Gugus Tugas Surabaya: Kita Tahu Banyak Warga Positif Covid-19
Merdeka.com - Jawa Timur menjadi sorotan dalam penanganan wabah pandemi corona di Indonesia. Khususnya untuk Kota Surabaya. Wilayah itu bahkan sampai dicap sebagai zona hitam. Kondisi tersebut sampai menjadi perhatian serius Presiden Joko Widodo.
Berdasarkan situs resmi Pemprov Jawa Timur, infocovid19.jatimprov.go.id, terhitung per Rabu 3 Juni lalu, jumlah kasus positif corona mencapai 5.310 orang. Ada penambahan sekitar 194 orang.
Dalam peta yang di tampilkan terlihat, wilayah-wilayah dengan warna yang berbeda-beda. Mulai dari warna merah muda, merah tua, hingga hitam. Khusus untuk warna hitam ini, terlihat ada di wilayah Surabaya. Sementara seperti Sidoarjo dan Gresik yang masuk dalam kawasan Surabaya Raya berwarna merah tua.
-
Apa yang menjadi fokus Jokowi dalam masalah kesehatan di Indonesia? Jokowi tak mau peralatan kesehatan yang sudah ada seperti, MRI, USG hingga mamogram tak digunakan karena tak ada dokter spesialis.
-
Apa yang Jokowi ajak untuk ditanggulangi? 'Selain itu kejahatan maritim juga harus kita tanggulangi seperti perompakan, penyelundupan manusia, narkotika, dan juga ilegal unregulated unreported IUU Fishing,'
-
Dimana kasus ini menjadi perhatian luas? Kasus ini telah menarik perhatian luas di media sosial.
-
Apa yang ditinjau Jokowi di Keerom? Presiden Joko Widodo (Jokowi) meninjau langsung ladang jagung yang ada di kawasan food estate, Desa Wambes, Kecamatan Mannem, Kabupaten Keerom, Provinsi Papua.
-
Apa tren terbaru di kabinet Jokowi? Presiden Joko Widodo kembali melakukan reshuffle menteri dan wakil menteri hari ini Senin (17/7).
-
Apa yang dibangun di wilayah perbatasan oleh Presiden Jokowi? 'Sejak hari pertama saya dilantik, saya menyampaikan, pemerintah sudah jelas menyatakan bahwa daerah-daerah perbatasan tidak boleh dilupakan karena merupakan beranda-beranda terdepan Indonesia. Seperti di mana kita berada sekarang ini, di Skouw, harus menjadi kebanggaan kita semuanya, kebanggaan masyarakat Papua, dan kebanggaan Indonesia,' ujarnya
Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kota Surabaya, Eddy Christijanto, punya pembelaan sendiri atas status yang terjadi di wilayahnya. Salah satunya karena banyak test yang dilakukan.
Berikut wawancara Jurnalis merdeka.com Rifa Yusya Adilah dengan Eddy Christijanto pada Kamis, 4 Juni kemarin:
Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kota Surabaya, Eddy Christijanto ©2020 Merdeka.com/liputan6.com
Apa yang melatarbelakangi Kota Surabaya sampai dicap menjadi zona hitam penyebaran wabah virus corona?
Jadi kita melakukan banyak test. Dibantu dengan Badan Intelijen Negara (BIN) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Nah rapid test yang reaktif langsung kita lakukan Swab (tes usap). Dari situ kita tahu bahwa banyak warga Surabaya yang positif. Jadi kita memang sengaja melakukan banyak tracing dan rapid test agar kita tahu siapa saja warga kita yang positif.
Sehingga semakin banyak dan semakin cepat kita mengetahui siapa saja warga Surabaya yang positif Covid, maka pemerintah juga bisa mendata kasusnya dengan cepat.
Jadi ya kalau yang positif Covid dan statusnya Orang Tanpa Gejala (OTG) kita karantina di ruang isolasi, tepatnya di Asrama Haji Sukolil. Sedangkan kalau dia sakit, kita masukkan ke rumah sakit. Itu yang kita lakukan.
Sudah berapa banyak jumlah rapid test yang sudah dilakukan?
Per kamis, 4 Juni 2020, sudah dilakukan lebih dari 30 ribu test. Dalam per harinya dilakukan 1.000-1.200 test. Iya banyak kita melakukan test, sampai tgl 7 juni dibantu BNPB dan BIN untuk melaksanakan rapid test.
Yang diutamakan untuk test adalah mereka yang masuk ke dalam cluster Covid-19, apalagi yang jumlahnya banyak. Jika di kampung tersebut ada pasien yang positif Covid maka kita langsung mengecek warga di sekitar. Kita juga akan mempelajarinya. Yang kita lakukan ini by data dan by cluster
Pekan ketiga bulan Mei, sedang viral terkait salah satu mal di Surabaya ramai pengunjung. Bisa dijelaskan penyebab terjadinya kondisi tersebut?
