Mengenang Agus Sunyoto, Ketua Lesbumi NU dan Mantan Wartawan yang Karyanya Fenomenal
Merdeka.com - Sejarawan sekaligus Ketua Lembaga Seniman dan Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi) PBNU Agus Sunyoto meninggal dunia di Rumah Sakit Angkatan Laut dr. Ramelan, Surabaya, Jawa Timur pada Selasa (27/4/2021).
Agus Sunyoto dikenal sebagai budayawan yang produktif menulis. Pria kelahiran Surabaya, 21 Agustus 1959 itu telah menulis banyak buku. Salah satunya yang paling fenomenal ialah buku Atlas Wali Songo. Dikutip dari laman NU Online, penulisan buku tersebut merupakan upaya Agus Sunyoto meyakinkan publik bahwasanya Wali Songo ialah fakta sejarah, bukan sekadar dongeng.
Bakat Menulis
-
Siapa nama asli Sunan Kudus? Sunan Kudus memiliki nama asli Ja’far Shadiq atau dikenal juga Raden Undung.
-
Siapa pendiri NU yang dimakamkan di Leuwimunding? Kawasan ini memang telah lama dikenal sebagai salah satu pusat penyebaran Islam di Jawa Barat, melalui tokoh ikoniknya bernama K.H Abdul Chalim yang dimakamkan di Kecamatan Leuwimunding.
-
Kapan Adi Suryanto meninggal? Kabar duka datang dari salah satu instansi pemerintah, Lembaga Administrasi Negara (LAN). Kepala LAN, Prof Dr. Adi Suryanto, meninggal dunia di Yogyakarta pada Jumat (15/12).
-
Kapan Lettu Soejitno meninggal? Pada 14 Januari 1949, Belanda berhasil menyeberangi Bengawan dan menduduki Desa Glendeng. Hal ini membuat pertahanan pasukan Indonesia menjauhi penyeberangan. Pada sore hari tanggal 14 Januari 1949, Lettu Soejitno berangkat menuju pertahanan di Kaliketek untuk menemui komandan pertahanan kota, Lettu Bambang Soemantri.
-
Siapa Syekh Nurjati? Syekh Maulana Idhofi Mahdi Datuk Kahfi atau Syekh Nurjati menjadi tokoh penyebar Agama Islam yang berpengaruh di sekitar abad ke-14. Ia bergerak mengenalkan Islam ke wilayah barat pulau Jawa melalui semenanjung Malaka hingga ke pelabuhan Nagari Singapura yang saat ini merupakan wilayah Cirebon, Jawa Barat.
-
Kapan Agus Salim meninggal? Tepat hari ini, 4 November pada tahun 1954 silam, Haji Agus Salim meninggal dunia.
©2021 Merdeka.com/nu.or.id
Agus menyelesaikan pendidikan tingkat dasar hingga perguruan tinggi di Kota Surabaya. Setelah lulus dari SMAN IX Surabaya, cita-citanya menjadi seorang seniman mendorong ia melanjutkan kuliah ke Jurusan Seni Rupa IKIP Surabaya. Kemudian, pada tahun 1986 Agus melanjutkan pendidikan pada Jurusan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) di Pascasarjana IKIP Malang.
Dikutip dari digilib.uinsby.ac.id, kegemaran Agus Sunyoto dalam hal tulis-menulis bermula ketika sang ayah membelikannya mesin ketik saat ia duduk di bangku kelas XI SMA. Kemudian, pada 1983 ia mengikutsertakan dua cerpennya dalam Pekan Seni FKSS IKIP Surabaya. Tak disangka, kedua tulisannya itu menjadi pemenang kedua dan ketiga.
Wartawan di Media Tersohor
Pada tahun 1984, Agus mengawali kariernya sebagai kolumnis. Kemudian pada tahun 1986-1989 ia bekerja sebagai wartawan Jawapos.
Ia kemudian memutuskan keluar dari Jawapos dan menjadi wartawan lepas. Ketidakterikatannya dengan jam kerja yang saklek membuat ia produktif menulis novel dan artikel. Artikelnya antara lain dimuat di Jawapos, Surabaya Pos, Surya, dan Republika.
