Hari ini, 65 tahun lalu Tan Malaka ditembak mati tentara
Merdeka.com - Setelah ditahan selama dua setengah tahun lamanya, Tan Malaka akhirnya dibebaskan dari penjara oleh pemerintahan Soekarno pada 16 September 1948 atas desakan sejumlah pihak. Setelah bebas Tan Malaka langsung mendirikan Partai Murba pada 7 November.
Tujuan pendirian Partai Murba salah satunya untuk menegakkan kemerdekaan 100 persen bagi Indonesia. Tan Malaka lantas kembali menunjukkan sikap anti kompromi dengan penjajah Belanda.
Saat Belanda kembali melancarkan agresinya, Tan Malaka mengutuk keras sikap Presiden Soekarno dan Wapres Moh Hatta yang menolak ikut perang gerilya. Menurut Tan, Soekarno-Hatta lebih memilih menyerahkan diri kepada Belanda untuk ditahan ketimbang ikut perang gerilya.
-
Kenapa Mas Katon meninggal dunia? Mas Katon dikabarkan meninggal dunia karena sakit.
-
Kapan Tanri Abeng meninggal? 'Meninggal dunia tadi malam sekitar pukul dua, di Rumah Sakit Medistra,' kata Said saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Minggu.
-
Siapa yang meninggal? Seperti dilaporkan, komika Babe Cabita meninggal dunia pada Selasa (9/4/2024) di Rumah Sakit Mayapada Lebak Bulus, Jakarta Selatan, akibat penyakit Anemia Aplastik yang dideritanya.
Dalam buku 'Tan Malaka, Pahlawan Besar yang Dilupakan Sejarah', Tan Malaka meninggalkan Yogyakarta pada 12 November 1948 menuju Kediri dengan kawalan Laskar Rakyat Jawa Barat.
Tan Malaka memutuskan melakukan perang gerilya bersama pengikutnya. Keputusannya itu sejalan dengan sikap Panglima Soedirman yang memilih bergerilya ketimbang menyerah kepada Belanda. Di Kediri, Tan Malaka diberi kesempatan untuk berpidato melalui saluran radio. Tan Malaka lantas tinggal di sebuah desa bernama Belimbing dengan pengawalan Sabaruddin dan anak buahnya. Dari desa yang disebutnya sebagai markas 'Murba Terpendam' itu, Tan Malaka melontarkan kritik kerasnya kepada Soekarno-Hatta-Amir Sjarifoeddin-Sjahrir.
Tan menyebut keempat tokoh itu sebagai borjuis kecil yang bertanggungjawab atas kebijakan yang mereka buat. Mereka mengabaikan suara rakyat dan Proklamasi 17 Agustus 1945 dengan melakukan perundingan terhadap penjajah. Mereka lebih percaya kepada janji-janji Belanda ketimbang kekuatan rakyat. Padahal perjanjian Linggarjati dan Renvile, adalah cara Belanda untuk menancapkan kembali kekuasaannya di tanah air.
"Ia mengakui apa sadja jang dipaksakan oleh Belanda kepada mereka. Sekali boneka tetap boneka," kata Tan Malaka dalam 'Markas Murba Terpendam.'
Menurut Tan, setelah revolusi selesai, empat orang itu harus dibawa ke depan Mahkamah Revolusi untuk mempertanggungjawabkan semua sikap dan tindakan mereka dalam menyelenggarakan bentuk dan isi Proklamasi 17 Agustus 1945.
Tak hanya Soekarno dkk yang dikritik pedas Tan. Tentara pun tak luput dari kritikannya. Tan mengritik TNI di Kediri karena tak mempertahankan Kediri dari serangan Belanda. Saat itu Belanda hanya menyerang Kediri dengan satu batalion dan Letkol Soerachmad, komandan TNI di sekitar Kediri memiliki tujuh batalion tapi memilih kabur.
"25 Desember 1948 tiba-tiba tentara Belanda masuk Kediri. Tanpa memberi perlawanan sedikit pun kesatuan-kesatuan TNI lari kocar-kacir," kata Tan Malaka dalam buku 'Tan Malaka, Gerakan Kiri, dan Revolusi Indonesia Jilid 4' Karya Harry A Poeze.
Dalam sebuah pertemuan, Tan Malaka menyatakan kepemimpinan Soekarno-Hatta telah selesai karena lebih memilih menyerahkan diri kepada Belanda ketimbang melawan dengan ikut bergerilya. Tan pun menyatakan dirinya sebagai pemimpin revolusi yang baru menggantikan Soekarno-Hatta. Hal itu sesuai dengan testamen politik yang diberikan Soekarno kepadanya. Inti testamen itu Tan Malaka bersama tiga orang lainnya adalah pengganti Soekarno-Hatta jika ada suatu hal buruk menimpa. Tan Malaka juga mengangkat Sabaroedin sebagai panglima besar bersama dengan Mayor Jonosewojo. Namun Jonosewojo belakangan membelot dan melaporkan hal itu kepada Soerahmad.
