Gara-gara hal sepele, para anak ini sampai disiksa ayah kandung
Merdeka.com - Kasih ibu atau bapak sepanjang masa, kasih anak sepanjang jalan. Pepatah itu sering diungkapkan untuk menggambarkan betapa sayang dan cintanya orangtua terhadap anaknya.
Ya, tak bisa dipungkiri bahwa dalam suatu keberhasilan seorang anak, pasti ada peran andil orangtua di dalamnya. Peran orangtua sangat penting terhadap tumbuh kembang anaknya.
Namun siapa sangka, seringkali orangtua yang kita hormati justru menjadi petaka buat. Meski sulit dipercaya, banyak orangtua yang tega memperlakukan anak dengan kasar.
-
Kenapa sikap orangtua kasar bisa merusak kepercayaan diri anak? Ketika seorang anak sering mendapatkan perlakuan marah atau kasar, ia bisa merasa tidak dihargai dan kekurangan kasih sayang yang sangat dibutuhkannya. Hal ini dapat mengakibatkan trauma yang berlanjut hingga dewasa, yang pada gilirannya memengaruhi hubungan sosialnya dengan orang lain.
-
Bagaimana bentakan orang tua bisa membuat anak kehilangan kepercayaan diri? Seringnya bentakan dari orang tua dapat merusak kepercayaan diri anak. Anak-anak yang sering mengalami hal ini mungkin merasa ragu dalam membuat keputusan dan menghadapi berbagai tantangan yang ada dalam hidup mereka.
-
Siapa yang sering melakukan kekerasan pada anak? Sayangnya, sering kali kekerasan ini dilakukan oleh orang-orang terdekat, termasuk orang tua mereka.
-
Kenapa orangtua membentak anak? Orangtua mungkin membentak anak ketika mereka merasa lelah, kewalahan, atau marah. Dalam kondisi seperti ini, tugas-tugas kecil yang biasanya bisa diabaikan menjadi sangat mengganggu.
-
Kapan bentakan orang tua bisa membuat anak takut? Ketika orang tua membentak, anak mungkin merasakan ketakutan atau ketidaknyamanan untuk berbicara dan mengekspresikan perasaan mereka.
-
Kenapa anak merasa kecewa dengan orang tua? Terlalu rusak untuk disatukan, terlalu hancur untuk diperbaiki.
Mereka para orangtua, khususnya ayah yang memang harus tegas sebagai kepala keluarga sering kali bertingkah di luar batas. Dia tega memarahi, memukul hingga tak jarang sampai menghilangkan nyawa anak yang dibesarkan dengan awal kasih sayang.
Nahasnya lagi, sering kali perbuatan itu dilakukan karena masalah sepele yang sebetulnya masih bisa diselesaikan dengan cara kekeluargaan.
Berikut hal-hal sepele yang membuat Ayah menganiaya anaknya, antara lain:
Disiksa Ayah, putri usia 8 tahun tewas dalam dekapan usai minta maaf
Tangis kesakitan Kasih Ramadani (8) sama sekali tidak menyentuh hati ayahnya, Deni saat melakukan penyiksaan terhadap putri keduanya itu. Pria kelahiran 8 Juli 1983 itu terus menghajar korban hingga merenggang nyawa.Pria yang sehari-hari sebagai pekerja swasta itu melakukan penganiayaan secara keji pada Kasih Ramadani (8) hingga tewas hanya karena putri keduanya itu rewel berebut pakaian dengan kakak kandungnya.Kepada penyidik Polres Malang, Deni mengungkapkan penyesalan atas perbuatannya tersebut. Pelaku lupa berapa kali memukul korban, tapi lebih dari 20 kali."Jadi pelaku mengaku menggunakan bambu yang biasa digunakan untuk mengangkut kayu atau pikulan. Saat itu korban rewel karena berebut baju dengan kakak kandungnya," kata AKP Ibnu Sutiyo, Kanit PPA Polres Malang, Minggu (22/2).Tindak kekerasan itu dilakukan di sawah sekitar 200 meter dari rumah adiknya, Nuraini di Dusun Buwek, Desa Sitirejo, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang. Sehari-hari Kasih tinggal bersama ayah dan kakek neneknya di Jalan Lowokdoro, Gang 3, RT 6 RW 4 Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Sukun, Kota Malang.Usai melakukan penganiayaan, pelaku saat itu minta korban membersihkan diri bermaksud membawa ke rumah nenek dan kakek Kasih. Karena selama ini mereka tinggal bersama mereka, dan hanya bermain ke rumah bibinya.Usai cuci muka dan minum, korban mendatangi pelaku dan meminta maaf sebelum kemudian pingsan. Korban meninggal di pelukan ayahnya sendiri. "Korban cuci muka dan minum, lalu korban sempat minta maaf sebelum kemudian pingsan dan meninggal dunia di dekapan ayahnya. Saya saja yang mendengar ceritanya ikut menangis," Ucap Sutiyo.Akibat tindak Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) itu pelaku akan dijerat dengan Undang-Undang No 23 tahun 2004 tentang Perlindungan Anak. Pelaku dianggap melakukan tindak kekerasan sebagaimana diatur dalam pasal 44 ayat 1 dan 3. "Ancaman hukumannya 15 tahun penjara," tutupnya.
