Cerita arwah noni Belanda gentayangan di Lawang Sewu
Merdeka.com - Lawang Sewu, gedung tua yang berada di pusat Kota Semarang ini sebelum zaman penjajahan Jepang adalah kantor perkereta-apian yang dikelola pemerintah kolonial Belanda. Cerita misteri, munculnya arwah noni Belanda ini berawal ketika tentara Jepang masuk menyerbu gedung, dan menjadikannya sebagai salah satu basis peristirahatan tentara Jepang.
Kala itu, terjadi pemerkosaan tentara Jepang terhadap sekitar 20 noni Belanda. Kabarnya semua noni ini terdiri dari 10 noni perawan dan 10 sudah nikah. Setelah puas menyalurkan hasratnya, para tentara Jepang memenggal kepala 20 noni tersebut. Dari situ, mistis sering munculnya noni di sekitar Lawang Sewu berawal.
Kemunculan arwah noni Belanda ini salah satunya dialami oleh Toha (46) warga Kampung Prembaen, Semarang Tengah, Kota Semarang. Toha yang mempunyai hobi memancing di sungai sekitar Lawang Sewu ini sering melihat penampakan sosok noni Belanda. Dengan rambut panjang terurai dan berbusana long dress warna putih, mondar-mandir di sekitar Lawang Sewu.
-
Bagaimana wajah itu terbentuk? Pola awan yang rumit bagaikan tekstur pada lukisan cat minyak tergambar di sana, menghasilkan ilusi wajah yang berbentuk agak aneh.
-
Dimana ciri khas rakyat Indonesia terlihat? Keindahan alam yang luar biasa, seperti pantai-pantai eksotis, gunung berapi, dan hutan hujan tropis, menjadi daya tarik wisata Indonesia.
-
Apa ciri khas rakyat Indonesia? Bangsa Indonesia memiliki beragam ciri khas yang mencerminkan kekayaan budaya, sejarah, dan geografinya.
-
Bagaimana cara menikmati keindahan Masjid Agung Surakarta? Masjid ini lokasinya ada di sekitar alun-alun utara dan terus mengalami renovasi bertahap agar bisa digunakan layaknya masjid kebanyakan.
-
Apa yang unik dari Candi Morangan? Dikutip dari Jogjaprov.go.id, salah satu yang menjadi keunikan dari Candi Morangan adalah adanya arca kendaraan milik Dewi Shiwa yang disebut Nandi. Selain itu di candi tersebut juga banyak terdapat patahan relief.
-
Apa makna kata indah dalam Bahasa Indonesia? Dalam setiap kata yang terpilih dan terucap, tersimpan keindahan yang mampu menarik perhatian, menciptakan kehangatan, atau bahkan menyentuh hati setiap pendengarnya.
"Dia tidak mengganggu hanya menampakkan diri. Mondar-mandir dengan parasnya yang cantik namun penuh dengan darah di mukanya menebar senyum. Menakutkan memang, tetapi mau bagaimana lagi," tutur Toha kepada merdeka.com, Minggu (13/10).
Loji era Belanda tersebut lebih dikenal dengan istilah Lawang Sewu atau pintu seribu, karena ribuan pintu dan jendela tersebar di mana-mana. Sebagai gambaran, lantai dua di bagian belakang gedung memiliki sekitar 20 ruangan berjajar yang masing-masing memiliki sebanyak 6 pintu. Jika lawang bisa diartikan sebagai pintu atau pintu menyerupai jendela, maka diayakini Lawang Sewu memiliki 1000 pintu.
Namun uniknya, dari berbagai pengalaman para wisatawan baik lokal maupun mancanegara yang mengunjunginya, saat menghitung jumlah pintu selalu tidak akan menemukan jumlah sampai 1000 pintu atau 1000 lawang. Hingga kini, rahasia ini diyakini sebagai mitos jika satu pintunya merupakan pintu mistis, jalan masuk arwah para penunggu gedung Lawang Sewu tersebut.
Selain rahasia pintu seribu, juga ada bagian lain dari Lawang Sewu yaitu bungker, atau ruang bawah tanah. Bungker ini sebetulnya tempat penyimpanan atau persediaan air bersih pada Zaman Belanda. Tak heran, jika sampai saat ini bangunan tersebut terus tergenang air dan harus dipompa keluar agar air tidak membanjiri objek wisata utama di Lawang Sewu tersebut.
