Lukisannya Dikoleksi Presiden Soekarno, Ini Sosok Nasjah Djamin Sang Maestro dan Penulis dari Tanah Batak
Etnis Batak telah melahirkan nama-nama seniman besar yang telah melahirkan berbagai macam karya yang tak ternilai harganya. Salah satu nama seniman yang cukup tersohor di era Kemerdekaan Indonesia yaitu Nasjah Djamin.
Lahir di Perbaungan, Sumatera Utara pada tanggal 24 September 1924, Nasjah bukanlah keturunan seniman dan bahkan tidak ada keluarganya satupun yang menjadi atau bahkan memiliki bakat di bidang seni.
Nasjah lahir dari kalangan keluarga pegawai rendah. Ia merupakan anak ketujuh dari delapan bersaudara dari pasangan Haji Djamin dan Siti Sini. Meski tidak ada darah seni, namun bakat alaminya sudah muncul dalam bidang melukis.
Meski hidup dalam keterbatasan tidak menyurutkan semangat Nasjah untuk menjadi seorang seniman, ia merasa senang dengan kehidupan bebas tanpa adanya tekanan dari lingkungan setempat.
Tidak Lanjut Sekolah
Melansir dari badanbahasa.kemdikbud.go.id, Nasjah sempat mengenyam pendidikan hingga tingkat MULO atau Meer Uitgebreid Lager Onderwijs, setara dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Tidak berselang lama setelah menempuh pendidikan MULO, Nasjah memutuskan untuk bekerja sebagai kuli kasar di Lapangan Terbang Polonia, Medan. Bakat melukisnya sudah mulai muncul ketika sekolah di MULO. Ia pun terinspirasi dari seorang pelukis jalanan bernama Buyet Ketek.
Dengan kepiawaiannya dalam melukis, pria dengan nama asli Noeralamsyah itu bekerja di kantor Bukaka milik penjajah Jepang. Selain bekerja, ia juga banyak belajar melukis di kantor tersebut.
Bergabung Bersama Kalangan Pelukis
Pada tahun 1947, Nasjah memutuskan untuk bergabung dengan para seniman di Jalan Garuda, Jakarta yang waktu itu dipimpin oleh Pak Said. Banyak pelukis-pelukis ternama yang hadir, seperti Affandi dan Basuki Rosobowo.
berita untuk kamu.
Selain para pelukis, ada pula kalangan sastrawan yang turut hadir di antaranya H.B. Jassin, Chairil Anwar, Rivai Apin, dan lain sebagainya. Pada momen tersebut, Nasjah mulai berkenalan dengan kalangan sastrawan. Secara langsung ia mulai tertarik dengan dunia tulis.
Pada tahun 1949, Nasjah sempat bekerja sebagai ilustrator di Balai Pustaka. Bahkan, ia kerap mendengar diskusi antar pengarang yang menumbuhkan rasa keinginan untuk memperdalam kesastraan.
Dikoleksi Presiden Soekarno
Melansir dari beberapa sumber, Nasjah telah mempresentasikan karya seni rupa yang modern di zamannya. Ciri utama dari karya Nasjah ini sunyi dan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tema.
Tema yang pertama adalah potret dan yang kedua adalah lanskap. Kebanyakan lukisan Nasjah sendiri mayoritas merekam subjek tunggal, namun tak sedikit juga terdapat potret kerumunan.
Salah satu karya Nasjah yang cukup terkenal yaitu "Lestari Fardani" tahun 1958 ini telah dikoleksi oleh Presiden Soekarno pada 1960.
Karya Sastra
Ketika ia bekerja di Balai Pustaka, Nasjah sudah sempat membuat puisi dengan judul "Pengungsi" yang terbit dalam buku Gema Tanah Air karya H.B. Jassin.
Setelah bekerja di Balai Pustaka, ia kemudian pindah ke Yogyakarta dan bekerja di kantor Bagian Kesenian, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Ia juga memiliki pekerjaan sampingan menjadi anggota redaktur majalah Budaya.
Beberapa karya tulis milik Nasjah Djamin: Gairah untuk Hidup dan untuk Mati, Ombak Parangtritis, dan Bukit Harapan.
- Adrian Juliano
Sesaat setelah diberi pangkat, Soeharto mengabadikan momen dengan sosok jenderal bintang 4.
Baca SelengkapnyaDua sosok Jenderal TNI bintang lima ini ternyata pernah jadi atasan dan bawahan. Simak karier keduanya hingga mampu meraih penghargaan tertinggi militer.
Baca SelengkapnyaTak disangka, Ibu Tien Soeharto hanya ingin diwawancara oleh pemuda ini. Siapakah dia? Berikut sosoknya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Menurut Airlangga, berkampanye juga merupakan hak konstitusional seorang presiden.
Baca SelengkapnyaAri Dwipayana mengungkapkan selain melantik Wakil Ketua MA bidang Non Yudisial, Presiden Jokowi juga akan menyaksikan pembacaan sumpah anggota LPSK.
Baca SelengkapnyaIa lahir dari keluarga ulama besar Minangkabau yang terjun di dunia kemiliteran hingga menjabat sebagai menteri di era PRRI.
Baca SelengkapnyaPria berdarah Bone ini telah meniti karier dari politik sebagai menteri perindustrian hingga menjadi Panglima ABRI yang satu-satunya dari Sulawesi.
Baca SelengkapnyaDua tokoh pernah dapat pangkat Jenderal Kehormatan bintang empat.
Baca SelengkapnyaPotret lawas Presiden SBY saat hadir di Hari Pramuka beberapa tahun lalu sempat mencuri perhatian, terlebih ada sosok Presiden Jokowi yang menerima penghargaan.
Baca Selengkapnya