Disiksa ayahnya, Angga berhasil kabur setelah borgolnya lepas
Novianto (32) tega melakukan penganiayaan terhadap anak kandungnya sendiri, Angga Septian (11) di rumahnya Kalibaru Timur RT 02 RW 08, Cilincing, Jakarta Utara, Minggu (24/8). Penganiayaan tersebut dilakukan masalah sepele karena sang anak minta dibelikan sampul buku sekolah.Nenek korban, Ida (42) mengatakan, kejadian tersebut terjadi pada Minggu (24/8) sekitar pukul 11.00 WIB. Saat itu Angga diborgol di tangga di dalam rumahnya."Angga bilang, dirinya awalnya dipukulin pukul 11.00 WIB, sempat diborgol kedua tangannya dan dikunciin di dalam rumah, pagar rumahnya juga digembok," ujar Ida kepada wartawan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja, Jakarta Utara, Senin (25/8).Ida menjelaskan, kemudian Angga mencoba melepaskan borgol yang terlilit di kedua tangannya dengan menghentakkan ke tangga sehingga borgol tersebut akhirnya terlepas dari salah satu tangannya. "Dia lepas borgol dengan mengetok-ngetok ke tangga dan mencoba untuk melompat pagar, lalu saya tolongin gendong dia dan bawa ke rumah Pak RT dan kemudian sekitar pukul 18.30 WIB malam dibawa ke rumah sakit," jelasnya.Akibat perbuatan Novianto tersebut, Angga yang merupakan anak tunggal dari pasangan suami istri, Novianto dan Septiani tersebut menderita luka lebam di wajah sebelah kanan, bibir, pendarahan di kuping dan benjol di bagian belakang kepala.
Lambertus banting anak kandung sampai tewas karena sering sakit
Azzahra bayi berusia 1 tahun 7 bulan tewas karena telah dibanting ayah kandungnya, Lambertus Langun (24), Senin (2/12) lalu. Sebelum meninggal, bayi yang tidak berdosa ini kerap kali menerima siksaan dari sang ayah.Kasubag Humas Polres Jakarta Timur, Sri Bhayangkari mengatakan, Lambertus tega menganiaya sang anak lantaran kesal, duit yang dicarinya dari hasil jerih payahnya bekerja habis karena untuk mengobati anaknya yang terkena sakit demam."Anaknya ini sering sakit-sakitan, pelaku kesal karena duitnya habis buat biayai berobat. Akhirnya sang anak kerap kali disiksa," kata Sri, saat ditemui wartawan, Rabu (4/12).Sri mengatakan, puncak kemarahan Lambertus terjadi pada Senin (2/12 kemarin. Saat itu dia sedang memberi makan Azzhara. Sang anak yang tidak mau diam saat disuapin olehnya pun kesal sehingga harus menerima cubitan dan pukulan dari si ayah sadis itu."Dicubit gak mau diam, dipukul gak mau diam. Akhirnya pelaku membanting anak ke kasur, hingga nangis kencang. Bahkan sang ayah katanya pernah menyudutkan rokok ke korban," jelas Sri.Dikatakan Sri, untuk menindaklanjuti kasus ini pihak kepolisian sempat membongkar makam Azzhara di TPU Cipayung, Selasa (3/12) kemarin, untuk melakukan penyelidikan penyebab kematian sang anak."Kemarin kita sudah izin keluarga untuk bongkar makam. Dan pagi tadi jenazah sudah kami kuburkan kembali," jelasnya.Lambertus pun akhirnya telah ditetapkan sebagai tersangka pada hari ini. Dia dijerat Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Pasal 80 dengan ancaman hukuman penjara di atas 5 tahun.
