Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Curahan hati perempuan dakocan

Curahan hati perempuan dakocan fenomena dakocan. ©2017 merdeka.com/gede nadi jaya

Merdeka.com - Jika anda pertama kali berkunjung ke Kabupaten Buleleng, Bali, mungkin bakal penasaran dengan warung-warung yang tersebar di pinggir jalan. Pelayannya perempuan dan selalu terdengar bunyi keras musik full house yang beradu. Itulah warung patokan atau dakocan alias dagang kopi cantik.

Dahulunya banyak perempuan berprofesi sebagai dakocan lantaran faktor ekonomi. Pendidikan tak tuntas membuat mereka memutuskan untuk bekerja demi perbaikan nasib. Namun seiring perkembangan waktu, dakocan kini identik dengan warung kopi remang.

Warung dakocan bisa ditemui di wilayah Desa Padang Bulia, kecamatan Sukasada. Buka dari pukul 10 pagi hingga 12 malam setiap hari. Kendati jumlahnya semakin menyusut, namun daerah ini masih menjadi buruan bagi para laki-laki penggemar warung dakocan.

Orang lain juga bertanya?

"Sekarang ini perubahan pada warung-warung patokan tidak lagi sebagai bentuk warung aslinya. Mereka mengemas seperti semi cafe atau tempat karaoke. Warung dilengkapi lampu kedip dan musik termasuk bisa karaokean. Duduknya ya lesehan," Tutur Ketua Yayasan Citra Usada Indonesia khusus wilayah Buleleng yang bergerak di bidang penanggulangan HIV/AIDS Made Ricko Wibawa beberapa waktu lalu.

Dari sebagian pedagang yang ditemui merdeka.com, rata-rata mereka berprofesi sebagai dakocan dari luar daerah. Ada yang mengaku dari Bangli, Jembrana dan Gianyar. Ada juga yang mengaku dari Jawa, sebut saja YN (18) yang berasal Jember dan YS (23) dari Madura.

PN (16) merupakan warga setempat yang berprofesi sebagai dakocan. Wajahnya manis dan murah senyum. Dia menjadikan warung bukan hanya sumber penghidupan namun juga tempat tinggal.

"Saya hanya tinggal sama ninik (nenek), bli. Ya gini dah, jualan sambil diawasi ninik," ucapnya polos.

Ia mengaku terpaksa berjualan lantaran perekonomian yang membuatnya sampai putus sekolah hingga tingkat kelas 1 SMA. "Saya putus sekolah, tidak punya biaya," lirihnya sambil sesekali melirik neneknya di dalam kamar.

Sudah setahun dia menjadi dakocan. Ia juga tidak merasa canggung jika tamu yang datang minum bir dan mabuk hingga mengeluarkan perkataan tabu. Namun PN mengaku selama ini belum pernah mendapat perlakuan kasar ataupun menerima ajakan layanan seks. Alasannya karena tinggal berdua bersama neneknya.

Tidak jauh beda dari pengakuan YY (24) asal Kintamani, Bangli. Sejak bercerai, dirinya mengaku sempat berkenalan dengan pria asal Buleleng. Sayangnya, saat menerima ajakan merantau ke Buleleng justru dicampakkan.

Ia mengaku terpaksa mengambil pekerjaan ini setelah ditawarkan oleh salah seorang teman yang juga berprofesi sama sebagai dakocan.

"Saya baru enam bulan bli kerja ginian. Dulunya kerja di warung pojok sana, karena sudah ada dua cewek di warung itu dan sering berebut tamu. Saya putuskan pindah, di sini baru empat bulan," akunya.

Di hadapan keluarga, YY mengakui bekerja di Buleleng. Hanya saja tidak sebagai pedagang patokan, tetapi sebagai pelayan toko di pasar.

"Sempat saya mau bilang jadi pembantu. Tetapi teman saya bilang wajah saya tidak pas jadi pembantu," ucapnya sambil tersenyum manis.

Kata dia, resiko sebagai dakocan diraba dari dada hingga sampai selangkangan paha. Untuk layanan seks, selama ini pernah diakuinya dijalani hanya saja tidak setiap pelanggan dilayani. Kalau merasa suka, begitu tutup warung langsung cari lokasi.

