Buah dari ikhtiar dan doa, nenek penjual nasi aking pergi haji
Merdeka.com - Inilah bukti betapa mustajab-nya doa yang dibaca secara ikhlas dan istiqomah. Nenek Tarijah (73), asal Desa Boga, Nganjuk, Jawa Timur telah membuktikannya. Doanya sejak 2003 silam untuk bisa berhaji kini diijabah Allah SWT.
Tarijah bukan orang yang berlimpah harta. Tapi dia kaya dengan keimanan, keikhlasan, dan doa.
"Saya senang mengamalkan beberapa doa dan bacaan yang saya baca di buku-buku bekas yang saya jual di pasar," ucap Tarijah dengan logat Jawa saat ditemui di Asrama Haji Embarkasi Surabaya (AHES) Sukolilo, Senin (6/8).
-
Kenapa pedagang takjil senang berjualan? Cuan yang dikantongi dari berdagang Takjil menggiurkan lho ..
-
Dimana dia berjualan? Saat ini ia rutin mangkal di Jalan Bulak Rantai, Kampung Tengah, Kecamatan Kramat jati, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
-
Apa yang dijual oleh pelaku di Tasikmalaya? 'Ketiganya terlibat dalam penyalahgunaan sediaan farmasi berupa obat jenis tramadol dan eximer,' ungkap Bripka Triana Anggasari, juru bicara Mapolres Tasikmalaya, saat konferensi pers di Mapolres Tasikmalaya pada Jumat (1/11/2024).
-
Bagaimana si penjual jagung menabung? Ia mengaku sudah berjualan jagung rebus sejak 2 tahun yang lalu. Meski masih anak-anak, Ia tak lantas menghamburkan uang hasil jualan jagung rebus tersebut. Bahkan, Ia menabungnya sedikit demi sedikit sejak tahun lalu.
-
Bagaimana cara penjual cilok di Majalengka mengumpulkan uang? Irfan mengaku jika pembelian hewan kurban ini menggunakan uang receh yang sudah dikumpulkannya senilai Rp2,5 juta. Memilih hewan kurban Dengan ramah pemilik lapak mempersilahkan penjual makanan itu memilih sendiri hewan kambingnya.
-
Dimana Aki Khoerudin biasa berjualan? Sehari-hari, pria bersahaja ini mangkal di wilayah Guntur Sari, Kecamatan Buah Batu, Kota Bandung.
Nenek Tarijah berkisah sembari menunjukkan lampiran buku bekas berisi berbagai macam fadilah dan bacaan doa yang masih disimpan di tas paspornya kepada Staf Humas Kanwil Kementerian Agama (Kemenag) Jawa Timur. Nenek tiga cucu ini mengaku, hanya pedagang kecil di Pasar Wage, Nganjuk.
Setiap hari usai Salat Subuh, pukul 06.00 WIB, Tarijah pergi berjualan dengan berjalan kaki sejauh sekitar dua kilometer.
Di Pasar Wage, Tarijah menjual nasi aking. Dia juga menjual buku, koran bekas, kayu arang, jagung, bekatul, dan botol bekas di lapaknya. Penghasilan juga tidak menentu. Jika ramai pembeli, rezeki paling banyak yang didapatnya hanya Rp 100 ribu per hari. Tapi jika sepi pembeli, tak sepeserpun uang yang dibawanya pulang.
Meski dengan penghasilan ala kadarnya, nenek yang tinggal bersama seorang cucu di rumah sederhana ini, masih bisa menabung. Untuk mewujudkan mimpinya berhaji, sejak 2003 atau sejak ditinggal mati suaminya karena sakit, Tarijah mulai menyimpan uangnya sedikit demi sedikit.
Tapi karena tidak mengenal istilah bank, nenek yang sudah 15 tahun menjanda ini menyimpan uangnya di bawah tempat tidur dan bantalnya. “Saya tidak tahu bank, bagaimana cara menabung, saya tidak tahu. Kalau ada uang ya saya simpan di bawah tikar (alas tempat tidurnya). Tiap hari kamar itu saya kunci,” kisahnya.
Medio 2010, uang Tarijah terkumpul Rp 20 juta. Ketika berniat daftar haji, uangnya tak cukup, kurang Rp 5 juta. Untuk menutupi kekurangan tersebut, Tarijah meminjam uang kepada kenalannya.
"Uangnya kurang Rp 5 juta, saya pinjam uang untuk nutup. Alhamdulillah, delapan tahun sampai saat ini, saya bisa bayar nutup biaya ongkos naik haji," jelasnya.
Berdoa tanpa mengeluh
Sementara untuk makan sehari-hari, nenek yang juga kehilangan putra satu-satunya karena sakit stroke ini, masak di kios pasarnya dengan tungku kayu bakar. "Kalau beli ya mahal, lima ribu dapat nasi sekepel, jadi ya masak ngeliwet nasi 3 ons. Kadang 0,5 kilo sehari sudah cukup," katanya.
Kendati demikian, Tarijah tak pernah mengeluh. Justru dia terus berdoa di setiap salatnya agar diberi kelancaran rezeki dan bisa pergi ke Tanah Suci. Karena saking istiqomah-nya, bahkan di waktu senggang, saat dagangannya sepi pembeli, Tarijah menyempatkan diri membaca Alquran dan buku-buku bekas yang dia jual.
Alhasil, buah dari ikhtiar dan doa-doa itupun kini diijabah. Allah menunjukkan kekuatannya kepada Tarijah melalui semua amalan yang dilakukan Tarijah. Tahun 2018, dia diberikesempatan haji ke rumah Allah SWT dan menjumpai makam Rasulullah SAW.
Ke Tanah Suci, Tarijah bergabung dengan Jemaah Calon Haji (JCH) kelompok terbang (kloter) 59 Kabupaten Nganjuk. Dia masuk AHES Sukolilo pada Minggu (5/8) kemarin, pukul 18.30 WIB.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ia hendak menukar beberapa sendok dagangannya dengan sepiring nasi.
Baca SelengkapnyaMeski kondisi tubuhnya sudah tak sekuat saat muda, nenek 69 tahun ini sangat antusias menuju Tanah Suci.
Baca SelengkapnyaUntuk mengobati rasa lapar, setiap hari sang kakek makan nasi dengan dicampur air.
Baca SelengkapnyaAksi pria borong takjil hingga penjualnya menangis ini viral, tuai pujian warganet.
Baca SelengkapnyaViral di media sosial seorang nenek ingin membeli mukena, tapi tak punya uang.
Baca SelengkapnyaMomen haru kakek penjual jagung yang sepi pembeli. Bahagia saat dagangannya dibeli.
Baca SelengkapnyaSimak kisah pilu seorang kakek penjual tangga bambu keliling yang sudah satu bulan berjualan tak laku.
Baca SelengkapnyaKakek ini menghampiri calon pembelinya satu per satu. Namun, tak ada yang membeli.
Baca SelengkapnyaSeorang wanita paruh baya pilih berjualan di tengah hutan dan gunung selama 24 jam sehari untuk penuhi kebutuhan keluarganya.
Baca SelengkapnyaPak Alam berjualan tisu keliling dari Cikarang ke Jakarta. Ia naik kereta bersama putranya Sultan.
Baca SelengkapnyaDatang dari Lamongan ke Surabaya untuk menjual satu tikar, nyatanya dagangannya tak kunjung laku.
Baca SelengkapnyaSejak istrinya meninggal, Abah Ucup merawat sang ibu yang sudah berusia 103 tahun seorang diri.
Baca Selengkapnya