Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Heroisme Cut Nyak Dhien, Ratu Perang Aceh bikin hati bergetar

Heroisme Cut Nyak Dhien, Ratu Perang Aceh bikin hati bergetar cut nyak dhien. ©2014 merdeka.com/istimewa

Merdeka.com - Foto Cut Nyak Dhien sedang ramai dibicarakan di media sosial. Foto istri Panglima Polim yang mengenakan jilbab disangka foto Cut Nyak Dhien dan disebar ramai-ramai. Polemik pun berkisar soal apakah dulu Cut Nyak Dhien mengenakan jilbab atau tidak. Bukan perjuangannya untuk mengusir Belanda dari Aceh.

Penulis Belanda MH Skelely Lulofs menuliskan novel biografi Cut Nyak Dhien: Kisah Perang Ratu Aceh. Mengisahkan perjuangan Cut Nyak Dhien memimpin perang melawan Belanda. Masyarakat Aceh menyebutnya Prang Sibi melawan kaphe Ulanda atau perang sabil yang suci melawan kafir Belanda.

Aceh adalah salah satu daerah terakhir yang bisa ditaklukan Belanda. Kesultanan Aceh yang merdeka saat itu dikenal kuat. Mereka juga memiliki hubungan diplomatik dengan Amerika, Italia dan Turki.

Belanda yang serakah berusaha menjajah kesultanan Aceh dengan mengirim kapal-kapal perangnya tahun 1873. Mereka menilai posisi Aceh sangat strategis untuk berdagang di Selat Malaka yang ramai.

Tembakan meriam Kapal Perang Citadel van Antwerpen membuka Perang Aceh yang panjang dan berdarah.

Perang tahun 1873-1904 tersebut memakan banyak sekali biaya dan korban di kedua pihak. Di pihak Belanda, 35.000 prajurit tewas. Sementara 70.000 rakyat Aceh meninggal. Tak kurang dari sejuta orang terluka selama perang ini.

Perlawanan tak pernah benar-benar bisa dipatahkan sampai tahun 1942 saat Belanda diusir Jepang dari Aceh. Pasukan Belanda tak pernah mampu menundukkan rakyat Aceh yang keras seperti baja.

Inilah kisah Sang Ratu Perang Aceh:

Murka melihat Masjid dibakar Belanda

Cut Nyak Dhien dilahirkan tahun 1848 dari keluarga terkemuka di Lampadang, Kesultanan Aceh. Ayahnya Teuku Nanta Seutia adalah seorang ulubalang yang memimpin beberapa kampung.Cut Nyak Dhien kecil dididik dengan ajaran Islam yang kuat. Dia dinikahkan dengan Teuku Ibrahim Lamnga saat berusia 12 tahun.Ketika pecah Perang Aceh pertama pecah, tanggal 8 April 1873, Belanda mendarat di Pantai Ceureumen. Pasukan di bawah Jenderal Johan Harmen Rudolf Kohler langsung menyerang Masjid Raya Baiturrahman.Kohler kemudian membakarnya. Menurutnya, masjid adalah markas para pejuang Aceh yang harus dimusnahkan.Cut Nyak Dhien sangat marah dengan perbuatan Belanda itu. Dia berteriak menghujat pembakaran Masjid Baiturahman."Wahai sekalian mukmin yang bernama orang Aceh! Lihatlah! Saksikan sendiri dengan matamu! Masjid kita dibakarnya! Mereka menentang Allah Subhanahuwataala! Tempatmu beribadah dibinasakannya! Nama Allah dicemarkannya! Camkanlah itu! Janganlah kita melupakan budi si kafir yang serupa itu! Masih adakah orang Aceh yang suka mengampuni dosa si kafir yang serupa itu? Masih adakah orang Aceh yang suka menjadi budak kafir Belanda?"Kemarahan Cut Nyak Dhien baru reda saat kemudian suaminya kembali dari medan perang dan mengabarkan Jenderal Kohler tewas ditembak pejuang Aceh di halaman Masjid Baiturahman.

Pilih suami yang bisa memerangi Belanda

Teuku Ibrahim Lamnga selalu berjuang di garis depan melawan Belanda. Dalam sebuah pertempuran di Gie Tarum, Ibrahim tewas.Kemarahan Cut Nyak Dhien pada Belanda pun makin menjadi-jadi. Untuk meneruskan perjuangan dia menikah dengan Teuku Umar. Awalnya Cut Nyak Dhien sempat menolak lamaran Umar. Namun saat Umar menjanjikannya boleh ikut berperang, maka lamaran diterima. Umar pun janji akan membantu Cut Nyak Din membalas kematian suaminya.Perkawinan mereka digelar tahun 1880. Saat itu usia Cut Nyak Dhien 32 tahun, sementara Umar lebih muda dua tahun. Keduanya pun masih memiliki hubungan kerabat. Dari Umar Cut Nyak Dhien memiliki seorang anak yang diberi nama Cut Gambang.Pernikahan ini menambah semangat Rakyat Aceh. Keduanya bersama-sama menyerang pos-pos Belanda. Kerugian di pihak penjajah tak sedikit.Teuku Umar pernah bersiasat, dia pura-pura menyerah ke pihak Belanda. Dia berlaku benar-benar seperti pengkhianat hingga rakyat Aceh sangat marah. Sebaliknya, Belanda menjadi sangat percaya pada Umar.Suatu hari Teuku Umar ditugaskan dalam sebuah misi. Belanda pun memberinya sejumlah besar senjata, peluru dan uang. Namun kemudian Umar malah kabur membawa aneka perlengkapan ini dan membagikannya untuk para pejuang Aceh.Umar pun kembali memimpin pertempuran melawan Belanda.