Jadi kita sebenarnya sudah melakukan penegakan setiap hari. Terdiri dari gabungan TNI, Polri, Satpol PP, Linmas serta organisasi perangkat daerah terkait. Itu kita sebar ke beberapa wilayah. Pada saat malam hari juga kita sebar. Jam 7 sampai jam 11 malam dalam 2 shift. Nanti kita lakukan seperti itu.
Saat minggu ketiga bulan Mei itu ramai karena menjelang lebaran. Jadi tradisi warga untuk belanja pakaian di hari raya. Akhirnya mereka melakukan aktivitas itu, tapi setelah itu, setelah lebaran itu sampai hari ini, tidak sebanyak yang sebelum Lebaran.
Seberapa jauh persiapan Surabaya menghadapi siap new normal bila masih banyak masyarakat tidak mematuhi aturan PSBB?
Wali Kota Surabaya sudah menerapkan protokol kesehatan yang mirip dengan new normal sebelum Pak Jokowi menerapkan new normal. Kita sudah membuat protokol kesehatan dari bulan Maret yang bunyinya mirip.
Jadi kita ada 12 protokol, protokol di tempat ibadah, kantor, perbankan, perusahaan, pemukiman, mal, cafe, restoran, hotel, warung, pasar, di instansi pendidikan dan lain sebagainya. Jadi kita sudah menerapkan protokol kesehatan itu dari bulan maret banyak sekali. Semuanya itu di dalam protokol itu mengatur terkait sama dengan new normal yang dicanangkan pemerintah itu.
Jadi kita mengatur protokol kesehatan. Intinya ada tiga ya. Physical distancing, pakai masker dan cuci tangan, itu yang harus dilakukan.
Selain itu juga menyiapkan sarana dan prasarana di beberapa fasilitas umum dan di lokasi-lokasi tersebut seperti hand sanitizer, tempat cuci tangan, mereka wajib menyiapkan itu. Jadi sebenarnya langkah-langkah itu sudah dibuat sebelum dilaksanakan PSBB.
Seperti apa strategi yang dilakukan Surabaya dalam upaya penanganan Covid-19?
Jadi terkait upaya penanganan itu harus ada 5 unsur yang membantu untuk menekan jumlah pasien positif covid. Peran serta masyarakat itu harus pentaholic. Jadi yang pertama, itu peran dari pada pemerintah daerah dan pusat. TNI, Polri maupun Pemkot Surabaya harus melakukan upaya-upaya penanganan dan pencegahan Covid-19.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (tengah) ©2020 Merdeka.com
Kedua adalah para pelaku usaha, pihak swasta, pengusaha, juga harus ikut membantu, jadinya kalau dia punya usaha, dia harus menyiapkan protokol kesehatan, kalau pengunjungnya maksimal 50 ya harus dikurangi 50 persen. Nah kalau tidak ada peran dunia usaha seperti ini kita juga tidak akan bisa menyelesaikan ini
Ketiga dari akademisi termasuk para ahli. Mereka harus bisa memberikan masukan, pencerahan kepada mahasiswanya, kepada masyarakat baik secara langsung maupun tidak, mereka juga memberikan masukan-masukan kepada pemerintah pusat, provinsi atau daerah dalam upaya penanganan ini. Yang penting adalah mereka bisa mengedukasi masyarakat.
Yang keempat adalah masyarakatnya sendiri. Kita sudah membentuk kampung tangguh Wani Joko suroboyo. Itu nanti masyarakat secara mandiri melakukan upaya-upaya penanganan pencegahan di kampungnya. Dari segi kesehatan, ekonomi, keamanan dan sisi edukasi, mereka berperan secara aktif. Ketika masyarakat aktif, itu juga akan mempercepat upaya penanganan covid.
Peran kelima adalah media massa. Media massa punya peran sangat penting. melakukan edukasi dan informasi-informasi yang benar bukan yang hoaks. ketika informasi itu betul, baik, dan ada edukasinya ya bagus, kita juga akan memberikan pencerahan dan pencegahan kepada masyarakat.
Saya kira lima unsur ini sangat penting di dalam upaya percepatan penanganan covid-19 di Surabaya.
Apa sanksi bagi para masyarakat yang melanggar protokol kesehatan?
Ada sanksinya. Jadi PSBB ini kan berdasarkan Peraturan Wali Kota dan Peraturan Gubernur. Jadi sanksinya ya sanksi administrasi. disebutkan bahwa Surabaya memberikan sanksi penutupan tempat yang melanggar protokol tersebut atau penghentian kegiatan
Biasanya yang kita lakukan adalah penghentian kegiatan operasional tersebut, bila dia melanggar. Contohnya nih ya ada warung yang masih membuka, yang masih makan di situ, kita hentikan aktivitasnya, Satpol PP juga melakukan penempelan stiker silang di tempat-tempat (ruang publik) di Surabaya, itu bertujuan agar mereka tidak usah beroperasi.
Bisa dijelaskan tentang foto yang juga sedang ramai terkait antre warga rapid test masal di Surabaya pada 1 Juni 2020?
Ya itu karena antusiasme masyarakat untuk melakukan rapid test dan mengetahui status kesehatannya tinggi, sehingga mereka datangnya secara bersamaan, tapi untuk berikutnya kita atur per jam 100 orang sehingga mengurangi terjadinya banyak antrean.