Pada tahun 1990-an, Agus Sunyoto mulai aktif di LSM serta melakukan penelitian sosial dan sejarah. Selain ditulis dalam bentuk laporan ilmiah, ia juga menuangkan hasil penelitiannya menjadi novel.
Karya-karya
©2021 Merdeka.com/nu.or.id
Selain buku Atlas Wali Songo yang fenomenal dan dikenal luas oleh publik, Agus Sunyoto memiliki sejumlah karya lain yang diterbitkan dalam bentuk buku. Antara lain, Sumo Bawuk (Jawa Pos, 1987); Sunan Ampel: Taktik dan Strategi Dakwah Islam di Jawa (LPLI Sunan Ampel, 1990); Penelitian Kualitatif dalam Ilmu Sosial dan Keagamaan (Kalimasahada, 1994); Banser Berjihad Melawan PKI (LKP GP Ansor Jatim, 1995); Darul Arqam: Gerakan Mesianik Melayu (Kalimasahada, 1996); Wisata Sejarah Kabupaten Malang (Lingkaran Studi Kebudayaan, 1999); Pesona Wisata Sejarah Kabupaten Malang (Pemkab Malang, 2001).
Selain itu, Agus Sunyoto juga menulis karya fiksi. Beberapa karya fiksinya yang dipublikasikan menjadi cerita bersambung di Jawapos yakni Anak-anak Tuhan (1985); Orang-orang Bawah Tanah (1985); Ki Ageng Badar Wonosobo (1986); Khatra (1987); Hizbul Khofi (1987); Khatraat (1987); Gembong Kertapati (1988); Vi Daevo Datom (1988); Angela (1989); Bait Al-Jauhar (1990); Angin Perubahan (1990).
Karya fiksinya yang dimuat di harian sore Surabaya Pos meliputi Sastra Hajendra Pangruwat Diyu (1989); Kabban Habbakuk (1990); Misteri di Snelius (1992); Kabut Kematian Nattayya (1994); Daeng Sekara (1994-1995): Sang Sarjana (1996); Jimat (1997). Sementara yang terbit di harian Surya yakni Dajjal (1993). Di Radar Kediri: Babad Janggala- Panjalu dengan episode: (1) RahuwhanaTattwa, (2) Ratu Niwatakawaca, (3) Ajisaka dan Dewata Cahangkara, (4) Titisan Darah Baruna. Kemudian, karya fiksinya yang terbit di harian Bangsa adalah Suluk Abdul Jalil (2002). (mdk/rka)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kami hanya bisa mendoakan, semoga surga Allah untukmu. Dan keluarga yang ditinggalkan, diberi ketabahan dan kekuatan selalu.
Baca SelengkapnyaKisah hidupnya penuh warna. Punya setumpuk karya dan juga kontroversi.
Baca SelengkapnyaKabar duka datang dari kalangan sastrawan Indonesia yaitu Yudhistira ANM Massardi yang merupakan ayah dari Iga Massardi, vokalis dari grup band Barasuara.
Baca SelengkapnyaKabar duka datang dari mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Baca SelengkapnyaSelain dikenal sebagai ulama besar, KH Hasyim Asy'ari juga seorang pahlawan nasional yang berjasa bagi RI.
Baca SelengkapnyaProf. Dr. Adi Suryanto MSi., CHRM menjabat sebagai Kepala LAN sejak tahun 2015.
Baca SelengkapnyaSelain dakwahnya secara langsung, ia juga membagi ilmunya dalam bentuk buku.
Baca SelengkapnyaPemain Genta Buana begitu sedih atas kepergian Budi Sutrisno yang merupakan produser Genta Buana.
Baca SelengkapnyaNasjah bukanlah keturunan seniman, bahkan tidak ada keluarganya satupun yang miliki bakat di bidang seni.
Baca SelengkapnyaTokoh besar pejuang dan sesepuh dari Nahdlatul Ulama (NU) yang paling disegani di Lampung inii telah tutup usia pada Rabu (15/5) siang.
Baca SelengkapnyaTokoh seniman kondang ini adalah orang pertama yang mengenalkan modernitas seni rupa Indonesia dalam konteks kondisi nyata bangsa Indonesia saat itu.
Baca SelengkapnyaNamanya semakin terkenal ketika ia membuat novel berjudul Asmara Jaya dan Darah Muda.
Baca Selengkapnya