Kisah Perbudakan Petani di Perkebunan Tembakau Deli, Korbannya Ribuan Kuli Perempuan dari India
Masa kolonialisme tak lepas dari praktik perbudakan terhadap kaum pribumi bahkan warga asing yang menetap di Nusantara.
Masa kolonialisme tak lepas dari praktik perbudakan terhadap kaum pribumi bahkan warga asing yang menetap di Nusantara.
Sumatra Timur menjanjikan sumber daya melimpah bagi pemerintah Belanda pada masa kolonialisme. Komoditas unggulan di wilayah ini yaitu perkebunan tembakau yang berkualitas tinggi. Tak ayal seorang pemodal swasta Belanda bernama Jacobus Nienhuys tertarik untuk menanam modal di perkebunan Deli.
Agar bisnis perkebunan tembakaunya berjalan lancar, Nienhuys sebagai pendiri perusahaan Deli Maatschappij harus memiliki tenaga kerja atau kuli di perkebunan tembakau Deli. Sebagian kuli yang direkrut Nienhuys bukanlah warga pribumi, melainkan dari luar Nusantara, salah satunya India.
Simak kisah perbudakan petani perkebunan Tembakau Deli berikut ini.
Menurut Enggar Istiyana dalam jurnal KULI PEREMPUAN INDIA DI PERKEBUNAN TEMBAKAU DELI 1883-1930, saat itu Nienhuys memiliki kendala terkait perekrutan tenaga kerja.
Paslanya warga lokal (Melayu dan Batak) menolak untuk direkrut lantaran mereka telah memiliki sumber penghasilan dari tanah perkebunan sendiri.
Nienhuys harus memutar otak agar bisnis perkebunan seluas ratusan hektare itu bisa berjalan lancar. Akhirnya ia merekrut pekerja dari luar negeri, seperti Cina, Penang, bahkan India.
Pada abad 19, upah tenaga kerja asal Cina semakin mahal. Sementara itu Nienhuys tidak ingin menggolontorkan dana berlebih untuk membayar pekerjanya.
Ia lantas memutuskan untuk mengambil tenaga kerja dari Jawa dan India yang cenderung upahnya lebih murah. Pada tahun 1883, pekerja asal India mencapai 1.528 orang termasuk kaum perempuan.
Dari total ribuan pekerja dari India, pemerintah Belanda menetapkan peraturan dalam merekrut tenaga kerja perempuan dari India yang dibatasi maksimal 40 orang dalam setahun.
Mereka tidak ditempatkan dalam pekerjaan yang berat, justru dipekerjakan di bagian pasca produksi. Hal ini dikarenakan kuli perempuan lebih telaten dan lembut. Tak hanya itu, mereka sengaja ditempatkan di pekerjaan ringan untuk menjaga lekuk tubuhnya.
Sebab, mereka juga dimanfaatkan oleh Belanda untuk menjadi daya tarik para pekerja laki-laki agar betah dan terus bekerja di bawah perusahaan Belanda tersebut.
Adapun syarat perekrutan pekerja perempuan yaitu mempunyai tubuh yang bagus dan usianya masih muda.
Para kuli perempuan di perkebunan tembakau Deli bekerja keras menjaga kualitas produksi. Mereka dikenal telaten dan lembut sehingga produknya memiliki nilai julan yang tinggi.
Bekerja di bagian produksi tembakau tidak boleh asal-asalan.
Pasalnya komoditas yang satu ini dulunya termasuk tanaman elite yang mutu dan kualitasnya harus dijaga dengan hati-hati ketika sudah panen.
Secara garis besar, pekerjaan utama para perempuan adalah memilah daun tembakau sesuai kelompok dan sifatnya. Selain itu, mereka juga harus memperhatikan kualitas mutu daun tembakau, seperti tidak boleh ada bercak serangan hama atau penyakit tanaman.
Dengan upah yang rendah, para kuli wanita di Tembakau Deli tak bisa hidup secara berkecukupan. Di luar pabrik, tak sedikit dari mereka memiliki pekerjaan sampingan menjadi pelacur.
Mereka bekerja sebagai pemuas nafsu para pekerja laki-laki setelah waktu bekerja telah selesai. Para kuli laki-laki akan datang ke tempat hiburan yang telah disediakan oleh penguasa perkebunan untuk berpesta, judi, dan memuaskan hawa nafsunya.
Ada perbedaan kasta setiap perempuan dari Cina, Jawa, dan India. Perempuan Cina cenderung melayani orang penting di lingkup perkebunan. Sementara itu perempuan Jawa dan India, mereka melayani orang-orang yang masih setara dengannya, yaitu para kuli tembakau.
Penonton bioskop di India nyalakan kembang api di dalam ruangan rayakan kemunculan idola mereka di layar.
Baca SelengkapnyaBea Cukai Ambon mengantarkan ekspor komoditas damar milik Parshu Indonesia dengan tujuan pasar India.
Baca SelengkapnyaAturan pajak untuk anjing pernah diterapkan di Indonesia, saat masa kolonialisme Belanda.
Baca SelengkapnyaPria keturunan India ini telah memberikan dampak dan menorehkan sejarah di wilayah Sorkam, sebuah kecamatan di Tapanuli Utara.
Baca SelengkapnyaKIsah pembantaian masyarakat Aceh oleh penjajah Belanda.
Baca SelengkapnyaRibuan tahun lalu sebelum korek api ditemukan, nenek moyang kita membuat api menggunakan batang kayu kering.
Baca SelengkapnyaAda persoalan serius dengan hukum di Indonesia, usai putusan MK soal batas usia capres-cawapres.
Baca SelengkapnyaKemunculannya tidak bisa lepas dari Kue Apem yang dibawa dari India
Baca SelengkapnyaBupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengukuhkan 75 pasukan pengibar bendera pusaka (Paskibraka) 2023 di Pendopo Sabha Swagatha Blambangan, Selasa (15/8/2023) ma
Baca Selengkapnya