Kisah tragis Mutiara, bocah SD yang tewas dianiaya ayah kandungnya
Kasus penganiayaan kepada anak yang berujung kematian lagi-lagi terjadi. Bahkan yang lebih tragis, pelaku adalah sang Ayah. Orang yang seharusnya melindungi dan menyayangi si buah hati justru menjadi jagal.Kasus tersebut menimpa Mutiara warga Rappocini Raya, Lr 1 Gang 1, Makassar. Bocah 12 tahun itu terpaksa dilarikan ke RS Wahidin Sudirohusodo karena kritis dianiaya ayah kandungnya sendiri Haeruddin alias Rudi (32).Akibat dari penganiayaan itu M mengalami luka parah di bagian kepala. Kapolsek Makassar, Kompol Sudaryanto yang menangani kasus ini membenarkan kasus tersebut. Pihaknya mendapat laporan sekitar pukul 00.00 WIB dari warga atau tetangga korban setelah Mutiara berada di RS Wahidin Sudirohusodo."Kami datang ke RS Wahidin semalam dan pelaku, ayah korban langsung kabur," ujar Kapolsek Makassar, Rabu (8/7) kemarin.Dugaan sementara, korban dipukul, dianiaya ayahnya karena emosi lantaran korban berada di luar rumah untuk membeli coto untuk berbuka bersama kedua adiknya, Indriani dan Hairil. Setiba di rumah, korban langsung dimarahi karena rumah dalam keadaan terkunci.Nasib pun berkata lain. Mutiara yang masih duduk di kelas V SD Maricayya II, Makassar itu pun akhirnya tewas setelah sempat koma dirawat di RS Dadi, Makassar.
Terdesak ekonomi, bapak bunuh anak kandung dan tusuk istrinya
Epi Suhendar (30) tak kuat menanggung permasalahan ekonomi yang dia hadapi. Tiba-tiba saja ia berpikir dengan membunuh anak dan istrinya, maka persoalan ekonomi bisa selesai. Sampai akhirnya, niat jahat itu pun ia realisasikan."Intinya dia terhimpit masalah ekonomi. Pas bangun pagi, ada niat kalau habisi keluarganya selesai perkara," kata Kanit Reskrim Polsek Cikarang Utara, AKP Bobby kepada merdeka.com, Senin (27/1).Menurut Bobby, pelaku saat ini sedang ada masalah dalam pekerjaannya. Sementara kebutuhan hidup keluarga cukup besar."Yang pertama karena dia kerja di perusahaan nggak memenuhi target, jadi kepikiran. Kebutuhan banyak buat bayar ciclan rumah dan lainnya," ujarnya.Hingga tadi Senin (27/1) pagi, niat menghabisi nyawa anak dan istrinya pun ia lakoni. Pertama, pelaku membunuh anaknya yang berusia 3 tahun. Kemudian disusul istrinya."Istrinya selamat masih dirawat. Sedangkan pelaku masih diperiksa di Polsek Cikarang Utara," tutupnya.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pelaku sengaja membuat video penyiksaan yang dilakukan terhadap ke tiga anaknya.
Baca SelengkapnyaPerkosaan terjadi sejak gadis kembar itu berusia 9 tahun. Perbuatan bejat itu sudah tak terhitung berapa kali karena hampir setiap pekan terjadi.
Baca SelengkapnyaSelama mengontrak itu diketahui Panca sama sekali tidak memberikan indentitas berupa KTP atau KK kepada ketua RT setempat.
Baca SelengkapnyaKemen PPPA pada 2021 menunjukkan bahwa empat dari 100 anak usia dini pernah mendapatkan pengasuhan tidak layak.
Baca SelengkapnyaSeorang ibu di Surabaya menyiksa anak kandungnya sendiri yang masih berumur 9 tahun secara sadis.
Baca SelengkapnyaKorban dianiaya dengan cara dicekik pelaku hingga meninggal dunia dan jasadnya langsung dibuang ke sawah yang ada di sekitar rumah tinggal pelaku dan korban.
Baca SelengkapnyaSaat ini korban takut bertemu dengan ayah kandungnya dan sempat tidak ingin berkomunikasi dengan ibunya.
Baca SelengkapnyaMengetahui peristiwa itu, ibu korban melaporkan kepada keluarganya dan pihak kepolisian.
Baca SelengkapnyaPelaku APS diketahui adalah ayah tiri dari korban dan ATH adalah ibu kandung dari korban MRS.
Baca SelengkapnyaMenurut dia, keluarga korban dua balita ini berada di Solo dan satu lagi di Papua.
Baca SelengkapnyaAnak kurang kasih sayang mendapatkan banyak masalah kesehatan mental.
Baca SelengkapnyaSejumlah perilaku tidak menyenangkan kerap dilakukan oleh orangtua pada anak. Hal ini bisa dilakukan baik secara sengaja maupun tidak.
Baca Selengkapnya