Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kongsi para jawara kalahkan Belanda

Kongsi para jawara kalahkan Belanda jalan komaruddin. ©2015 merdeka.com/benny silalahi

Merdeka.com - Sosok Komarudin memang tidak banyak dikenal hingga kini. Pemuda asli Cakung ini adalah salah satu pahlawan yang berhasil merebut kemerdekaan dari tangan Belanda pada tahun 1945 silam. Namun sayang, nama besarnya seakan tenggelam dimakan sesaknya penduduk Jakarta.

Di zaman sebelum kemerdekaan, Cakung merupakan daerah strategis yang menghubungkan antara Jakarta dengan Bekasi. Wilayah ini dulu sangat penting untuk jalur bisnis dan perluasan kekuasaan oleh koloni Belanda. Salah satu tempat yang dijadikan markas besar tentara Belanda adalah kawasan Pasar Cakung.

"Saat itu Belanda berhasil membangun barak-barak militernya dan membangun beberapa menara pengintai di sekitar Pasar Cakung," kata Haji Nasir, cucu dari Kong Jaman, teman seperjuangan Komarudin, saat berbincang dengan merdeka.com, kemarin.

Cerita perjuangan Komarudin menurut Haji Nasir bermula saat warga Cakung mulai terusik dengan keberadaan para tentara Belanda. Mereka mulai menjajah perkampungan sekitar untuk memperluas daerah kekuasaannya. Puncaknya, pertempuran berkecamuk dengan dahsyat ketika para warga mencoba mempertahankan tanah kelahirannya.

"Terjadi pembantaian dan pembunuhan yang dilakukan Belanda saat merebut daerah itu," ujar Nasir.

Kabar tersebut akhirnya terdengar hingga ke daerah Pulogebang dan Penggilingan yang merupakan daerah kekuasan Komarudin. Melihat Belanda sudah menguasai daerah tersebut, beberapa Jawara Betawi akhirnya melaporkan kepada Komarudin supaya melakukan perlawanan terhadap para kompeni.

"Di situ ada engkong Jaman, engkong Usman, Engkong Jalin dan engkong Laib, ini jawara-jawara Betawi Cakung. Mereka bersatu ngelapor ke Komarudin, supaya membentuk pasukan lawan Belanda," kata Nasir melanjutkan.

Mendapat kabar itu, Komarudin langsung mengumpulkan seluruh warga Cakung yang tersisa, untuk melakukan perlawanan dan merebut kembali daerah Cakung yang sudah direbut oleh tentara Belanda. Pertempuran besar-besaran kembali terjadi saat itu. Bermodalkan bambu runcing warga Cakung akhirnya mulai menyerang tentara Belanda secara bergerilya.

Komarudin yang diketahui memiliki kecerdasan dan ahli dalam membentuk strategi perang memimpin langsung pertempuran. "Perlawanan pertama adalah merampok persenjataan, dan persediaan makanan tentara Belanda. Pejuang-pejuang kita awalnya hanya pakai bambu runcing," tutur Haji Nasir.

Pertempuran pun terjadi hingga beberapa hari. Belanda yang saat itu tidak sanggup mengambil alih daerah kekuasaan wilayah Komarudin, akhirnya meminta bantuan kepada tentara NICA (pasukan sekutu dari Inggris). Karena kalah jumlah pasukan dan persenjataan, Komarudin dan pasukannya pun berhasil dipaksa mundur ke daerah Bekasi.

Kekalahan tersebut, tidak berlangsung lama. Komarudin dan pasukannya yang melarikan diri ke daerah Bekasi akhirnya diselamatkan oleh Kiai Haji Noer Alie, pejuang Bekasi yang dikenal dengan julukan 'Singa Karawang-Bekasi. "Mereka akhirnya bersatu, pasukan Kiai haji Noer Alie dan Komarudin beberapa hari kemudian kembali menyerang Belanda yang saat itu menguasai Cakung," terang Nasir.

Strategi perang kedua tokoh tersebut akhirnya berhasil melumpuhkan tentara Belanda. Namun sayang, di saat pertempurannya, Komarudin tewas terkena tembakan tentara sekutu dan Belanda. Konon Komarudin disemayamkan di kampung. Namun sayang pusara Komarudin tak ada yang tahu.

Setelah berhasil merebut kemerdekaan, nama Komarudin akhirnya diabadikan sebagai bukti sejarah perjuangannya yang begitu gagah berani. Namanya dikenang lewat sebuah jalan di Cakung, yaitu Jalan Komarudin, tepatnya di Kelurahan Penggilingan dan juga Kelurahan Pulogebang, Cakung, Jakarta Timur. (mdk/mtf)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP