Damainya Tradisi Memujung di Bali, makan bersama di atas kuburan
Merdeka.com - Peringatan hari raya suci Pagerwesi menjadi momentum istimewa bagi umat Hindu di Bali. Seperti dilakukan di Kabupaten Buleleng, Bali, sebagian masyarakat menggelar tradisi adat Memunjung dalam perayaan ini. Mereka nantinya akan berziarah dan makan bersama di makam anggota keluarga.
Kedatangan mereka juga sebagai simbolis penghormatan terhadap arwah leluhur. Tradisi Memunjung juga dilakukan turun termurun. Berziarah dan makan bersama di makam ini juga dilaksanakan setiap perayaan besar agama Hindu, baik Pagerwesi, Galungan dan Kuningan.
Salah satu umat ditemui di kuburan Buleleng, Parwata, mengatakan tradisi Memunjung dimaknai sejak lama oleh umat Hindu di Kecamatan Buleleng. Bersama keluarga Sagung Wulan datang mengunjungi makam mertua laki-lakinya, yang meninggal sejak 2009 lalu.
-
Siapa yang memulai tradisi Mauludan di Bangka Belitung? Tradisi ini mulai hadir semenjak kedatangan guru besar, Syekh Abdurrahman Siddiq di Pulau Bangka tahun 1898 silam.
-
Apa yang diberikan ke leluhur dalam Hajat Arwah? Hadiah yang dimaksud pun bukan berbentuk barang, melainkan melalui doa serta ucapan terima kasih melalui jalan spiritual.
-
Apa fungsi kuil leluhur ini? Sebuah kompleks kuil leluhur megah yang digunakan untuk pemujaan dan ritual kerajaan, yang berasal dari Dinasti Qin (221-207 SM), ditemukan di barat laut, Provinsi Gansu, China.
-
Apa tradisi leluhur yang masih dijalankan di Lebak Bitung? Warga di Kampung Lebak Bitung di Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Sukabumi, masih menjaga adat dan tradisi para pendahulunya di masa lampau.
-
Siapa yang terlibat dalam tradisi ini? Setelah itu, tuan rumah akan mengundang tetangga untuk mengikuti acara kepungan dengan menyantap tumpeng tawon.
-
Apa tradisi unik Bengkulu sambut Lebaran? Masyarakat muslim di Bengkulu punya tradisi unik yang bernama bakar gunung api.
Prosesi doa juga tidak lupa dipanjatkan. Setelah berdoa bagi almarhum, para peziarah tidak langsung pulang ke rumah, melainkan bercengkrama sambil makan mengobrol bersama keluarga di kuburan.
"Kalau setiap hari raya, kami selalu membawa punjungan semacam sesaji, berisi banten dan makanan. Saya bersama ibu mertua, keluarga dan anak-anak, mengawali persembahyangan dengan maturan di sanggah di rumah, di Pura dan terakhir memunjung menuju kuburan Buleleng," kata Parwata, Rabu (29/6).
Klian Adat Desa Pakraman Buleleng, Nyoman Sutrisna menerangkan, tradisi memunjung di Buleleng diperingati bertepatan dengan hari besar keagamaan Hindu. Tradisi Memunjung turun temurun sejak zaman Mpu Kuturan. Maknanya sebagai bentuk rasa syukur, atas hasil bumi dan dipersembahkan kepada orangtua atau kerabat yang meninggal mekiisan di kuburan atau setra.
Di Kecamatan Buleleng terdiri atas 14 banjar adat dan 10 kelurahan, seluruh masyarakat melakukan kegiatan pitra yadnya, dan dipusatkan di kuburan Buleleng.
"Bersama keluarga sesaji banten memunjung di persembahan kepada keluarga atau kerabat yang ada di setra. Setelah selesai sembahyang, sesaji lalu dinikmati makanannya bersama keluarga," terang Sutrisna.
Sutrisna menambahkan, keberadaan kuburan Buleleng sendiri tengah menata keasrian taman, meletakan patung-patung hias, dan ke depan kuburan Buleleng akan dijadikan paru-paru kota. Tentunya lewat tanaman pohon-pohon besar, dan penataan taman di sekitarnya.
Pihaknya mengimbau masyarakat agar tetap mengkhayati tradisi dan nilai-nilai dalam hari raya suci Pagerwesi. Selainnitu, umat Hindu juga wajib memagari diri, mengingat akan ada hari raya besar selanjutnya seperti Galungan dan Kuningan.
Segala perbuatan, pikiran, dan perkataan wajib berlandaskan niat baik serta tulus ikhlas. "Melalui pengamalan Tri Kaya Parisudha, hari raya pagerwesi kali ini harus terus dikumandangkan, dan memagari diri sehingga bisa memunculkan vibrasi," ujarnya.
(mdk/ang)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Di balik pelaksanaannya, tradisi Nyadran memiliki nilai-nilai sosial budaya yang terkandung di dalamnya.
Baca SelengkapnyaMenurut warga setempat, tradisi ini berguna untuk mengajak makan arwah leluhur di hari Lebaran.
Baca SelengkapnyaPemprov Jawa Barat mengumumkan bahwa Ngunjung khas Kabupaten Indramayu ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB).
Baca SelengkapnyaUsai Salat Idul Fitri 1445 Hijriah, TPU Karet Bivak dibanjiri warga yang melakukan ziarah.
Baca SelengkapnyaMegibung merupakan tradisi buka puasa bersama khas kampung Islam Kepaon Bali
Baca SelengkapnyaRuwahan cukup berbeda dari tradisi penyambutan Ramadan di daerah lain
Baca SelengkapnyaTradisi ini digelar setiap perayaan Hari Raya Karo yang jatuh pada tanggal 15 bulan Karo dalam kalender Saka.
Baca SelengkapnyaSuasana guyub rukun terasa saat masyarakat Bonokeling merayakan perlon besar.
Baca SelengkapnyaTradisi ini dilakukan turun-temurun karena dianggap membawa keberkahan
Baca SelengkapnyaPada hari raya Lebaran, mereka tidak melaksanakan salat Idulfitri. Pelaksanaan salat mereka ganti dengan membersihkan makam leluhur.
Baca SelengkapnyaMereka masih mempertahankan tradisi ini karena banyak pesan moral yang terkandung di dalamnya.
Baca SelengkapnyaTahlilan digelar setiap hari hingga tujuh hari kematian.
Baca Selengkapnya