Kan sudah kan? Sudah dilaksanakan pembagian physical distancing, untuk berikutnya sudah seperti itu sistemnya. Lagi pula, alat test tersebut kita hanya punya 4, bukan 100. Kalau cuma 4 ya kita hanya buka 4 barisan antrean ya. Alatnya kan terbatas.
Selain membuat protokol kesehatan, langkah lain yang dilakukan tim Gugus Tugas sekaligus BPD Surabaya beserta Wali Kota Surabaya?
Kita terus memberikan motivasi kepada masyarakat dalam new normal ini, memberikan tagline "Biasakan yang tidak biasa" artinya yang biasanya tidak pakai masker sekarang harus pakai masker, lalu sekarang harus sering cuci tangan, jangan berkumpul dulu, apalagi dengan jarak dekat.
Kita harus terbiasa jaga jarak. Kita juga harus membiasakan makan makanan yang sehat dan bergizi, serta banyak olahraga. Jadi itu, banyak yang tidak biasa kita lakukan, karena Covid ini kita harus membiasakan diri melakukan hal-hal yang bisa mencegah diri kita tertular Covid-19.
Bila mengaku sering sosialisasi ke masyarakat soal pencegahan Covid-19, mengapa masih banyak masyarakat yang melanggar aturan kesehatan?
Hampir setiap hari kami melakukan sosialisasi. Tidak bosan-bosannya kami bergabung dengan Kapolsek, Babinsa, Linmas, Lurah, Camat untuk mengingatnya warganya. Tapi ya tetap saja, kita tidak bisa jalan sendiri. Yang tadi saya sebutkan 5 peran penting itu, semuanya harus jalan, tidak bisa diserahkan ke pemerintah. ke pemerintah saja.
Kalau masyarakatnya tidak peduli, kemudian pihak swasta juga tidak mau mengerti, acuh, lalu akademisi tidak memberikan masukan ya tentu tujuan bersama tidak akan tercapai, tidak akan bisa jalan. Sebesar apapun upaya pemerintah, tapi warganya tidak mendukung apa yang dianjurkan pemerintah, ya tidak akan tercapai tujuannya.
Presiden Jokowi segera menerapkan new normal sesuai warna zona daerah. Bagaimana prakterk penerapan di Surabaya saat new normal ini? Apakah pusat ekonomi dan mal juga diizinkan dibuka?
Justru new normal itu adalah menerapkan protokol-protokol kesehatan yang dikeluarkan saat PSBB, ke aktivitas sehari-hari. Jadi kita tetap beraktivitas seperti biasa namun dengan protokol-protokol kesehatan yang baru.
Namun terkait hal itu, apakah nanti sudah boleh salat Jumat di masjid, mal dan pusat hiburan bisa dibuka atau tidak itu semua masih kita kaji ya. Kita soalnya perlu lihat juga perkembangan proses pandeminya seperti apa. Tunggu keputusan gubernur dulu ya. Untuk anak sekolah juga kita masih belajar di rumah semua, masih menunggu keputusan Pak Menteri Pendidikan.
(mdk/ang)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Presiden Jokowi tampil berbeda ketika meninjau kesiapan penyelenggaraan KTT ASEAN di JCC Senayan, pada Jumat (1/9) kemarin. Dia terlihat kembali memakai masker.
Baca SelengkapnyaDinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) mengungkapkan kenaikan kasus Covid-19 di wilayahnya.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi melakukan kunjungan kerja ke RSUD Baharuddin di Kabupaten Muna.
Baca SelengkapnyaTjandra mengatakan, data WHO menunjukkan, ada kenaikan 255 persen perawatan Covid-19 di rumah sakit Indonesia.
Baca SelengkapnyaPeningkatan kasus ISPA itu melonjak akibat polisi udara yang kian memburuk di Jabodetabek.
Baca SelengkapnyaSelain menyoroti angka kematian tinggi akibat penyakit tidak menular, Jokowi menekankan pentingnya pencegahan stunting atau gizi buruk.
Baca SelengkapnyaTren kenaikan kasus mingguan Covid-19 nasional per 9 Desember 2023 dilaporkan menyentuh angka 554 kasus positif.
Baca SelengkapnyaJokowi mengatakan, pembangunan RS Kemenkes ini sangat penting agar masyarakat tak berobat ke luar negeri.
Baca SelengkapnyaData itu terungkap setelah Pemprov Jakarta memiliki alat lengkap.
Baca SelengkapnyaPenyakit Infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA tengah menjadi ancaman di Indonesia, khususnya warga sekitar Jakarta.
Baca SelengkapnyaHingga 19 Desember 2023, jumlah kasus Covid-19 JN.1 mencapai 41 kasus.
Baca SelengkapnyaJokowi menyebut, biaya untuk menangani dampak polusi udara sangat besar. Menurutnya, untuk menangani ISPA di Jabodetabek mengabiskan anggaran hampir Rp10 T
Baca Selengkapnya