Cerita mistis, ular penunggu Sungai Brantas penyebab perahu terbalik
Merdeka.com - Banyak masyarakat Sidoarjo ataupun Gresik masih banyak memanfaatkan perahu tambang yang melintasi Sungai Brantas. Seperti Kamis (13/4) kemarin, warga naik perahu tambang yang menyeberang berangkat dari Dusun Serbo RT 05 RW 03, Desa Bogem Pinggir, Kecamatan Balongbendo, Sidoarjo ke Dusun Grompol, Desa Sumberawan, Kecamatan Wringinanom, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
Namun nahas, perahu tambang yang membawa 12 orang dengan sekitar tujuh kendaraan bermotor tersebut terbalik saat menyeberang di Sungai Brantas. Hingga sekarang, tim SAR masih melakukan pencarian korban, karena baru delapan orang yang baru ditemukan.
Di mana enam ditemukan dan berhasil diselamatkan, dibawa ke Puskesmas Wringinanom. Mereka adalah Supriadi (51) warga Desa Sumberanto Kecamatan Wringinanom Kabupaten Gresik dan Sucinina (33) warga Kemangsen Kecamatan Balongbendo Kabupaten Sidoarjo.
-
Siapa yang menemukan bangkai kapal? Para penyelam angkatan laut tak sengaja temukan kapal karam berusia 2.200 tahun yang berada di sepanjang pantai Kroasia.
-
Dimana kapal itu tenggelam? Kapal penangkapan ikan KM Dewi Jaya 2 yang mengangkut 37 orang dari Muara Baru, Jakarta tujuan Lombok, Nusa Tenggara Barat tenggelam di perairan Kepulauan Selayar Sulawesi Selatan (Sulsel).
-
Di mana kapal tenggelam itu ditemukan? Pada 2018, Departemen Penelitian Bawah Air Universitas Antalya menemukan bangkai kapal yang diperkirakan berasal dari tahun 1600 SM tersebut di lepas pantai barat Provinsi Antalya.
-
Bagaimana tim SAR menemukan korban? Seorang pendaki belum ditemukan. pencariannya akan dilanjutkan hari ini dengan menurunkan 50 tim gabungan untuk menyisir lokasi yang belum ditelusuri kemarin.
-
Di mana penyelam menemukan bangkai kapal? Di lepas pantai Pejabat setempat menyisir pesisir pantai dan memilih sejumlah lokasi yang memiliki struktur bangunan bawah laut yang tidak lazim untuk dijelajahi penyelam.
-
Bagaimana bangkai kapal ditemukan? Para ahli telah menemukan total 10 kerajinan yang tenggelam, berasal dari Perang Dunia II hingga 3000 SM dengan menggunakan puisi tersebut.
Selanjutnya Yudistira (34) warga Wringinpitu Kecamatan Balongbendo Kabupaten Sidoarjo, Rianto (45), Kusnari warga Desa Gagang Kepuhsari Kecamatan Balongbendo Kabupaten Sidoarjo dan Joko (45) warga Desa Juwet Kecamatan Wringinanom Kabupaten Gresik.
Sedangkan dua korban ditemukan dalam keadaan sudah meninggal. Keduanya adalah Mis'ah (45) warga Desa Kalimati, Kecamatan Tarik, Kabupaten Sidoarjo. Kemudian satu korban yang bukan penumpang justru memberikan pertolongan ikut tewas adalah Ujang (60) warga Desa Sumberanto Wringinanom, Kabupaten Gresik.
Dari insiden terbaliknya perahu tambang tersebut, ternyata ada cerita yang sangat mengerikan di tengah masyarakat Sidoarjo maupun Gresik. Sebab, warga ada yang mengatakan, insiden itu masih berbau mistis ulah dari sang penunggu sungai Brantas.
"Lokasi terbaliknya perahu tambang ini ada penunggunya iya istilahnya yang jaga Sungai Brantas, itu buaya putih dan ular," ucap Harno, warga Sidoarjo saat berbincang dengan merdeka.com, Jumat (14/4).
Bahkan, salah satu korban yang selamat yakni Yudistira juga mengungkapkan, sebelum perahu tambang yang dinaiki untuk menyeberang itu seperti ada ombak besar. Meski, arus sungainya itu tidak begitu besar.