Kritik pedas dan pernyataan Tan Malaka adalah pemimpin revolusi yang baru membuat Letkol Soerachmad marah besar. Letkol Soerachmad lantas memberi perintah penangkapan terhadap Tan Malaka dan Sabaroedin pada 13 Februari 1949. Keputusan itu juga disetujui oleh Soengkono.
Tan Malaka dan pasukan yang mengawalnya kemudian ditangkap pasukan Macan Merah di Desa Belimbing pada 19 Februari 1949. Mereka lantas dibawa ke desa Sawahan. Namun, pasukan Macan Merah kocar kacir karena mendengar suara tembakan. Mereka mengira Belanda sudah dekat. Mereka akhirnya kabur dan meninghalkan Tan Malaka dk. Padahal tembakan itu berasal dari pasukan Sabaroedin yang tengah mencari Tan Malaka.
Singkat cerita, Tan Malaka dan Sabaroedin akhirnya bertemu di Gunung Wilis, setelah sempat terjadi salah paham yang berakibat terpencarnya pasukan. Sabaroedin lantas memerintahkan anak buahnya untuk membawa Tan Malaka ke Trenggelek, dengan harapan di sana TRIP akan menemukan tempat yang aman.Namun untuk sampai ke tujuan, harus melewati wilayah yang menjadi basis loyalis tentara Soerachmad.
Tan Malaka dan Sabaroedin pun berpisah ke tempat tujuan yang berbeda. Nahas bagi Tan Malaka. Bapak Republik Indonesia itu ditangkap Letda Sukotjo dan anak buah di Desa Selopanggung. Saat penangkapan terjadi, para pengawal kabur meninggalkan Tan Malaka yang saat itu kakinya tengah terluka dan kesulitan untuk berjalan. Sukotjo lantas memerintahkan anak buahnya, Suradi Tekebek untuk menembak mati Tan Malaka pada 21 Februari.
"Setelah terjadi pembunuhan terhadap Tan Malaka, Hatta memberhentikan Soengkono sebagai Panglima Divisi Jawa Timur dan Soerachmad sebagai Komandan Brigade karena kesembronoan mengatasi kelompok Tan Malaka," demikian dalam buku 'Tan Malaka, Pahlawan Besar yang Dilupakan Sejara.'
Hingga kini belum ada kepastian soal di mana Sang Revolusioner dimakamkan. Namun, berdasarkan penelitian yang dilakukan Harry Poeze yakin Tan Malaka dimakamkan di Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri.
Alhasil, pada 12 November 2009 lokasi yang diduga makam Tan Malaka itu dibongkar. Hingga kini tes DNA atas kerangka di dalam makam masih belum membawa hasil.
Demikianlah nasib Tan Malaka. Sang Patjar Merah wafat di tangan saudara sebangsanya sendiri sebagai tumbal Revolusi Indonesia.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tan Malaka adalah seorang tokoh sejarah yang memainkan peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Baca SelengkapnyaPertempuran Tengaran terjadi pada masa Agresi Militer II, tepatnya sekitar tanggal 25 Mei 1947
Baca SelengkapnyaPerlawanan yang dilakukan kaum PKI terhadap pemerintah Hindia Belanda ini pecah di Minangkabau atau tepatnya di daerah Silungkang dekat tambang Sawahlunto.
Baca SelengkapnyaHari ini adalah 128 tahun wafatnya Teuku Nyak Makam yang patut dikenang oleh masyarakat Indonesia.
Baca SelengkapnyaSebelumnya Kapten Halim sempat dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Ancol, lalu dipindahkan ke Kalibata
Baca SelengkapnyaTNI versus Tokoh PKI Kebal Peluru, apa yang dilakukan untuk melawan PKI?
Baca SelengkapnyaTangis kesedihan pecah saat pemakaman Kapten Pierre Tendean korban peristiwa G30S PKI.
Baca SelengkapnyaPeristiwa berdarah di Tebing Tinggi, merupakan perjuangan para pemuda melawan penjajah pasca kemerdekaan Indonesia.
Baca SelengkapnyaPerjuangan dan semangat yang dimiliki pasukan tentara Indonesia melawan Belanda demi mempertahankan kemerdekaan begitu besar dalam peristiwa ini.
Baca SelengkapnyaBeberapa nama perwira TNI alumni AKABRI 1970 yang gugur di Operasi Seroja.
Baca SelengkapnyaIndonesia pernah memiliki seorang Panglima TNI termuda yang menjabat saat masih berusia 19 tahun, ia adalah Jenderal besar TNI (Anumerta) Raden Soedirman.
Baca SelengkapnyaTekadnya yang kuat membuat dirinya berani maju secara terbuka untuk menghadapi sekutu. Muslihat tak peduli meski hujan peluru terjadi di sana.
Baca Selengkapnya