Orang syahid tak perlu ditangisi

Tahun 1896, Teuku Umar memimpin dan memegang seluruh komando perang Aceh. Dia dibantu oleh istrinya Cut Nyak Dhien dan Panglima Pang Laot. Pertama kali dalam sejarah perang Aceh, tentara Aceh dipegang oleh satu komando.Namun dalam sebuah penyergapan di Meulaboh, Teuku Umar disergap oleh pasukan Belanda. Saat itu dia dan pasukannya tak siap menerima serangan. Panglima Perang itu tewas dengan dada ditembus peluru Belanda tangal 11 Februari 1899.Walau berduka, Cut Nyak Dhien tak mau menangis. Dia memarahi anaknya yang menangisi kepergian ayahnya."Kita perempuan seharusnya tidak menangis di hadapan mereka yang telah syahid," katanya.Cut Nyak Dhien berjanji untuk meneruskan perjuangan sampai titik darah penghabisan. Meneruskan aksi kedua suaminya yang terbunuh dalam Prang Sibi."Selama aku masih hidup kita masih memiliki kekuatan, perang geriliya ini akan kita teruskan! Demi Allah! Umar memang telah Syahid! Marilah kita meneruskan pekerjaannya! Untuk Agama! Untuk kemerdekaan bangsa kita! Untuk Aceh! Allahu Akbar!"

Marsose Belanda

Perang Aceh benar-benar menguras korban dan biaya di pihak Belanda. Pasukan reguler Koninklijk Nederlands Indisch Leger (KNIL). Mereka terpaksa membentuk Korps Marechaussee atau yang disebut Marsose.Marsose dipilih dari pasukan KNIL yang terbaik. Jago tembak dan ahli berkelahi dengan pedang dan tangan kosong. Jika pasukan KNIL terbiasa bertempur dalam unit besar, Marsose bergerak dalam unit kecil 20 orang. Sejarawan militer Petrik Matanasi menulis Marsose bersenjatakan klewang dan bedil pendek atau karaben. Mereka tak tergantung angkutan militer dan terbiasa berjalan kaki menembus pegunungan dan hutan rimba di Aceh. Marsose juga tak tergantung pada jumlah peluru. Mereka lebih memilih bertarung dengan senjata tajam seperti para pejuang Aceh. Konon inilah cikal bakal pasukan komando pertama.Namun Marsose juga sangat kejam. Padahal sebagian besar anggota mereka adalah orang pribumi dari daerah yang telah ditaklukan Belanda seperti Ambon, Manado, Jawa, Sunda. Marsose menebar teror hingga rakyat Aceh ketakutan untuk membantu pejuang. Saking kejamnya bahkan sejumlah orang Belanda juga merinding mendengar kelakuan tentaranya sendiri.Pasukan elite ini juga yang menyergap dan menewaskan Teuku Umar. Pejuang wanita Aceh lain Cut Meutia juga tewas saat berhadapan dengan Marsose.

Tak sudi diserahkan pada Belanda

Perlahan-lahan, satu persatu pejuang Aceh bisa dikalahkan oleh Belanda. Posisi Cut Nyak Dhien makin terjepit di dalam hutan. Penyakitnya memburuk bahkan membuatnya hampir buta.Anak buah Cut Nyak Dhien yang bernama Pang Laot melaporkan lokasi markasnya kepada Belanda karena iba. Dia meminta Belanda memperlakukan Cut Nyak Dhien dengan hormat.Belanda kemudian menyerang markas Cut Nyak Dhien di Beutong Le Sageu. Saat pasukannya dikalahkan, Cut Nyak Dhien meludahi Pang laot.Dia bilang lebih baik dadanya ditusuk rencong hingga tewas daripada harus menyerah pada kafir Belanda.Setelah ditangkap, Cut Nyak Dhien dibawa ke Banda Aceh dan dirawat di situ. Penyakitnya seperti rabun dan encok berangsur-angsur sembuh. Cut Nyak Dhien akhirnya dibuang ke Sumedang, Jawa Barat, karena ketakutan Belanda bahwa kehadirannya akan menciptakan semangat perlawanan. Di pembuangan dia dipanggil Ibu Perdu karena keahliannya dalam ilmu agama.Pada tanggal 6 November 1908, Cut Nyak Dhien meninggal karena usianya yang sudah tua. (mdk/ian)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kisah Cut Nyak Dien, Tak Sudi Menyerah pada Belanda hingga Dikhianati Sang Panglima
Kisah Cut Nyak Dien, Tak Sudi Menyerah pada Belanda hingga Dikhianati Sang Panglima

Cut Nyak Dien bahkan pilih bunuh diri ketimbang menyerah pada Belanda.

