Cerita Dokter Spesialis Paru Kewalahan Hadapi PDP Covid-19 Tolak Gunakan Masker
Merdeka.com - Menjadi garda terdepan dalam merawat pasien yang terinfeksi penyakit virus corona atau covid-19 tentu bukan perkara yang mudah. Apalagi, pekerjaan ini selalu dibayangi dengan kecemasan akan penularan penyakit yang belum ada obatnya. Tentu saja, selain nasib pasien, nasib diri sendiri dan keluarga kini menjadi taruhannya.
Garda terdepan dalam melawan penyakit corona ini salah satunya dijalani oleh dokter spesialis paru konsultan infeksi, dr Soedarsono. Pria berumur 65 tahun ini kini menjadi orang paling penting dalam penanganan teknis pasien positif corona di Jawa Timur.
Bukan hanya karena dirinya menjadi dokter yang merawat langsung sejumlah pasien positif di Rumah Sakit Umum dr Soetomo. Namun, nasib seluruh pasien yang baru bergejala corona dengan status PDP (Pasien Dalam Pengawasan) juga bergantung padanya.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
-
Siapa yang memimpin Satgas Penanganan Covid-19? Sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia, Presiden Jokowi menugaskan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menjadi komando dalam sektor penanganan kesehatan. Lalu dibentuklah Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Pandemi Covid-19.
-
Apa gejala yang dirasakan dari Covid Pirola? Gejala Covid Pirola Lantas, seperti apa gejala covid Pirola? Mengenai gejala yang ditimbulkan akibat infeksi Pirola, diketahui belum ada gejala yang spesifik seperti disampaikan ahli virologi dari Johns Hopkins University, Andrew Pekosz, dilansir dari Liputan 6.Namun, tetap saja ada tanda-tanda yang patut untuk Anda waspadai terkait persebaran covid Pirola. Apabila terkena COVID-19 gejala umum yang terjadi biasanya demam, batuk, sakit tenggorokan, pilek, bersih, lelah, sakit kepala, nyeri otot serta kemampuan indera penciuman berubah, maka gejala covid Pirola adalah sakit tenggorokan, pilek atau hidung tersumbat, batuk dengan atau tanpa dahak, dan sakit kepala.
-
Kapan Covid-19 pertama kali terkonfirmasi di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Bagaimana polisi dapat berkontribusi dalam penanganan Covid-19? Operasi Aman Nusa II menjadi studi kasus utama yang memperlihatkan bagaimana kepolisian, dengan sumber daya dan kapasitasnya, dapat berkontribusi signifikan terhadap penanganan krisis kesehatan publik.
-
Kenapa Covid Pirola dikhawatirkan? Varian baru virus corona bernama Pirola tengah menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia. Varian BA.2.86, yang dijuluki 'Pirola', adalah varian baru Omicron yang bermutasi dan memicu lonjakan kasus baru. Pirola memiliki lebih dari 30 mutasi penting, menurut Scott Roberts, spesialis penyakit menular Yale Medicine dikutip dari Al-Jazeera.
Sebab, sebagai Ketua Tim Pinere (Penyakit Infeksi Emerging dan Remerging) dibawah koordinasi langsung Gubernur Jatim, keputusannya yang akan menjadi rujukan, apakah pasien berstatus PDP ini dapat dinyatakan sembuh atau justru meningkat menjadi positif.
Meski memiliki jabatan penting dalam penanganan wabah corona di Jatim, dr Soedarsono tetap tak melupakan tugasnya menjadi dokter yang harus merawat pasien.
Sebab, di rumah sakit tempatnya berada saat ini, ada beberapa pasien yang sudah berstatus positif corona dan PDP. Bahkan, satu diantaranya pasien positif corona yang ditanganinya kini, ada yang dalam kondisi berat.
"Ada satu pasien sudah memakai alat bantu pernapasan. Ini tergolong sudah berat ya, karena ada penyakit penyertanya. Tapi kondisinya stabil," tukasnya membuka percakapan dengan merdeka.com.
Meski sudah cukup berpengalaman dengan penyakit infeksi, bukan berarti dirinya tidak cemas dalam setiap penanganan pasien corona. Sebab, penyakit yang belum ada obatnya ini, memerlukan perlakuan khusus dibandingkan dengan penyakit infeksi lainnya.
"Disebut cemas sih enggak. Cuma kita memang harus tetap mematuhi aturan atau protokol kesehatan yang cukup ketat. Jadi kewaspadaan memang tetap dijaga setiap saat kita bertugas menangani pasien," katanya.