Saat pertama turun, kami ditunjukan tempat angker dan penampakan-penampakan yang terjadi. Di ruangan pengap tersebut, terdapat beberapa lampu temaram yang masih terlihat baru. Konon dipasang lampu karena banyaknya orang yang kesurupan di tempat itu.
Pada masa Jepang, bungker itu dijadikan penjara dadakan untuk menahan para pejuang dan tentara Belanda yang tertangkap. Selain itu, tempat itu dijadikan sebagai tempat penyiksaan dan pembantaian tentara Belanda. Termasuk menyiksa beberapa noni Belanda yang dilakukan oleh tentara Jepang.
Penjara ini pada masa itu sering disebut sebagai penjara jongkok. Lima sampai sembilan orang dimasukan dalam sebuah kotak sekitar 1,5 x 1,5 meter dengan tinggi sekitar 60 cm, mereka jongkok berdesakan lalu kolam tersebut diisi air seleher. Kemudian kolam tersebut ditutup terali besi sampai mereka semua mati. Di ruang bawah tanah itu juga terdapat 16 kolam di setiap ruangan, delapan ruangan bagian kanan dan delapan bagian kiri.
Selain itu, di ruang bawah tanah itu juga terdapat penjara berdiri. Lima sampai enam orang dimasukan dalam sebuah kotak berdiamater sekitar 60 cm x 1 meter, mereka berdiri berdesakan kemudian ditutup pintu besi sampai mereka semua mati. Jika dalam seminggu mereka yang dipenjara jongkok dan penjara berdiri masih hidup, maka kepala mereka dipengggal dalam ruangan khusus. Mereka menggunakan bak pasir untuk mengumpulkan mayat tersebut. Seluruh mayat dibuang ke kali kecil yang terletak di sebelah gedung tersebut.
Konon, menurut cerita beberapa warga kali itu bernama Kali Garang. Garang, berarti negis dan kejam. Kata-kata garang dipilih karena pada masa penjajahan Belanda dan Jepang itu, seringnya terjadi penyiksaan, sehingga warna kali menjadi merah darah.
Saat pertempuran lima hari di Semarang, mayat-mayat tersebut dijadikan satu dalam delapan ruangan di sebelah kiri, kemudian ruangan tersebut ditembok untuk menghilangkan bau mayat.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kuntilanak merupakan salah satu hantu yang paling populer dan diketahui oleh banyak orang di Indonesia.
Baca SelengkapnyaPatung perempuan menangis menjadi salah satu ikon menarik di Museum Taman Prasasti.
Baca SelengkapnyaAda satu nisan yang sudah dipindahkan sampai tiga kali tapi tetap balik lagi ke tempat semula.
Baca SelengkapnyaSaat masa penjajahan Belanda, lokasi kampung itu digunakan sebagai tempat para tentara Belanda melakukan kekerasan terhadap warga pribumi.
Baca SelengkapnyaKepercayaan masyarakat itu ke bermula dari cerita seorang wanita nernama Ambarwati yang telah disakiti hatinya oleh pejabat tinggi Belanda di awal abad 19.
Baca SelengkapnyaDipercaya bahwa area tersebut merupakan lahan yang harus dikosongkan. Bahkan, tak sedikit dari warga yang tak berani melintas di sana.
Baca SelengkapnyaBentuknya yang unik dan penuh filosofis, membuat hasil kreasi lokal tersebut banyak diminati di pasaran.
Baca SelengkapnyaTak ada satupun warga yang tahu kapan makam itu berdiri
Baca SelengkapnyaSampai sekarang gapura ini masih terlihat kokoh dan estetik.
Baca SelengkapnyaKabarnya, makam keramat ini bermula dari tiga prajurit perempuan asal kerajaan Mataram di masa silam.
Baca SelengkapnyaSaat ini jejak keberadaan makam Belanda di Kampung Recosari hampir hilang tak bersisa
Baca SelengkapnyaKonon tempat ini menjadi tempat penyekapan, penyiksaan, sekaligus pemerkosaan para wanita oleh tentara Jepang.
Baca Selengkapnya