember 2023.
-
Bagaimana BMKG memetakan area gelombang tinggi? BMKG juga telah memetakan sejumlah area yang dianggap rawan gelombang tinggi di kawasan tersebut. Area yang berpotensi rawan gelombang tinggi Menurut Tatang, daerah tersebut berada di sisi barat, mulai dari Pantai Anyer, Carita, Labuan, Panimbang, Cikeusik, Sumur, dan Ujung Kulon.
-
Bagaimana cara BMKG mengukur badai magnet di Indonesia? Selain itu, pihaknya juga mendapati status gangguan akibat badai magnet yang terdeteksi di Indonesia berskala kecil, dan dapat dibuktikan dari hasil pengamatan BMKG pada empat observatorium magnet bumi yang ada di Indonesia dalam medio 5-11 Juli 2024.
Intensitas Gempa Patut Dicurigai
©2021 Merdeka.com/bmkg.go.id
Belajar dari gempa Yogyakarta pada 27 Mei 2005 silam, intensitas gempa perlu dicurigai. Sebelum terjadi gempa Yogyakarta, salah satu tandanya ialah aktivitas kegempaan yang semakin sering.
"Ketika itu, frekuensi gempa mengalami kenaikan, tetapi tidak lebih dari 50 gempa setiap bulannya. Sementara itu, di lima bulan terakhir ini gempa yang terekam selalu lebih dari 500 kejadian per bulan,” ungkap Amien, mengutip dari liputan6.com.
Ada perbedaan yang jauh antara frekuensi gempa 2005 dengan tahun ini. Dengan demikian, sudah sepantasnya masyarakat jauh lebih waspada. Terlebih, tambah Amien, tumbukan lempeng yang menyusun Jawa Timur ini panjangnya sekitar 250 sampai 300 kilometer.
"Hal itu menunjukkan gempa sangat mungkin terjadi di berbagai titik, di wilayah yang ada di sekitar zona subduksi, yakni zona tempat terjadinya tumbukan itu," imbuhnya.
Aktivitas Seismik
Selain mengacu pada sejarah kegempaan, pengamatan aktivitas gempa juga dilandaskan pada data seismik yang terukur. Menurut Amien, aktivitas seismik yang tidak merata yang selama ini terekam perlu menjadi perhatian.
“Jika sewajarnya intensitas gempa di setiap titik zona subduksi adalah sama, tetapi ditemukan zona dengan gap seismik, artinya ada kemungkinan lempengan terkunci dan akan lepas sewaktu-waktu,” terangnya.
Di Indonesia, zona dengan gap seismic ditandai di sembilan wilayah yang membentang dari Sabang sampai Merauke. Salah satunya ada di Jawa Timur, dekat dengan pulau Bali.
Jika daerah yang diperkirakan sedang mengalami kuncian antarlempeng pada akhirnya lepas, maka akan menyebabkan gempa besar. Jika dihitung akan ada waktu 20 sampai 25 menit untuk air mencapai daratan.
“Belum lagi, jika gempa yang terjadi berkekuatan M 8,7, akan mendorong sesar-sesar di Jawa Timur sehingga tereaktivasi,” lanjutnya.
Imbauan untuk Masyarakat
Sesar yang tereaktivasi bisa menyebabkan gempa-gempa lain akibat dislokasi. Sedangkan, sesar-sesar tersebut melewati wilayah padat penduduk, seperti Banyuwangi, Probolinggo, Pasuruan, dan Surabaya.
"Meskipun berkekuatan kecil, jika terjadi di daerah perkotaan maka akan sama membahayakannya," ungkap Amien.
Amien menegaskan, gempa sejatinya tidak membunuh, tetapi dapat memicu likuifaksi, amplifikasi, longsor, tsunami, serta kerusakan pada infrastruktur.
"Menurut sejarahnya, likuifaksi terparah di Jatim pernah terjadi di daerah Lumajang. Maka dari itu, kami menekankan supaya masyarakat kenal dengan macam bencana dan mitigasinya," ujarnya.
Prediksi tsunami setinggi 29 meter juga sebaiknya diketahui lebih awal oleh masyarakat.
"Berdasarkan catatan saya, gempa dan tsunami pernah melanda Jatim. Dan tepat hari ini 3 Juni di tahun 1994, pernah terjadi gempa sekuat M 7,8 dan menimbulkan tsunami setinggi 14 meter di Pancer, Banyuwangi," terangnya.