"Sebelum terbalik, seperti ada ombak yang besar bergelombang mirip ular begitu. Setelah baru terbalik, arus langsung deras," ucap Yudistira.
"Sampai-sampai saya itu terseret arus sungai lumayan jauh," tambah pria berusia 34 tahun tersebut.
Sang penunggu di Sungai Brantas tersebut juga diiyahkan salah seorang perangkat desa, yakni Kepala Desa Bogem Pinggir, Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Jumakir.
Kalau memang Sungai Brantas itu ada sang penunggu gaib, yang tidak bisa dilihat secara kasat mata. Hanya orang yang mempunyai indera keenam atau keahlian khusus.
"Iya ada ular gaib, kata orang-orang yang bisa melihat hal gaib itu memang ada," kata Jumakir.
Namun, dia tidak mau menghubungkan kejadian itu dengan adanya penunggu gaib jenis hewan ular itu.
"Saya takut enggak berani menafsiri begitu, tapi memang kata orang-orang pintar (melihat gaib) ada," jelasnya.
Sebelum ada kejadian perahu penyeberangan jenis tambang tenggelam itu, Kades dua priode itu mengaku sempat ada firasat.
"Dua minggu saya tidak bisa tidur sore, baru bisa tidur jika sudah jam 5 pagi, itupun hanya satu jam saja," keluhnya.
Menurut pria parubaya itu, tidur setelah Subuh merupakan bukan kebiasaan yang dilakukan.
"Itu bukan kebiasaan saya. Wong saya biasa tidur pukul 11 malam. Itu firasat saya, eh ternyata aja kejadian ini," ungkapnya.
Firasat itu diyakini Junakir, terlebih kejadian tersebut tidak ada satu pun warganya yang menjadi korban.
"Ada tiga warga saya yaitu Durohman, Didin Cahyono dan Arip saat kejadian itu ikut membantu mencari para korban. Alhamdulillah, mereka selamat semua," rincinya.
Meski demikian, dia berharap agar para korban tenggelam yang masih dicari oleh tim gabungan dari, BPBD, Marinir, Brimob, Basarnas, warga dan para relawan segera ditemukan.
"Dari 12 penumpang masih ada 4 orang yang belum ketemu, saya berdoa agar segera ditemukan, kasih keluarganya," pungkasnya.
(mdk/msh)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tim masih mencari korban lain yang diperkirakan tersisa satu orang
Baca SelengkapnyaBeruntung tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu.
Baca SelengkapnyaKeseluruhan korban meninggal dunia setelah dilakukan identifikasi di Puskesmas Mawasangka Timur.
Baca SelengkapnyaKapal pengangkut barang, KM Lintang Timur Selatan, karam di Selat Malaka, Senin (31/7) sekitar pukul 07.30 WIB. Sebelas awaknya pun hilang.
Baca SelengkapnyaTim gabungan tengah mencari para korban yang hilang.
Baca SelengkapnyaKM Lebanon tenggelam akibat dihantam ombak besar. Sebanyak 19 penumpang dilaporkan selamat setelah ditolong nelayan setempat.
Baca SelengkapnyaSeorang kru yang selamat mengaku sempat melihat temannya meninggal dunia di tengah lautan
Baca SelengkapnyaJasad korban ditemukan 14 Km jauhnya dari pertama kali hanyut
Baca SelengkapnyaJembatan penghubung di Perairan Sungai Lalan di Desa Sukajadi, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, ambruk usai dihantam tongkang batubara.
Baca Selengkapnya12 survivor tersebut ditemukan dan kemudian diselamatkan Tugboat Kharisma Bahari 168 yang melintas dari rute pelayaran dari Saumlaki Maluku menuju Gresik.
Baca SelengkapnyaSebanyak 11 anak buah kapal (ABK) akhirnya ditemukan selamat setelah sempat terombang-ambing di Selat Malaka. Mereka ditemukan nelayan yang melintas.
Baca SelengkapnyaNamun saat berada di 52 NM dari Pelabuhan Benteng, Kabupaten Kepulauan Selayar, kapal tersebut dihantam cuaca buruk.
Baca Selengkapnya