Bocoran Rapat IDI dan Kemendikbud soal Mahalnya Sekolah Dokter
Merdeka.com - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) akhirnya merespons surat Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI). Dalam surat itu, IDI protes tentang biaya pendidikan sekolah dokter yang semakin mahal tak terkendali.
Kemendikbud Ristek menggelar rapat bersama PB IDI. Rapat digelar pada akhir Mei 2022 lalu. Pelaksana Tugas (Plt) Dirjen Dikti Kemendikbud Ristek Nizam hadir mewakili Kemendikbud Ristek dalam rapat tersebut.
Dalam rapat itu, IDI menyampaikan dua hal. Pertama, tugas dokter berkaitan dengan kemanusiaan. Bila pendidikan kedokteran baik, maka dokter yang dihasilkan akan baik pula. Demikian sebaliknya.
-
Apa yang ditemukan Kemenkes tentang perundungan di sekolah kedokteran? Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengungkap saat ini 300 perundungan di sekolah spesialis kedokteran. Hasil itu berdasarkan hasil investigasi Kemenkes di Universitas Diponegoro, Universitas Airlangga, Universitas Sumatera Utara dan Universitas Sriwijaya.
-
Kenapa IDI di Kaltim meningkat? “Peningkatan angka ini, membuat Kaltim menduduki peringkat 4 nasional. Setelah sebelumnya peringkat 5 nasional,“ terang Sufian Agus.
-
Kenapa Hari Dokter Nasional bertepatan dengan berdirinya IDI? Hari Dokter Nasional bertepatan dengan berdirinya Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
-
Apa isi pesan dalam surat? Kertas lainnya adalah surat dari Lorange yang secara kasar diterjemahkan sebagai: Gundukan ini digali Anno Domino 1874. Dari Anders Lorange, Antiqvarius Norvegiæ. Gundukan ini dibangun di atas Manusia yang gugur. Mereka dibakar di kapal mereka bersama senjata dan dekorasi mereka.
-
Dimana IDI Kaltim berada? IDI di Kalimantan Timur (Kaltim) menempati peringkat empat secara nasional.
-
Kenapa surat tersebut ditulis? Kertas lainnya adalah surat dari Lorange yang secara kasar diterjemahkan sebagai: Gundukan ini digali Anno Domino 1874. Dari Anders Lorange, Antiqvarius Norvegiæ. Gundukan ini dibangun di atas Manusia yang gugur. Mereka dibakar di kapal mereka bersama senjata dan dekorasi mereka.
Poin kedua, IDI menyampaikan, dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran, biaya pendidikan peserta didik harus mendapat persetujuan Menristek Dikti. Bukan hanya peserta didik pada program regular, tapi juga mandiri.
Sumber internal PB IDI mengatakan, semula usulan tersebut disetujui oleh seluruh peserta rapat. Namun, saat itu, Plt Dirjen Dikti Kemendikbud Ristek Nizam belum memasuki ruang rapat.
Setelah Nizam berada dalam ruang rapat, ia menegaskan, biaya pendidikan kedokteran di Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan Singapura dan Malaysia.
Di sisi lain, dalam rapat itu, Nizam juga mengatakan, bila ada sumbangan besar dari masyarakat, seperti orang tua dan peserta didik tidak perlu ditolak.
Penjelasan dari Kemendikbud ini yang membuat IDI bertanya-tanya. Menurut IDI, perbandingan biaya pendidikan di Indonesia dengan negara tetangga tidak tepat. Ada banyak faktor yang mempengaruhinya. Di antaranya, pendapatan per kapita di Singapura dan Indonesia jauh berbeda.
Terkait hal ini, Nizam belum bisa memberikan komentar. Dia masih berada di luar negeri. Sementara Sekjen Kemendikbud, Suharti menolak komentar. Menyerahkan hal tersebut kepada Nizam.
Menurut sumber yang merupakan dokter senior ini, pemerintah seharusnya mengatur batas maksimal biaya pendidikan kedokteran di Indonesia. IDI lalu membandingkan biaya pendidikan kedokteran dengan tarif penjualan obat yang memiliki batas maksimal.
Namun, lagi-lagi dalam rapat itu, Kemendikbud kembali menyinggung sumbangan besar yang diberikan pemerintah kepada pendidikan kedokteran.
"Kami akan menyurati lagi. Kan saya menagih janji pemerintah di UU bahwa semua beban pendidikan yang dibebankan kepada peserta harus mendapat persetujuan menteri. Tidak hanya reguler, mandiri pun sama. Jadi semua," tegasnya, Senin (6/6).
Surat Sempat Tak Direspons
Sebelumnya, PB IDI menyurati Kemendikbud Ristek. PB IDI menyampaikan bahwa biaya pendidikan kedokteran di Indonesia semakin tak terkendali, mahal, dan tidak terjangkau.
PB IDI juga menanyakan apakah biaya pendidikan yang berlaku di Fakultas Kedokteran Indonesia sudah mendapat persetujuan Mendikbud Ristek sesuai aturan perundang-undangan.
"Ini (surat PB IDI) sama sekali tidak direspons oleh Mendikbud," kata Ketua Terpilih PB IDI, Slamet Budiarto kepada merdeka.com, Rabu (18/5).
Menurut lulusan Magister Fakultas Hukum Universitas Soegijapranata, Semarang ini, surat tersebut ditembuskan kepada Presiden Joko Widodo dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Surat ini dilayangkan PB IDI pada 10 Februari 2022. Saat itu, PB IDI masih dipimpin Daeng M Faqih.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perguruan tinggi negeri menjadi incaran karena biaya kuliah lebih murah. Tapi faktanya, kian hari kian mahal.
Baca SelengkapnyaPadahal Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, Indonesia kekurangan dokter.
Baca SelengkapnyaMeski kecewa, IDI mengaku siap mengawal penerapan UU Kesehatan ini hingga ke tingkat cabang.
Baca SelengkapnyaIDI Jabar memastikan praktik itu bukanlah tradisi yang seharusnya ada.
Baca SelengkapnyaDPR panggil Nadiem Makarim untuk meminta penjelasan terkait lonjakan UKT.
Baca SelengkapnyaAliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Seluruh Indonesia (SI) mengadu ke Komisi X DPR terkait kenaikan biaya uang kuliah
Baca SelengkapnyaIDI menegaskan, permasalahan utama di Indonesia yakni distribusi dokter yang tidak merata, bukan produksinya.
Baca SelengkapnyaBadan Eksekutif Mahasiswa (BEM) menyampaikan aspirasi terkait kenaikan biaya uang kuliah tunggal
Baca SelengkapnyaKematian korban berinisial AR yang ditemukan pada Senin (12/8) lalu diduga berkaitan dengan perundungan di tempatnya menempuh pendidikan.
Baca SelengkapnyaIhsan mengungkapkan, pihaknya sudah beberapa kali melakukan audiensi dengan rektorat.
Baca SelengkapnyaPerundungan tersebut terjadi dalam berbagai bentuk.
Baca SelengkapnyaKemenkes juga meminta agar Undip mengontrol obrolan di grup WhatsApp peserta PPDS.
Baca Selengkapnya