Tsunami Jatim Sebelumnya
©2021 Merdeka.com/bmkg.go.id
Dalam katalog tsunami BMKG tercatat bahwasanya tsunami pernah melanda pantai selatan Jawa Timur sebanyak tiga kali di tahun-tahun sebelumnya. Dengan waktu tempuh air untuk sampai ke daratan seperti yang disebutkan sebelumnya, yaitu selama 20 sampai 25 menit.
Artinya, apabila terjadi tanda-tanda tsunami hanya ada waktu sekitar 20 menit bagi warga pesisir untuk menuju tempat yang lebih tinggi, setidaknya setinggi 20 meter. “Penting edukasi terkait mitigasi yang dikenal dengan semboyan 20-20-20,” ujar Amien.
Jika terjadi gempa dan masyarakat pesisis merasakannya selama 20 detik, tak perlu menunggu air surut, mereka harus segera menuju ke tempat dengan ketinggian minimal 20 meter, karena hanya ada waktu sekitar 20 menit.
“Harus semakin tinggi kewaspadaan kita, jika Jawa Timur berpotensi alami gempa sampai kekuatan M 8,7,” lanjutnya.
Tidak Perlu Panik dan Cemas
Peneliti dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (MKPI) ITS ini berpesan, supaya masyarakat tidak panik dan cemas, tetapi menambah kehati-hatian dengan mempersiapkan infrastruktur layak gempa dan edukasi lainnya.
“Tak terkecuali pemerintah harus mengupayakan sosialisasi terkait mitigasi, bukan lagi hanya pada wilayah kategori rawan bencana, tetapi seluruh daerah,” ujarnya.
Amien mengajak masyarakat berkaca pada tragedi gempa besar di Jepang. Menurut survei penelitian, dari total warga selamat, 35 persen masyarakatnya memiliki wawasan kebencanaan, 32 persen lainnya memiliki keluarga yang berwawasan sama, sedangkan 28 persen yang lain bertetangga dengan orang berpengetahuan soal bencana.
Jika edukasi terkait kebencanaan dan mitigasinya digencarkan, imbuh Amien, akan besar peluang mengurangi jumlah korban jiwa akibat bencana hidrometeorologi seperti gempa dan tsunami.
“Sembari melengkapi daerah dengan jalur evakuasi, kita harus mau mengedukasi diri agar siap siaga bermitigasi ketika bencana terjadi,” tegasnya. (mdk/rka)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Potensi terjadinya gempa besar dan tsunami ini sejatinya hampir merata di sepanjang pesisir selatan pulau Sumatera, Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara.
Baca SelengkapnyaPotensi Megathrust memang nyata adanya tetapi belum ada pengetahuan dan teknologi yang dapat memprediksikan kapan.
Baca SelengkapnyaMenurut Rahma, gempa megathrust memiliki ciri khusus yang siklusnya berulang.
Baca SelengkapnyaKetiga wilayah tersebut memiliki jarak paling dekat dengan pertemuan lempeng subduksi yang dapat memicu gempa berkekuatan tinggi.
Baca SelengkapnyaBeberapa warga sempat berhamburan keluar rumah karena guncangan gempa yang cukup kuat selama beberapa detik.
Baca SelengkapnyaPusat gempa tersebut terletak di laut pada kedalaman 15 kilometer, atau berjarak 156 kilometer dari arah barat daya Jembrana, Bali.
Baca SelengkapnyaBMKG mencatat selama periode tersebut lebih dari 35 kali gempa dangkal yang berpusat di daratan Sumatera Barat dengan rata-rata berkekuatan 3 magnitudo.
Baca SelengkapnyaHingga pukul 13.10 WIB, ada delapan kali gempa susulan.
Baca SelengkapnyaTingginya gelombang laut sangat berbahaya bagi nelayan yang sedang melaut.
Baca SelengkapnyaGempa berkekuatan 5,2 magnitudo mengguncang wilayah selatan Jawa, tepatnya di Sukabumi, Jawa Barat, pada Kamis dini hari
Baca SelengkapnyaHari ini, sebagian besar daerah di Indonesia berpotensi mengalami hujan lebat yang disertai dengan petir dan angin kencang
Baca SelengkapnyaAncaman cuaca ekstrem ini diprediksi terjadi hingga 18 Maret 2024 mendatang
Baca Selengkapnya