Sebelum subuh di Kalijodo
Merdeka.com - Salat tarawih baru saja selesai. Rabu (7/6) sekitar pukul 20.30 WIB, suasana di bawah jalan tol Pluit, mulai berdenyut. Sepeda motor hilir mudik melaju di antara bangunan-bangunan semi permanen terbuat dari triplek dan beratap asbes, yang berdiri di bawah jalan bebas hambatan itu. Walaupun semi permanen, ada salah satu bangunan yang cukup luas dan panjang. Dihiasi lampu beragam warna yang mencolok. Tapi kali ini, tidak ada lantunan musik dangdut koplo remix yang biasanya selalu terdengar saban malam.
Seorang wanita dengan kaos hitam dan celana jeans pendek sobek-sobek, melintas dengan membonceng motor matic putih bergaris hitam. Persis di depan salah satu bangunan mirip warung, dia turun dari motor dan langsung masuk ke dalam. Perempuan itu tidak sendiri, di dalam ada dua perempuan lain yang tampak asik berbincang dengan rokok di tangan.
Hampir setiap malam perempuan-perempuan itu diantar lelaki yang merangkap sebagai 'calo'. Mereka tinggal di rumah kos yang disediakan bos yang biasa disapa Mami. Rumah kos mereka tak jauh dari lokasi tempat bekerja, masih di kawasan Kalijodo yang dulunya dikenal dengan sebutan Kali Angke.
-
Kenapa Kirab Malam Satu SUro dilakukan? Malam itu, Ganjar tampak ditemani Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka, anggota DPR RI Aria Bima, dan sejumlah tokoh lain. Ganjar dan Gibran terlihat jalan bersama saat mengikuti kirab.
-
Apa yang dilakukan warga Cirebon di malam satu suro? Malam satu suro tidak selalu dianggap buruk dan menyeramkan oleh masyarakat di wilayah Cirebon.
-
Kirab Malam Satu SUro itu apa? Pada Selasa (18/7) malam, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengikuti prosesi Kirab Pusaka Dalem Praja Mangkunegaran, Kirab itu dilaksanakan untuk menyambut malam 1 Sura Jimawal 1957 atau tahun baru dalam kalender Jawa.
-
Siapa yang ikut dalam Kirab Malam Satu SUro? Ganjar yang tiba di lokasi sekitar pukul 19.00 WIB langsung bergabung dalam barisan kirab. Tidak lama kemudian, Kirab Pusaka Dalem dilaksanakan secara khidmat dan sakral.
-
Bagaimana cara menentukan 1 Ramadan di Gorontalo? Pengamatan ala Tonggeyamo sendiri dilakukan terhadap bulan dan bintang pada saat malam hari tiba untuk menentukan kapan awal puasa akan dimulai. Tradisi ini tidak hanya sebatas sampai situ saja, tetapi juga menjadi bagian dari simbol persatuan serta kebersamaan masyarakat Gorontalo.
-
Dimana ritual malam 1 suro? Lokasi ini disebut memilki nilai sisi spiritual kuat.
Satu jam berlalu, para perempuan itu ke luar bangunan. Mereka duduk di tembok yang tak terlalu tinggi. Asap rokok mengepul dari bibir bergincu. Mata mereka mencoba memancing setiap lelaki yang melintas di depannya. Termasuk saat merdeka.com berjalan di depan bangunan itu.
"Yang anget mas, sini boleh yang anget," ucap salah seorang perempuan.
Waktu beranjak malam beriringan dengan lalu lalang para pencari 'kehangatan'. Pukul 23.00 WIB, tiga lelaki berboncengan sepeda motor, berhenti di depan perempuan malam yang sudah dua jam mondar mandir di depan warung. Mereka berbincang dengan sang perempuan. Tawar menawar dilakukan, dengan tarif yang sudah ditentukan Mami.
Setelah terjadi kesepakatan, mereka bergandengan masuk ke sebuah bangunan mirip gubuk di sekitar situ. "Biasanya kalau main (berhubungan badan) di dalam gubuk itu mas," kata Dandi, salah seorang calo.
Satu jam berlalu, mereka keluar dari bangunan bersamaan dengan hembusan angin malam yang semakin dingin. Mereka masuk ke bangunan mirip warung. Beberapa botol bir dan minuman soda dipesan untuk menutup aktivitas tiga lelaki malam itu. Mereka ditemani sang perempuan dan mami.
Tak butuh waktu lama, gelas yang semula penuh berisi minuman alkohol kini telah kosong. Waktunya mereka pulang, sebelum subuh datang. Malam itu, hanya tiga lelaki yang melakukan transaksi. Menurut Dandi, mungkin alasannya karena bulan Ramadan.
"Biasanya sih ramai di sini kalau hari biasa, cuma karena ini lagi bulan puasa aja jadi sepi," ucapnya.
Tiba-tiba seorang perempuan bertubuh gempal menghampiri. Malam itu dia belum mendapat pelanggan. Dia lantas menawarkan jasanya. "Mau main (hubungan badan) enggak mas?," tanya dia.
Pertanyaan itu hanya dijawab dengan senyum dan gelengan kepala. Mengetahui itu, dia langsung beranjak pergi. Mendekati subuh, suasana di sana semakin sepi. Suara lalu lalang mobil di atas jalan tol mengantar mereka kembali ke rumah kos. Pukul 03.00 WIB, tak ada lagi aktivitas di sana selain beberapa pedagang yang beristirahat.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
"Itu sebetulnya mah mereka baik," kata Mamah Deceh.
Baca SelengkapnyaKeterbatasan ruang pada masjid di lokasi tersebut membuat penyelenggaraan salat Jumat berlangsung hingga ke lorong, kios dan lapak pedagang.
Baca SelengkapnyaToleransi saat Ramadan, salah satunya pengurangan jam kerja dengan maksud menghormati mereka yang berpuasa.
Baca SelengkapnyaMomen antrean takjil dari jam 2 siang curi perhatian. Bahkan pedagang tak datang akhirnya pakai calo.
Baca SelengkapnyaSituasi Masjidil Haram pada hati pertama pun nampak penuh dengan jamaah yang ingin menghabiskan waktu
Baca SelengkapnyaSalat Tarawih yang digelar pada malam pertama pada bulan suci Ramadan 1445 Hijirah dipadati umat Muslim.
Baca SelengkapnyaHari pertama puasa, jalan protokol Jakarta yang biasanya macet kini nampak lengan dan sepi.
Baca SelengkapnyaTradisi ini sudah ada sejak zaman Bupati Pertama Probolinggo
Baca SelengkapnyaMemasuki minggu awal bulan Ramadan, suasana kompleks gedung DPR nampak lengang.
Baca SelengkapnyaBegini penampakan masyarakat Islam Bonokeling di Banyumas Jawa Tengah. Masih memegang kepercayaan Jawa Kuno.
Baca Selengkapnya