Dana Desa Rp 2,5 Miliar dan Kekhawatiran Rusaknya Adat Baduy
Merdeka.com - Kepala Desa masyarakat adat Baduy, Jaro Saija menolak dana desa karena masyarakat Baduy khawatir nilai-nilai dan adat perlahan akan tergerus dan hilang. Sebab, dana desa diperuntukkan pembangunan infrastruktur yang menunjang pertumbuhan ekonomi.
Penolakan dana desa tahun 2019 ini merupakan hasil kesepakatan para sesepuh masyarakat adat Baduy, tokoh adat, para kepala kampung.
Sebab, menurut aturan adat atau hak ulayat, tidak boleh ada bangunan modern dan permanen. Termasuk pembangunan jalan, penerangan listrik dan alat-alat elektronik.
-
Kenapa warga tidak boleh membangun rumah berdempetan di Desa Kondangjajar? Dari cerita tokoh setempat, sosok ini meminta area dikosongkan karena merupakan jalur perlintasan kalangan tak kasat mata.
-
Dimana larangan itu diterapkan? Dalam laporan yang dikutip dari Android Headlines pada Kamis (14/11), tindakan pelarangan ini terjadi di tengah ketegangan yang meningkat dalam perang semikonduktor yang saat ini berlangsung di pasar.
-
Apa saja aturan di Baduy Dalam? Aturan tersebut wajib ditaati sebagai upaya menghargai warisan leluhur. Kira-kira apa saja? Berikut sederet aturannya.
-
Kenapa warga Desa Mliwang dilarang bangun rumah menghadap utara? Alasan Warga Desa Mliwang yakin jika mereka membangun rumah menghadap ke utara, maka keluarga tersebut akan mendapatkan sial, bahkan bisa berujung kematian.
-
Kenapa warga dilarang menyentuh lukisan batu? Pemerintah meminta warga jangan menyentuh batu tersebut karena batu itu langka dan rapuh, takut lukisan tersebut hilang atau terhapus.
-
Mengapa warga Baduy menolak kehadiran teknologi? Terdapat dua kebudayaan di sana, yakni Baduy Luar yang masih terbuka dengan teknologi dan Baduy Dalam yang benar-benar menolak kehadiran teknologi. Bagi yang melanggar, warga setempat akan diusir oleh Jaro atau sesepuh kampung.
"Alasan dana Desa yang ditolak itu hasil kesepakatan, Puun, Jaro 7 dan Jaro Tangtu para kokolot. Ada kekhawatiran takut nanti ada adat rusak itu aturan para kolot," kata Jaro Saija saat dikonfirmasi wartawan, Kamis (14/2).
Anggaran dana desa sebelumnya diterima untuk pembangunan Kantor Desa, Puskesmas Desa dan Posyandu. Tapi dibangun di luar Desa Kanekes atau kampung adat warga Baduy.
Selain itu, diproyeksikan untuk pembangunan jembatan bambu, jembatan penghubung Desa jalan salasah batu alam untuk masyarakat Baduy luar.
"Tahun ini sampai lima kali rapat, permohonan diproyeksikan untuk pemagaran, tetap ditolak. Kesepakatan Lembaga ada harus ditolak saja untuk pelestarian," tuturnya.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Suku Baduy Dalam berusaha kuat menjaga tradisi dan aturan budaya yang telah dijalankan leluhur mereka.
Baca SelengkapnyaMasyarakat desa ini punya tujuh pantangan dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat
Baca SelengkapnyaKabarnya, orang yang nekat foto-foto di Baduy Dalam tidak bisa pulang.
Baca SelengkapnyaIni penting dipahami bagi siapapun yang ingin ke Baduy Dalam. Jangan sampai melanggar.
Baca SelengkapnyaMereka tak menolak pembangunan, namun menyayangkan cara negara memperlakukan tanah leluhurnya
Baca SelengkapnyaRumah milik warga Baduy ini unik dan beda dari yang lain.
Baca SelengkapnyaKajian izin pendirian rumah ibadah itu diungkap Menko Polhukam Mahfud MD saat melakukan orasi kebangsaan di Universitas Budhi Dharma Tangerang.
Baca SelengkapnyaPembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, dikhawatirkan mengusir masyarakat adat dari tanahnya.
Baca Selengkapnya