Tangani Pasien PDP Lebih Berat daripada Positif Covid-19
Ia menyebut dalam penanganan pasien yang sudah dinyatakan positif corona, dirinya justru tidak terlalu kuatir jika dibandingkan dengan pasien yang masih berstatus PDP. Dalam penanganan pasien positif corona, biasanya mereka sudah di tempatkan di ruang isolasi khusus dengan protokoler penangan yang sangat ketat.
"Saat melakukan penanganan pasien yang sudah positif, prosedurnya sangat ketat. Itu justru yang menjadikan kita lebih aman. Tapi beda saat kita menangani pasien berstatus PDP," ujarnya.
Ia bercerita, saat melakukan penanganan pada pasien berstatus PDP, kebanyakan pasien masih menganggap remeh penyakit yang dideritanya. Karena sikap itu lah, kerap kali pasien yang dihadapinya, tidak patuh terhadap prosedur perawatan yang telah ditetapkan.
Ia mencontohkan, meski sudah berada di ruangan isolasi, pasien PDP biasanya tidak mau memakai masker dengan benar. Padahal, secara prosedur ia wajib mengenakan masker.
"Ya tahu sendiri-lah mental orang kadang bagaimana. Mereka sudah diberitahu agar pakai masker saat di ruangan, malah tidak dipakai. Masih ada pasien-pasien yang semacam itu. Menghadapi orang-orang semacam ini, baik saya maupun tenaga medis lainnya menjadi was-was. Apalagi umur saya kan sudah tidak muda lagi, sangat rentan tertular," pungkasnya.
Pengalaman merawat pasien 'ndablek' soal kedisiplinan itu lah yang semakin memotivasi dirinya untuk terus menjaga kesehatan. Di masa tuanya ini, ia menyebut menjaga kesehatan adalah yang utama. Bahkan, ia menerapkan protokoler kesehatan yang ketat untuk dirinya sendiri.
"Kalau saya asupan makan diperhatikan, yang penting waktunya makan ya makan, waktunya tidur saya ya harus tidur. Waktu istirahat yang cukup itu juga kunci dari kesehatan. Saya juga memenuhi standar gizi, sayur, buah dan susu serta suplemen vitamin. Olah raga saya lakukan meski hanya 15 menit," jelasnya.
Lalu, bagaimana tanggapan keluarga terkait dengan 'medan perang' yang dihadapinya sebagai dokter saat ini? Ia menyebut, kecemasan dari keluarga itu selalu ada. Namun, sang istri lah yang justru menjadi 'peluit', yang akan selalu menyempritnya jika ada protokoler yang dilanggarnya.
Misalnya, setiap jam makan, ia akan di ingatkan untuk segera makan oleh sang istri. Demikian juga banyaknya perhatian yang datang dari ketiga putrinya. Mereka kerap mengingatkan sang ayah agar selalu menjaga kesehatan.
"Setiap hari saya selalu diingatkan. Biasanya kalau sudah waktunya makan saya akan diingatkan. Mereka ya sempat cemas saat saya menangani kasus corona ini. Namun pada akhirnya mereka dapat memahami bahwa tugas ini merupakan salah satu bentuk pengabdian saya pada masyarakat dan bangsa," ujarnya menutup pembicaraan.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Informasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.
Baca SelengkapnyaDua kasus kematian baru dari pasien Covid-19 pada Desember 2023.
Baca SelengkapnyaBeredar Surat Edaran (SE) Kementerian Kesehatan mewajibkan masyarakat pakai masker, benarkah?
Baca SelengkapnyaPasien mengembuskan napas terakhir di RS Embung Fatimah pada 18 Desember 2023.
Baca SelengkapnyaAdapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
Baca SelengkapnyaSebelum dibawa ke Rumah Sakit Borromeus Bandung, Atalia menemani RK mendaftar sebagai calon gubernur Jakarta.
Baca SelengkapnyaBerbagai fasilitas umum telah mengeluarkan imbauan untuk memakai masker.
Baca SelengkapnyaBudi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.
Baca SelengkapnyaKasus pertama cacar monyet terjadi pada Agustus 2022 lalu. Pasien itu pun sudah dinyatakan sembuh.
Baca SelengkapnyaDalam penyidikan kasus ini, KPK sudah menentukan pihak yang akan bertanggungjawab.
Baca SelengkapnyaKepala Dinkes Sumsel Trisnawarman menegaskan, pihaknya telah memeriksa sampel swab pasien J. Hasilnya diketahui negatif cacar monyet.
Baca SelengkapnyaCalon Gubernur Jakarta Dharma Pongrekun berapi-api saat menjelaskan badai pandemi Covid-19.
Baca Selengkapnya