Cerita pesawat buatan Indonesia ditukar beras Thailand
Merdeka.com - Setelah melalui masa-masa kelam, industri penerbangan Indonesia kini mulai menunjukkan berbagai peningkatan. Pesawat-pesawat buatan anak negeri tak hanya diminati institusi Tentara Nasional Indonesia (TNI) atau penerbangan dalam negeri saja, namun juga mencangkup sejumlah negara.
Keberhasilan ini tentu tak lepas dari upaya manajemen PT Dirgantara Indonesia (DI) yang ingin menciptakan pesawat-pesawat modern agar diminati pasar dunia. Meski, sasaran awal ditujukan kepada sejumlah maskapai swasta nasional maupun lokal.
Dari enam pesawat, CN-235 menjadi salah satu produk paling sukses yang pernah dibuat perusahaan pelat merah ini. Sekurangnya, 21 negara termasuk Amerika Serikat telah menggunakan produk ini meski beberapa di antaranya dibeli dari perusahaan rekanan PT DI, yakni CASA Spanyol.
-
Siapa yang mengalaminya di Indonesia? Riskesdas 2018, menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk berusia di atas 15 tahun mengalami gangguan mental emosional.
-
Bagaimana kondisi Indonesia di tahun 1945-1950? Sebab, pada tahun itu, kondisi politik dan keamanan negara sudah mulai kondusif, karena pada 1945 hingga 1950-an masih banyak peperangan yang mengharuskan rakyat Indonesia mempertahankan kemerdekaannya.
-
Kapan deflasi di Indonesia terjadi? Badan Pusat Statistik (BPS) menginformasikan bahwa Indonesia mengalami deflasi lagi pada bulan September 2024.
-
Bagaimana PT Timah mengalami kerugian? 'Penurunan produksi, harga jual menurun itu karena di pasar dunia itu oversupply,' sambung Virsal. Virsal mencatat ada sejumlah negara yang produksinya mengalami peningkatan. Salah satu yang disebut Malaysia karena produksinya mampu bertambah sepanjang 2023 lalu.
-
Apa yang terjadi di Indonesia? Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan dalam sepekan ke depan hampir seluruh wilayah di Indonesia akan dilanda suhu panas.
-
Kapan kecelakaan pesawat terjadi? De Havilland Comet merupakan desain jet komersial awal yang memiliki jendela persegi. Namun, dalam waktu lima tahun setelah diperkenalkan, tiga Komet mengalami serangkaian kecelakaan tragis dan menewaskan semua penumpang di dalamnya. Melansir IFLScience & Daily Mail, Senin (13/5), setelah kecelakaan ketiga di 1954, penyelidikan menemukan bahwa retaknya kusen jendela menjadi penyebabnya.
Informasi yang dihimpun merdeka.com, Selasa (14/4), di balik sukses yang diraih kini, PT DI pernah melalui masa-masa sangat kelam, bahkan terancam bangkrut. Kondisi ini pernah terjadi ketika Indonesia diterpa krisis ekonomi pada 1997 hingga 2003 lalu.
Ketika itu, salah satu produk kebanggaan Indonesia, yakni CN-250 Gatotkaca hampir tak pernah dilirik sejumlah negara kecuali TNI. Bukan karena produknya yang cacat, melainkan proses sertifikasi yang terhambat akibat masalah keuangan.
Sejak berdiri, perusahaan ini memang tak pernah lepas dari subsidi. Hampir seluruh kegiatan mulai proses riset, desain hingga produksi diambil dari kas pemerintah. Alhasil, ketika krisis ekonomi menerpa, pemerintah tak lagi punya uang yang tersimpan, dan membuat Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN), sebelum diganti menjadi PT DI, mencari dana sendiri.
Hanya saja, sistem manajemen yang buruk serta jumlah karyawan yang membengkak membuat perusahaan ini terus mengalami kerugian. Alhasil, mereka tak pernah mampu menyelesaikan proses sertifikasi dan membuat pesawat-pesawat terus berada di gudang hingga berkarat.
Tak lama berselang, beras-beras yang disimpan di dalam gudang milik Bulog terus berkurang. Kondisi ini membuat pemerintah berpikir keras agar gudang tersebut kembali terisi, sehingga rakyat tak kekurangan bahan pangan dan harga beras bisa dikendalikan.
Presiden Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie, sekaligus pendiri IPTN, memang berhasil menjual pesawatnya kepada Thailand, namun bayaran yang diterima adalah beras ketan. Cara ini memang berhasil, namun tak mampu memperbaiki kondisi keuangan perusahaan yang memburuk.
Penukaran pesawat dengan produk beras tak hanya terjadi di era BJ Habibie saja, setidaknya, dua presiden berikutnya juga melakukan kebijakan serupa demi mendapatkan beras. Apalagi, stok beras saat itu tidak mencapai target mengingat musim kemarau panjang yang melanda Indonesia.
Kini, PT DI telah berhasil melakukan perbaikan manajemen dan terus berupaya melakukan peningkatan terhadap pesawat-pesawat buatannya. Salah satu produk baru mereka, yakni N-219 diharapkan laris di pasaran, beberapa maskapai penerbangan nasional pun sudah tertarik membeli meski masih berupa desain.
(Dihimpun berbagai sumber)
(mdk/tyo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Industri tekstil Tanah Air pernah berjaya. Bahkan perusahaan Indonesia sempat menyuplai seragam militer untuk 30 negara.
Baca SelengkapnyaPesawat tempur ini nyaris dibeli Indonesia untuk TNI AU. Batal di saat akhir. Kisahnya tragis.
Baca SelengkapnyaMasa kemerdekaan Indonesia melahirkan cerita sejarah yang beragam dan bahkan belum banyak diketahui. Seperti kisah pesawat Avro Anson yang satu ini.
Baca SelengkapnyaMandala Airlines kini berganti nama menjadi Tigerair Mandala.
Baca SelengkapnyaMisi TNI AU mengebom Basis PKI dengan pesawat Cureng peninggalan Jepang.
Baca SelengkapnyaPesawat persembahan dari masyarakat Aceh ini menjadi langkah besar industri penerbangan sipil di Indonesia.
Baca SelengkapnyaBI mengeluarkan data berdasarkan survei konsumen bahwa daya beli masyarakat menurun, khususnya pada kelompok kelas menengah.
Baca SelengkapnyaPHK yang terjadi sebagian besar dipicu oleh krisis di berbagai lini pada sektor manufaktur.
Baca SelengkapnyaPT Garuda Mataram Motor adalah perakit dan distributor eksklusif mobil Eropa, VW dan Audi, di Indonesia. Kini dibawah kendali Indomobil Group.
Baca SelengkapnyaMengenai kronologi kecelakaan, otoritas di Kementerian Perhubungan masih mengumpulkan informasi mengenai kejadian tersebut.
Baca SelengkapnyaTengah Air Base jadi markas pesawat jet tempur Inggris. Dijaga kuat dengan rudal antipesawat udara.
Baca SelengkapnyaJokowi mengapresiasi kepercayaan pemerintah Filipina terhadap produk buatan Indonesia.
Baca Selengkapnya