"Begituan (berhubungan) di warung beresiko bli. Sekarang ketat pengawasan desa, warung-warung di sini tidak ada yang berani melayani gituan. Katanya kalau ketauan langsung digiring ke bale desa, hidupin musik dan buka warung juga dibatasi sekarang ini," akunya.

Soal pemeriksaan identitas atau semacam razia dari petugas Satpol PP, bisa dikatakan tidak pernah. "Hanya petugas dari desa saja yang sering kontrol. Kalau dari pak polisi belum ada," ungkapnya.

YY membuat aturan sendiri bagi pelanggan yang ingin kencan, dia tidak asal pilih, dilakukan di penginapan dan memakai alat kontrasepsi. Sayangnya dirinya tidak menyebutkan tarif kencan.

"Saya bukan jual diri bli, saya juga butuh. Kalau sayanya suka dan ada rasa, ya lanjut. Itu maksud saya, memang sih dikasih imbalan. Tapi saya tidak minta bayaran," akunya.

YN dan YS bekerja dalam satu warung. Pelayanan yang diberikan kepada setiap laki-laki yang datang sedikit berbeda. Keduanya baru akan merespons tergantung dari seberapa banyak tamu itu belanja.

"Kita dapat duitnya ya dari minuman bir. Bukan dari minum kopi. Kalau hanya minum kopi, ya kita temenin ngobrol aja," ucapnya sedikit ketus.

Ironisnya, keduanya ternyata korban penipuan yang pernah dipaksa bekerja di lokalisasi pelacuran. Sayangnya baik YN dan YS tidak menyebutkan ada di lokalisasi mana dirinya pernah dibawa.

"Saya tidak ingat itu di mana. Baru sehari kami di sana, malamnya kabur. Di sini hampir tiga bulan jualan di warung," akunya.

YS sendiri mengaku janda dan memiliki seorang anak berumur 3 tahun. Saat ke Bali keduanya dijanjikan bekerja di sebuah toko oleh seseorang yang dikenalnya berasal dari Banyuwangi. Hingga saat ini, mereka mengaku kepada keluarga di Jawa buka lapak di pinggir jalan.

Pelayanan terhadap setiap pria yang datang, dikatakan YN selama ini masih sebatas hanya meraba dan memeluk. Itu pun kata YN baru akan mau kalau dirinya juga setengah mabuk.

"Kadang kalau tamunya minum bir banyak, kita juga diajakin minum. Selama ini hanya pegang-pegang saja, untuk layanan kencan tidak berani. Takut nanti bapak yang punya warung nyariin, apalagi kita baru di sini," tutur perempuan yang hanya sempat mengenyam pendidikan di bangku kelas 8 SMP ini.

Selain mengandalkan paras cantik dan menarik, seorang dakocan juga dituntut untuk terbiasa minum bir. Bahkan ada yang sama sekali awalnya tidak bisa minuman bir, setelah menjadi dakocan jadi terbiasa.

Kendati warung-warung ini lebih banyak laki-laki yang datang untuk mabuk, namun tidak meninggalkan ciri khas warung dakocan yaitu menyajikan citra rasa kopi Bali yang sesungguhnya.

"Di Bali jarang mau beli kopi yang saset tinggal seduh, ya. Makanya warung-warung di sini tetap sedia kopi dan gula, kalau ada yang beli tinggal bilang mau pahit atau manis," tutup YS.

(mdk/cob)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Belasan Tahun jadi Budak Perusahaan, Wanita ini Pilih Pulang Kampung Malah jadi Kaya Raya
Belasan Tahun jadi Budak Perusahaan, Wanita ini Pilih Pulang Kampung Malah jadi Kaya Raya

Sebuah video memperlihatkan seorang perempuan yang memutuskan untuk resign dari kantor dan merintis usaha dari nol di kampung halaman.

Baca Selengkapnya
⁠Demi Biaya Pendidikan Anak di Bangku Kuliah, Wanita Penjaga Warung Rela Menjadi Tukang Pijat
⁠Demi Biaya Pendidikan Anak di Bangku Kuliah, Wanita Penjaga Warung Rela Menjadi Tukang Pijat

Sebuah video memperlihatkan seorang perempuan yang rela jadi tukang pijat demi anak sekolah.

