Abrasi di Jembrana parah, bangunan sekolah hancur tergerus air laut
Merdeka.com - Abrasi di pesisir Pebuahan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Bali belakangan ini semakin parah. Sejumlah bangunan lesehan dan sekolah hancur tergerus air laut.
Kondisi daratan tidak merata lantaran penanganan tidak sama. Di beberapa lesehan dipasang batu bronjong secara swadaya oleh pemilik, namun banyak pula yang hanya mengandalkan karung-karung berisi pasir.
Kondisi itulah yang dituding penyebab air laut semakin kuat memakan daratan di sana. Dari pantauan merdeka.com, beberapa bangunan permanen nampak sudah hancur. Termasuk salah satunya bangunan MIN (Madrasah Ibtidaiyah Negeri) yang menampung siswa sekolah dasar di wilayah pesisir itu.
-
Mengapa bangunan SD Negeri Butuh masih kokoh? Walaupun telah termakan usia, saat ini gedung SD Negeri Butuh masih kokoh berdiri dan masih digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.
-
Apa yang muncul di halaman sekolah setelah gempa? Lebih dari satu sumber mata air tampak muncul dari sela-sela lantai paving.
-
Bagaimana SD Negeri Butuh dibangun? Mengutip Kemdikbud.go.id, SD Negeri Butuh dibangun menggunakan model bangunan limasan dengan penutup atap dari genteng vlaam. Dindingnya terbuat dari bambu.
-
Dimana sekolah itu berada? Peristiwa itu terjadi di Sekolah Al-Awda di Abasan al-kabira, bagian selatan Jalur Gaza dekat Khan Younis.
-
Kenapa BRI memberikan renovasi sekolah? Pemberian bantuan renovasi sekolah di SDN 1 Sumberejo dilakukan untuk meberikan motivasi dan semangat belajar kepada para murid sehingga pada akhirnya SDN 1 Sumberejo dapat mencetak generasi penerus dan SDM unggul.
-
Mengapa lantai kayu itu dibuat dengan pasak kayu? Lantai kayu tersebut ditemukan dengan kondisi disatukan dengan pasak kayu, bukan paku. Dipercaya bahwa lantai tersebut dibuat oleh pembuat kapal yang membutuhkan waktu selama satu tahun untuk membuatnya.
Sebagian gedung sekolah yang baru dibangun itu sudah hilang di bagian dasarnya. Sementara untuk mempertahankan bangunan atap, sengaja ditopang kayu untuk menyangga agar tidak roboh.
Sebagian gedung yang masih berdiri masih digunakan untuk sekolah siswa kelas V dan VI. Sedangkan siswa kelas I-IV, oleh pihak sekolah diungsikan di gedung lainnya yang berada di sisi utara jalan.
"Sejak dua tahun abrasi di sini semakin parah. Warung saya juga sudah lenyap tergerus air. Bagunan lain juga banyak yang hancur karena daratan hancur," ujar Sri Astuti, salah seorang warga sekaligus pemilik warung yang tergerus air laut, Senin (16/11).
Menurutnya, dulunya daratan di wilayah tersebut panjang, ada sampai tiga bangunan (lesehan) berdiri. Namun sekarang sudah habis tergerus air laut.
Selama delapan tahun membuka warung, kondisi yang paling terasa sebagai dampak abrasi pada setahun terakhir. Sebenarnya dia sudah berusaha untuk memasang karung-karung berisi pasir, tetapi karena dikelilingi batu bronjong yang dipasang swadaya, air laut justru lebih cepat menggerus lahannya.
"Ya karena air pecah dan lebih banyak lari ke sini, karena itu lebih banyak tanah di sini yang tergerus," ujarnya.
Namun dia masih bersyukur, sebab, di sisi timur kondisinya paling parah dan sudah banyak bangunan yang terpaksa dirobohkan sendiri oleh warga sebelum terkena abrasi. Saat ini banyak juga bangunan warga yang belum terlindungi, termasuk fasilitas umum seperti gedung kelas MIN tersebut. (mdk/cob)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Diduga, gedung ambruk karena usia bangunan yang sudah tua.
Baca SelengkapnyaAmbruknya atap sejumlah ruang kelas pada SDN Kedaung Depok itu terjadi seusai diguyur hujan deras pada Jumat (15/3) kemarin.
Baca SelengkapnyaBangunan Sekolah Dasar (SD) Negeri Pandansari 1, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang ambruk akibat dihantam hujan dan angin kencang.
Baca SelengkapnyaBangunan ambruk karena kayu atap digerogoti rayap sehingga lama-lama rapuh.
Baca SelengkapnyaKarena kekurangan ruangan kelas sehingga harus digunakan bangunan yang tidak layak tersebut
Baca SelengkapnyaSDN yang ruang kelasnya ambruk akibat goncangan gempa berada di Kampung Cilangiri, Desa Tanjungjaya, Kecamatan Banjarwangi.
Baca SelengkapnyaKepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sragen Prihantomo di Sragen, mengatakan plafon ambrol tersebut terjadi di SDN Kalijambe.
Baca SelengkapnyaSejumlah bangunan tampak rusak diterjang gempa darat tersebut
Baca SelengkapnyaPerjalanan bertaruh nyawa itu terpaksa ditempuh para pelajar SD di dua desa karena akses menuju sekolah hanya melalui jembatan rusak tersebut.
Baca SelengkapnyaDua ruang kelas tersebut belum kunjung diperbaiki. Aktivitas belajar mengajar terpaksa dipindah ke perpustakaan dan laboratorium IPA.
Baca SelengkapnyaAnak-anak terpaksa digendong warga agar sepatu dan baju mereka tidak basah saat melintasi sungai Regoyo.
Baca SelengkapnyaBambu-bambu tersebut dipasang di pesisir pantai kawasan Pelabuhan Marunda Center Terminal (MCT) Jurong Port JV, Tarumajaya, Bekasi.
Baca Selengkapnya