Baca Selengkapnya
Kisah Hidup Cut Nyak Meutia, dari Pertempuran Melawan Kolonial hingga Percintaan yang Rumit
Kisah Hidup Cut Nyak Meutia, dari Pertempuran Melawan Kolonial hingga Percintaan yang Rumit

Cut Nyak Meutia, pahlawan srikandi asal Aceh dengan kisah asmara yang rumit.

Baca Selengkapnya
Srikandi Asal Aceh Ini Jadi Panglima Perang Lawan Penjajah Belanda, Penerus Perjuangan Cut Nyak Dien
Srikandi Asal Aceh Ini Jadi Panglima Perang Lawan Penjajah Belanda, Penerus Perjuangan Cut Nyak Dien

Sosok srikandi asal Aceh menjadi panglima perang menggantikan Cut Nyak Dien saat melawan Belanda.

Baca Selengkapnya
Sosok Teungku Chik Pante Kulu, Ulama Besar Aceh Penulis Karya Sastra Hikayat Prang Sabi
Sosok Teungku Chik Pante Kulu, Ulama Besar Aceh Penulis Karya Sastra Hikayat Prang Sabi

Ulama besar Aceh ini terkenal dengan karya sastra perang yang cukup tersohor yaitu Hikayat Prang Sabi.

Baca Selengkapnya
21 Juli Wafatnya Teuku Nyak Makam, Panglima Perang Asal Aceh yang Gigih dan Berani
21 Juli Wafatnya Teuku Nyak Makam, Panglima Perang Asal Aceh yang Gigih dan Berani

Hari ini adalah 128 tahun wafatnya Teuku Nyak Makam yang patut dikenang oleh masyarakat Indonesia.

Baca Selengkapnya
Pocut Baren, Panglima Perang Wanita Asal Gome yang Gigih Berjuang Melawan Belanda
Pocut Baren, Panglima Perang Wanita Asal Gome yang Gigih Berjuang Melawan Belanda

Sosok pahlawan dan ulama wanita dari Serambi Mekkah ini begitu besar tekad dan kegigihannya dalam melawan Belanda demi mempertahankan tanah kelahirannya.

Baca Selengkapnya
Ditembak saat Kumandangkan Azan, Begini Kisah Perjuangan Teungku Peukan Gelorakan Semangat Lawan Belanda
Ditembak saat Kumandangkan Azan, Begini Kisah Perjuangan Teungku Peukan Gelorakan Semangat Lawan Belanda

Sosoknya dikenal sebagai ulama karismatik yang memiliki rasa cinta yang begitu besar dengan agama dan negerinya.

Baca Selengkapnya
Legenda Putri Hijau, Kisah Percintaan Seorang Raja Aceh Kepada Putri dari Tanah Deli
Legenda Putri Hijau, Kisah Percintaan Seorang Raja Aceh Kepada Putri dari Tanah Deli

Sebuah kisah legenda yang berawal dari rasa cinta dari Raja Aceh terhadap seorang putri dari Tanah Deli yang berujung peperangan.

Baca Selengkapnya
Cerita Nyi Mas Melati Si Singa Betina dari Tangerang, Teriakannya Bikin Belanda Ketar Ketir
Cerita Nyi Mas Melati Si Singa Betina dari Tangerang, Teriakannya Bikin Belanda Ketar Ketir

Kabarnya, julukan ini melekat karena teriakannya amat mengerikan dan bikin penjajah ketar-ketir.

Baca Selengkapnya
Aceh Jadi Salah Satu Daerah yang Sulit Ditaklukkan Belanda saat Penjajahan, Apa Alasannya?
Aceh Jadi Salah Satu Daerah yang Sulit Ditaklukkan Belanda saat Penjajahan, Apa Alasannya?

Aceh disebut jadi daerah yang sangat sulit ditaklukkan oleh penjajah, ternyata ini alasannya.

Baca Selengkapnya
Kejinya Pasukan Belanda di Aceh Bunuh Warga Satu Desa, 1 Anak Kecil Disisakan Ini potretnya
Kejinya Pasukan Belanda di Aceh Bunuh Warga Satu Desa, 1 Anak Kecil Disisakan Ini potretnya

KIsah pembantaian masyarakat Aceh oleh penjajah Belanda.

Baca Selengkapnya
Sosok Nyi Mas Gamparan, Panglima Muslimah Asal Serang yang Tolak Keberadaan Belanda di Banten
Sosok Nyi Mas Gamparan, Panglima Muslimah Asal Serang yang Tolak Keberadaan Belanda di Banten

Wanita ini memimpin 30 perempuan dalam pertempuran melawan Belanda.

Baca Selengkapnya