DPR Papua Desak Panglima Tindak Tegas Anggota TNI Mutilasi Warga Mimika Papua
Merdeka.com - Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP) mendesak kepada Panglima TNI Andika Perkasa untuk untuk segera memproses anggota TNI yang melakukan mutilasi terhadap warga Mimika, Papua. Hal tersebut disampaikan ketika pihak DPRP bersama Komisi Rakyat Papua (KRP) melakukan diskusi bersama Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).
"Kepada panglima TNI agar pelaku-pelaku ini di proses hukum, dipecat dengan tidak hormat, bahkan keluarga menyampaikan agar dihukum mati, itu yang disampaikan kepada DPR Papua," ungkap anggota DPRP Papua John NR Gobai di gedung Komnas HAM, Senin (26/9).
Menurut John, kejadian nahas yang terjadi pada Sabtu (20/8) lalu merupakan suatu bentuk penghinaan bagi masyarakat Papua. Pasalnya korban tidak hanya dianiaya melainkan korban juga dimutilasi oleh para pelaku.
-
Siapa korban mutilasi? Identitas Korban Mutilasi Dirreskrimum Polda DIY Kombes Pol FX Endriadi mengatakan bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan, korban mutilasi adalah seorang mahasiswa berinisial R.
-
Siapa pelaku penganiayaan? Viral Remaja Pukuli Bocah Lalu Mengaku sebagai Keponakan Mayor Jendera Sekelompok remaja tmenganiaya dan mencaci bocah di Bandung, Jawa Barat.
-
Siapa yang menjadi pelaku mutilasi? Korban berinisial R yang merupakan warga Pangkalpinang, Bangka Belitung, dibunuh dan dimutilasi dua terduga pelaku di rumah indekos tersebut.
-
Siapa yang membantai warga Tionghoa di Kali Angke? Merujuk laman Kelurahan Angke, sungai ini rupanya identik dengan kasus pembantaian terbesar etnis Tionghoa oleh pasukan VOC.
-
Siapa yang dianiaya? Yang perlu diketahui oleh masyarakat adalah, kenapa Devianus Kagoya dianiaya oleh atau tindak kekerasan dilakukan kepada dirinya adalah bahwa Devianus Kogoya itu tertangkap pasca patroli aparat keamanan TNI - Polri.
-
Mengapa kekerasan di Papua meningkat? Sekretaris Gugus Tugas Papua UGM Arie Ruhyanto mengatakan bahwa angka kekerasan di Papua meningkat di tengah gencarnya proses pembangunan oleh pemerintah.
"Manusia seutuhnya itu bukan binatang, yang harus dipotong-potong seperti yang terjadi di Timika, pada tanggal 20 agustus 2022, ini sebuah penghinaan bagi manusia yang adalah ciptaan Tuhan," tegasnya.
Pasalnya, menurut perwakilan DPRP cara penyelesaian masalah yang dilakukan oleh anggota TNI tersebut bukanlah cara yang biasa dilakukan bagi warga Papua.
"Orang papua untuk menyelesaikan sebuah masalah itu setelah yang bersangkutan telah dikubur," kata John.
Pihaknya mendesak pihak TNI melalui Komnas HAM agar segera melakukan evaluasi terhadap oknum TNI yang terlibat. Lebih lanjut, pihaknya juga meminta agar dilakukan sidang secara terbuka baik dari sidang internal TNI maupun hingga ke pengadilan.
"Kami meminta Komnas HAM untuk dapat mendorong panglima TNI, pertama untuk mengevaluasi penugasan pasukan non organik di Papua, yang kedua agar dua kasus ini dapat diproses secara hukum, terbuka, dan dapat disaksikan oleh masyarakat Papua," imbuhnya.
Di lain pihak, Ketua KRP Otniel Deda mengatakan, siap membantu mengegakan hukum untuk mengusut kasus mutilasi warga papua bersama DPRP dan Komnas HAM. Namun dirinya memastikan agar Komnas HAM dapat membantu sesuai ranahnya.
"Kami tentu saja akan seperti mandat UU kami miliki dalam membantu penegakan hukum dari DPRP dan Koalisi Rakyat Papua, Komnas HAM tetap pada ranah Komnas HAM," ucap Otniel.
Dirinya berharap untuk menciptakan kondisi papua ini sangat terjaga, bagi siapapun serta dapat memberi masukan - masukan.
"Tujuannya satu, penegakan hukum berjalan dengan baik, namun juga kemudian tidak ada situasi yang mengkhawatirkan," tuturnya.
Di waktu yang bersamaan, Ketua Komnas HAM, Ahmad Taufan Damanik tengah menindak lanjuti kasus mutilasi warga papua. Pihaknya juga akan terus berupaya untuk bisa melakukan pengadilan secara terbuka.
"Yang terpenting adalah untuk mencegah terulangnya peristiwa kekerasan di papua, itu yang kami sampaikan," kata Taufan.
"Kami dorong agar ada pengadilan yang lebih fair yaitu pengadilan koneksitas. Nanti akan kami sampaikan kepada pemerintah, juga kepada panglima TNI, Kapolri dan seluruh jajarannya," tutup Ketua Komnas HAM.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Amnesty mengecam perlakuan tidak manusiawi diduga dilakukan prajurit TNI terhadap warga Papua tersebut.
Baca SelengkapnyaPangdam Cendrawasih tidak mentolerir apa pun bentuk pelanggaran hukum.
Baca SelengkapnyaKadispenad Brigjen TNI Kristomei Sianturi mengatakan kedepan Pomdam Brawijaya akan mendalami motif pelaku
Baca SelengkapnyaPolisi sudah mendatangi RSUD Dekai untuk mengecek kondisi korban penganiayaan.
Baca SelengkapnyaBeredar video pendek kekejaman anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) menyiksa Kepala Kampung Odiyai Elgo Gobai di wilayah Intan Jaya.
Baca SelengkapnyaPangdam XVII/ Cenderawasih Mayjen TNI Izak Pangemanan bersikap tegas atas kasus penganiayaan dilakukan sejumlah anggota TNI di Papua.
Baca SelengkapnyaAlih-alih saling menghargai, mereka justru melakukan penyiksaan terhadap sesama orang asli Papua. Nampak para warga dikumpulkan untuk disiksa ditodong senpi.
Baca SelengkapnyaOPM secara keji terus menendang dan menodong senjata api ke kepala kampung.
Baca SelengkapnyaTNI mengungkapkan warga Papua yang diduga disiksa prajurit TNI tenyata anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang tengah ditawan.
Baca SelengkapnyaPihaknya mengakui kesalahan usai viral video penganiayaan tersebut.
Baca SelengkapnyaDia berjanji TNI bakal mengumumkan hasilnya jika ada perkembangan.
Baca SelengkapnyaPemerintah dan aparat diharapkan dapat memastikan keamanan dan keselamatan masyarakat di Bumi Cenderawasih.
Baca Selengkapnya