Demam batu akik, kawasan situs prasejarah mulai ikut dijarah
Merdeka.com - Merebaknya tren batu klawing di masyarakat Purbalingga, Jawa Tengah, ternyata berdampak serius. Lantaran para pemburu klawing kini mulai merambah situs prasejarah di wilayah Purbalingga.
Dari laporan yang ada, di dua kawasan situs yang dirambah tersebut adalah situs Ponjen di Desa Ponjen Kecamatan Karanganyar dan situs Limbasari di Desa Limbasari Kecamatan Bobotsari. Kedua situs tersebut, selama ini dikenal sebagai situs purba zaman prasejarah yang kerap ditemukan perkakas dari zaman batu.
Kepala Desa Limbasari, Halimah mengatakan pemburu batu akik saat ini mencapai wilayah situs di sungai Tutung Gunung dan sungai Patrawangsa yang merupakan bagian hulu Sungai Klawing. Dari laporan yang ada disebutkan pemburu batu akik ini bukan berasal dari luar daerah.
-
Mengapa batu akik kecubung diburu kolektor? Selain harganya mahal, terdapat kisah misterius dibalik jenis batu yang digunakan.Percaya atau tidak percaya, setiap batu akik mempunyai cerita misteri yang berbau mistis dan bahkan menyimpan kekuatan magis serta baik untuk kesehatan tubuh bagi siapapun yang memakainya. Selain itu, batu-batu ini juga memiliki harga yang cukup tinggi di pasaran dan diburu para kolektor.
-
Dimana ditemukan batu akik kecubung? Di pedalaman hutan Kalimantan, terdapat jenis Batu Akik Kecubung yang memang dikenal sebagai permata berharga.
-
Apa tujuan penggalian di situs purba? Menurut pemerintah kota Vila Verde, tujuan penggalian ini adalah untuk memastikan pelestarian temuan warisan masa lalu yang sangat bernilai.
-
Di mana artefak batu ini ditemukan? Penemuan arkeologi misterius ditemukan di wilayah Akmola oleh dua petugas pemadam kebakaran Distrik Sandyktau dari Departemen Situasi Darurat Daerah; Nursultan Ashkenov and Akhmet Zaripo.
-
Dimana artefak batu itu ditemukan? Senior menemukan batu pasir berwarna abu tua ketika sedang menyabit rumput di kebunnya.
-
Dimana artefak batu tersebut ditemukan? Artefak batu kuno yang terbuat dari obsidian tersebut terletak sejauh 3.218 kilometer dari Oregon Tengah.
"Kebanyakan pemburu batu akik tersebut, bukan warga setempat. Melainkan warga pendatang dari luar Bobotsari," katanya, Selasa (23/2).
Menurut Halimah, para pemburu batu akik telah mencongkel batuan di sekitar perbukitan yang ada di kawasan tersebut. "Pemburu ini mengaku mencari jenis bebatuan yang diyakini memiliki nilai ekonomi tinggi, seperti batu jenis Rijang berwarna hijau yang menyerupai batu Nagasui yang selama ini dikenal sebagai batu darah Kristus (Le Sang du Christ)," ungkapnya.
Kondisi tersebut, membuat Halimah khawatir. Lantaran banyak pemburu batu akik yang berpotensi merusak kondisi lingkungan di sekitar situs. "Bahkan, para pemburu batu ini juga sempat memunguti pecahan batu situs yang ada di desa kami," jelasnya.
Senada dengan Halimah, perangkat desa Ponjen, Tarso, mengungkapkan pencari batu sempat mengira serpihan batu Rijang merupakan batu jenis Nogosui yang konon memiliki nilai ekonomi tinggi. "Para pencari batu itu bukan warga kami. Kalau warga kami, mereka sudah paham jika batuan di situs Ponjen dilindungi UU No 5 tahun 1992 tentang Cagar Budaya," katanya.
Menanggapi persoalan tersebut, Kepala Dinbudparpora Purbalingga, Subeno mengatakan pihaknya sudah melakukan pengecekan ke lokasi situs yang ada di kedua desa tersebut. Dari pengamatannya pihaknya, belum ditemukan kerusakan yang berarti karena ulah pemburu batu akik.
"Para pencari batu hanya mengambil serpihan batu di sekitar situs. Namun, ketika mereka tahu batuan tersebut berjenis batu Rijang yang tidak bernilai ekonomisnya, mereka mengembalikannya. Meski batu Rijang tidak bernilai ekonomis, tetapi dari sisi sejarah, nilainya sangat besar," ujarnya. (mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kepercayaan orang-orang sekitar pun tumbuh dan mengakar kuat di benak mereka jika merusak salah satu peninggalan sejarah tersebut, maka dia akan menerima nasib
Baca SelengkapnyaTumpukan harta karun ini berasal dari tahun 1200 Sebelum Masehi (SM).
Baca SelengkapnyaSitus peninggalan era Mataram Kuno ini pernah jadi sasaran para pemburu harta karun.
Baca SelengkapnyaMaterial batu dari Gunung Gamping digunakan untuk pembangunan rumah-rumah di Kota Yogyakarta
Baca SelengkapnyaArkeolog Temukan Senjata dan Perhiasan Berusia 3.600 Tahun Terkubur di Ladang, Ada Cincin, Kapak, dan Tombak
Baca SelengkapnyaSeorang warga pengrajin batu bata di Mojokerto, Jawa Timur tidak sengaja menemukan puluhan sumur saat mencangkul tanah.
Baca SelengkapnyaPenemuan ini dipicu oleh laporan adanya fitur yang terlihat di lahan gambut.
Baca SelengkapnyaBenteng ini pernah diserang dan dihancurkan oleh prajurit bangsa Skithia, yang terkebal barbar dan biadab.
Baca SelengkapnyaTanaman Langka Berusia 3.000 Tahun Ini Ditemukan Masih Terikat Pada Gelang Zaman Perunggu
Baca SelengkapnyaArkeolog Norwegia belum lama ini menemukan harta karun bangsa Viking di sebuah tanah pertanian.
Baca SelengkapnyaDesain sumur ini memberikan kesan seperti gundukan pemakaman.
Baca SelengkapnyaNenek moyang suku Jawa ini punya kehidupan unik di tengah hutan Bojonegoro. Mereka ahli dalam berbagai hal, mulai kerajinan kayu hingga menambang minyak.
Baca Selengkapnya