Baca Selengkapnya
Demi Biaya Pendidikan Anak, Janda ini Nekat Buka Warung di Tengah Hutan Jati Selama 12 Tahun
Demi Biaya Pendidikan Anak, Janda ini Nekat Buka Warung di Tengah Hutan Jati Selama 12 Tahun

Dia begitu berani berjualan di warung miliknya yang terletak di tengah hutan belantara.

Baca Selengkapnya
Kehidupan Orangtua Sederhana, Cerita Rieke 'Oneng' Kerja Keras Berjualan Baju Bekas untuk Biaya Kuliah
Kehidupan Orangtua Sederhana, Cerita Rieke 'Oneng' Kerja Keras Berjualan Baju Bekas untuk Biaya Kuliah

Kehidupan ekonomi Rieke Diah Pitaloka mulai berubah setelah mendapat tawaran bermain sinetron.

Baca Selengkapnya
Cerita Inspiratif Emak-Emak Mantan Arsitek di Bekasi, Berdayakan Ibu Rumah Tangga Lewat Usaha Catering
Cerita Inspiratif Emak-Emak Mantan Arsitek di Bekasi, Berdayakan Ibu Rumah Tangga Lewat Usaha Catering

Ibu-ibu ingin terus bergerak melalui usaha katering agar tetap berdaya

Baca Selengkapnya
Pernah Tak Digaji hingga Dijauhi Saudara, Perempuan Asal Tuban Kini Sukses Kembangkan Toko Kelontong yang Selalu Ramai Pembeli
Pernah Tak Digaji hingga Dijauhi Saudara, Perempuan Asal Tuban Kini Sukses Kembangkan Toko Kelontong yang Selalu Ramai Pembeli

Kata-kata pepatah yang berbunyi “kehidupan seperti roda sedang berputar” menggambarkan kehidupan Yati.

Baca Selengkapnya
Bermodal Uang Pensiun PNS Suami Rp500.000, Wanita ini Sukses Bangun Bisnis Kerajinan Tangan dari Eceng Gondok
Bermodal Uang Pensiun PNS Suami Rp500.000, Wanita ini Sukses Bangun Bisnis Kerajinan Tangan dari Eceng Gondok

Tekad yang kuat dan kerja keras mampu membuat yang tak mungkin jadi mungkin.

Baca Selengkapnya
Nasib Pilu Anak Putus Sekolah di Lebak karena Masalah Ekonomi, Pilih Bantu Orang Tua di Sawah
Nasib Pilu Anak Putus Sekolah di Lebak karena Masalah Ekonomi, Pilih Bantu Orang Tua di Sawah

Idia harus rela kehilangan kesempatan untuk bersekolah lantaran kondisi keuangan keluarganya yang pas-pasan.

Baca Selengkapnya
Kisah Perbudakan Petani di Perkebunan Tembakau Deli, Korbannya Ribuan Kuli Perempuan dari India
Kisah Perbudakan Petani di Perkebunan Tembakau Deli, Korbannya Ribuan Kuli Perempuan dari India

Masa kolonialisme tak lepas dari praktik perbudakan terhadap kaum pribumi bahkan warga asing yang menetap di Nusantara.

Baca Selengkapnya
Cerita Mucikari Anak Sekolah Tobat dan Langsung Mualaf Gara-gara Dapat Mimpi Berangkat ke Tanah Suci
Cerita Mucikari Anak Sekolah Tobat dan Langsung Mualaf Gara-gara Dapat Mimpi Berangkat ke Tanah Suci

Cerita Mucikari Anak Sekolah Tobat dan Langsung Mualaf Gara-gara Dapat Mimpi Berangkat ke Tanah Suci.

Baca Selengkapnya
Viral Curhatan Wanita Lulusan Sarjana Hukum, Mengaku Susah Cari Kerja hingga Tak Kuat Jadi Buruh Warung Makan
Viral Curhatan Wanita Lulusan Sarjana Hukum, Mengaku Susah Cari Kerja hingga Tak Kuat Jadi Buruh Warung Makan

Wanita ini mengaku sudah menganggur selama dua tahun.

Baca Selengkapnya