Begini Cerita ODGJ yang Ditemukan Meninggal Punya Uang Ratusan Juta di Depok
Merdeka.com - Kabar orang dalam gangguan jiwa (ODGJ) yang meninggal dan memiliki uang ratusan juta masih ramai diperbincangkan. ODGJ itu bernama Minan Tu'u (70). Dia ditemukan meninggal dunia di depan pom bensin Grogol, Kelurahan Grogol, Limo Depok, pada Senin (13/2).
Minan mulanya bukanlah ODGJ. Dia baru mengalami gangguan jiwa saat usia 30 tahun. Semasa normal, almarhum Minan kerap berjualan sayur dan buah. Dulu, Minan tinggal bersama orang tuanya. Namun ketika orang tua Minan meninggal, Minan diurus oleh adiknya yang bernama Minah.
Dari cerita Minah terungkap bahwa almarhum memiliki banyak uang yang didapat dari pemberian orang yang mengisi BBM di SPBU Jalan Pramuka, Kelurahan Grogol, Kecamatan Limo. Setiap pagi almarhum keluar rumah dan diam di dekat SPBU.
-
Dimana nenek Niah berjualan? Ia berjualan rujak yang berlokasi di Jalan KH. Mansyur Nomor 70 Surabaya, sekitar wisata religi Sunan Ampel.
-
Apa yang dijual nenek Niah? Ia berjualan rujak yang berlokasi di Jalan KH. Mansyur Nomor 70 Surabaya, sekitar wisata religi Sunan Ampel.
-
Kapan nenek Niah mulai berjualan? Nenek Niah mulai berjualan mulai pukul 5 sore sampai 11 malam.
-
Siapa yang membeli rujak nenek Niah? “Belum ada penglaris, buka dari jam 5 sampai sekarang baru ada beli,“ ucap nenek Niah.
-
Apa yang Nia lakukan untuk mertua? Nia dengan tulus memeluk ayah mertuanya dalam perayaan ulang tahun pernikahan Aburizal Bakrie dan Tatty.
-
Siapa yang menjaga rumah tua itu? Dia adalah seorang penjaga kebun Rumah Reuneker.
“Saban pagi dia keluar rumah, ke pom bensin, di sana ada yang suka kasih uang, saya sama suami lihat sendiri, yang bawa motor sama mobil suka kasih ke dia, kalau jalan juga enggak jauh,” kata Minah, Rabu (15/2).
Minan tidak pernah meminta uang kepada orang. Uang yang didapatnya itu hasil pemberian orang yang iba melihat Minan. Tak hanya uang, Minan juga sering diberi makanan oleh orang. Namun jika tidak ada yang memberi makan, Minan akan pulang ke rumah dan makan di rumah.
“Biasanya kalau siang dan tidak ada yang kasih makan, pas perutnya lapar dia pulang ke rumah, makan yang saya siapkan pagi sama sore, sehari tiga kali,” ceritanya.
Minan baru pulang ke rumah pada malam hari. Dia memiliki tempat tinggal yang ada di depan rumah kakaknya. Tas yang dibawa Minan pun ada di rumah tersebut karena selalu dibawa oleh almarhum. Minah tidak menyangka kalau kakaknya memiliki uang hingga ratusan juta rupiah. Dirinya sempat melihat Minan merapihkan uang yang didapat dari orang.
“Saya lihat dirapihin uangnya, dimasukin ke bantal, sampai dua apa tiga bantal kali, tapi tidak menyangka sampai Rp100 juta lebih. Yang hitung setelah abang saya meninggal juga warga soalnya,” katanya.
Minah menduga kakanya tidak ingin menjadi beban keluarga sehingga meninggalkan uang hasil pemberian orang. Uang itu pun digunakan untuk keperluan pemakaman hingga tahlilan.
“Mungkin abang saya mikirnya kalau adiknya susah, dia tidak mau jadi beban mpoknya, adiknya. Lebih baik pas mati mending ninggalin duit dulu dah, biar matinya tenang, sudah ada duitnya buat ngurusin, begitu kali kira-kira pikiran dia,” ungkapnya.
Minah mengaku iklas mengurus kakaknya semasa hidup. Uang milik almarhum pun akan digunakan untuk keperluan almarhum dan sisanya digunakan untuk sedekah. Keluarga Minan, sambung Minah bukanlah orang mampu. Dia tidak tahu kalau kakaknya tidak memiliki uang itu maka biaya pemakaman akan sangat berat.
“Kalau orang patungan bisa, saya duit dari mana. Tapi, saya bersyukur sudah ngurusin dia, bisa ninggalin uang untuk niga hari, nujuh hari, 40 hari, sedekahin anak yatim, janda, fakir miskin. Kalau ada sisa saya mau bagusin kuburannya, kalau ada sisa lagi saya sedekahkan ke masjid, itu duit dia, bagus saya tidak ngeluarin biaya, timbang ngeluarin tenaga doang,” tukasnya.
Minah menceritakan, kakanya sempat dua kali kehilangan uang di dalam tasnya. Almarhum pun hanya diam saja saat itu. “Dia planga-plongo aja pas duitnya hilang. Itu sudah lama sekali, satu di dekat pangkalan ojek, satu lagi di Warkop depan,” ceritanya.
Uang yang hilang sekitar Rp 2 juta. Minan pun hanya bersedih dan tidak bisa berbicara apa-apa karena almarhum memang tidak bisa berkomunikasi. “Saya denger-denger Rp2 juta (uang yang hilang), itu mah baru ngumpulin dikit kali, tapi kalau sekarang pas dia enggak ada uangnya sampe Rp100 juta, saya juga kaget,” katanya.
Minah mengaku tidak mempersoalkan uang kakaknya yang hilang. Dia percaya uang tersebut akan diganti oleh rejeki lain. “Kita masih punya Tuhan, masih banyak punya rejeki, udah mati aja rejekinya banyak, apalagi hidup, bisa usaha ke sana ke mari, udah jangan pikirin, nanti rejekinya juga banyakan dari itu, begitu saya bilang ke dia,” pungkasnya.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sejak istrinya meninggal, Abah Ucup merawat sang ibu yang sudah berusia 103 tahun seorang diri.
Baca SelengkapnyaSang kakak laki-laki ini sampai masuk grup sekolah adiknya dan dipanggil 'Bu' dikira ibunya.
Baca SelengkapnyaKisah pilu nenek berusia 66 tahun hidupi dua cucu seorang diri.
Baca SelengkapnyaBerikut kisah Ayu gadis 11 tahun yang rela jualan gorengan di sekolah demi hidupi Ibu ODGJ dan sang nenek.
Baca SelengkapnyaMomen driver ojol bawa anak antar makan. Ternyata sang istri baru meninggal dunia.
Baca SelengkapnyaDi usianya yang masih kecil, keduanya terpaksa berjualan entok di jalanan.
Baca SelengkapnyaDi usianya yang masih kecil, dia harus merawat sang adik lantaran ibu telah wafat.
Baca SelengkapnyaSepeninggal ayah berpulang, keduanya terpaksa menjadi tulang punggung.
Baca SelengkapnyaOlla Ramlan bercerita tentang ayahnya yang dulu pernah jadi sopir ojek.
Baca SelengkapnyaKisah seorang wanita lansia asal Purworejo benar-benar membuat siapapun yang membaca akan mengelus dada.
Baca SelengkapnyaKisah haru Pak Edi, penjual kerupuk Palembang yang tetap bekerja meski sakit.
Baca SelengkapnyaKehilangan orang tersayang tentu bukan kondisi yang mudah untuk dilalui.
Baca Selengkapnya