Hobi tawuran, Agung Syuhada kini jadi guru ngaji keluarga Jokowi
Merdeka.com - Agung Syuhada, pria kelahiran Ngawi, 23 Maret 1970 ini adalah guru mengaji keluarga Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sudah lebih dari 15 tahun Sudjiatmi Notomiharjo, ibu kandung Jokowi, mengaji di tempatnya, yakni di Pondok Pesantren (Ponpes) Khalifatullah Singo Ludiro, Mojolaban, Sukoharjo.
Tak hanya Sudjiatmi, dua adik Jokowi bernama Ida Yati dan Titik Rita Wati juga sering mengaji di pondok yang terletak di tepian timur Sungai Bengawan Solo itu.
"Bu Noto sudah 15 tahun ngaji fiqih dan ibadah di sini. Selain bu Noto, Mbak Ida Yati dan Mbak Titik juga ikut. Kalau Pak Jokowi tidak. Mereka ngaji tiap Rabu pagi," ujar Agung saat ditemui merdeka.com, di kediamannya, Desa Laban, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo, 2 kilometer dari Solo.
-
Mengapa Prabowo mengunjungi pondok pesantren? 'Saya datang untuk sowan mengucapkan terima kasih atas dukungan selama ini yang tidak pernah putus juga untuk minta doa, saya minta saran petunjuk dan tadi saya oleh ketua pembina Kiai haji Komarudin,' ujar Prabowo.
-
Bagaimana Prabowo diterima di pondok pesantren? 'Tadi di pesantren Miftahul Huda, sekarang di Ponpes Cipasung. Kita diterima dengan baik, nasihat-nasihat beliau,' kata Prabowo di Ponpes Cipasung, Sabtu (2/12/2023).
-
Siapa yang mendirikan pondok pesantren di Kediri? Kiai nyentrik ini mendirikan pesantren tak jauh dari bekas lokalisasi.
-
Siapa pendiri pondok pesantren Langitan? Jauh sebelum Indonesia merdeka, yakni pada tahun 1852, Kiai Muhammad Nur mendirikan pondok pesantren di Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban.
-
Kenapa Kiai Ageng Besari mendirikan pesantren? Untuk mendukung misi penyebaran agama Islam yang ia lakukan, Kiai Ageng Besari mendirikan Pondok Pesantren Tegalsari atau Gebang Tinatar.
-
Kenapa Sunan Gunung Jati mendirikan pesantren? Tujuan utamanya adalah untuk melahirkan santri-santri yang berakhlakul karimah dan memahami nilai-nilai Islam.
Putra ke-6 pasangan Syuhada Abdul Khodir dan Siti Juarin Insyiyah Muthoyyib tersebut mengaku juga sering dipanggil Sudjiatmi ke kediaman Jalan Plered Raya, Sumber
Solo untuk mengisi acara pengajian, salat hajat atau doa bersama.
"Dulu itu seminggu sebelum Pak Jokowi dilantik jadi presiden, saya dipanggil untuk berdoa bersama selama seminggu. Ini tadi juga baru pulang dari rumah beliau," katanya.
Terkait kisah masa lalunya, Agung mengaku dari kecil suka berkelahi dan tawuran. Sifatnya yang temperamental membuat bapak tiga anak ini mempunyai banyak musuh di sekolah. Ia tak memungkiri, kebiasaan bertengkar tersebut terbawa hingga sekarang. Namun saat ini cenderung lebih bisa mengontrol emosi.
"Saya dulu sekolah di SMP NU (Nahdlatul Ulama) Maarif Sragen. Kelas 1 sudah dikeluarkan karena nakal dan suka berantem," katanya.
Usai dikeluarkan dari sekolah, ia pindah ke Ponpes Al Anwar Jombang. Di pondok tersebut lagi-lagi ia berantem. Setahun sekolah di Jombang, Agung mengaku sering puasa mutih (makan nasi dan air putih). Ia mengaku berpuasa untuk keperluan kanuragan yakni agar tak mempan dibacok alias kebal.
"Saya itu tiap hari berkelahi. Saya puasa mutih biar kebal. Biar punya kebanggaan bisa membantu teman kalau berkelahi. Saya bangga kalau berantem selalu menang, sampai lawan saya bonyok. Padahal saya enggak tahu permasalahannya apa. Yang penting kalau dimintai bantuan teman untuk berkelahi saya menang, hati saya senang, puas," kisahnya.
Kebiasaan berkelahi, lanjut Agung, terus berlanjut sampai sekolah SMA, di Ponpes Tahafidzul Quran, Solo. Tempat tersebut juga dikenal dengan PGA (pendidikan guru agama) di Kampung Kauman, komplek Masjid Agung Keraton Solo.
"Saya ini dulu kan ketua santri. Saya keras, kalau ada yang terlambat saya marahi, kalau ada yang berani ya saya antemi (pukul). Ada yang sampai benut, sekarang orangnya masih. Matanya masih membekas," ucapnya.
Usai SMA, Agung melanjutkan kuliah di Staimus Solo jurusan Ilmu Komunikasi. Tak hanya satu kampus, Agung juga berkuliah di Universitas Nahdlatul Ulama Solo, namun tak menyelesaikannya hingga sarjana.
Agung memutuskan untuk berdakwah semenjak masih bersekolah di PGA, kelas 2 tahun 1989. Saat itu sebagai mubaligh muda ia justru laris berdakwah hingga ke luar kota. Meski tak berharap tarif dalam berceramah, namun ia mengaku selalu diberikan uang transport saat berdakwah.
Uang tersebut ia kumpulkan untuk biaya kuliah. Bahkan ia bisa membeli tanah pekarangan dan mengadopsi anak yatim piatu di pondok.
"Saya dulu memang bandel sekali, pernah jual motor, jual barang-barang rumah tangga milik orang tua. Uangnya buat seneng-seneng, makan sama teman-teman. Waktu SMP, saya ini bangga dianggap pimpinan geng. Pernah menjual cermin, suka ngambil bensin mobil milik orang tua untuk dijual juga," kenangnya.
Di usianya yang masih cukup muda, 45 tahun, Agung saat ini dikaruniai 3 anak. Dua putri dan satu putra. Dalam pendidikan ia mewajibkan ketiga anaknya untuk bersekolah di pondok pesantren hingga SMA.
Agung juga mengelola sebuah pondok pesantren yang ia beri nama Pondok Pesantren (Ponpes) Khalifatullah Singo Ludiro, di Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo. Terkait penamaan pondok ia menjelaskan nama tersebut akan membuat para santri mempunyai keberanian dalam menegakkan kebenaran.
"Khalifatullah Singo Ludiro itu artinya wakil Allah di muka bumi dengan darah singa. Singa itu dimana pun berada, sejak lahir pasti menjadi raja hutan, karena cerdas, dan mempunyai watak pemberani," tuturnya.
Dengan nama itu ia berharap semua santri punya kecerdasan dan keberanian dalam amar makruf nahi munkar. Logo singa dengan berkalung bintang 9, menurut dia mengadopsi Walisongo terutama dalam teori berdakwah.
"Walisongo itu dalam berdakwah ibarat nyekel iwak ra buthek banyune (menangkap ikan tak kotor airnya). Itulah yang selalu saya terapkan di pondok kepada para santri," jelasnya.
Di pondok yang berbaur di tengah perkampungan itu, kata Agung, ada sekitar 130 santri yang setiap hari selepas Maghrib, selalu berdoa dengan membaca Surat Al Fatihah hingga 1000 kali. Doa tersebut dipanjatkan khusus untuk Presiden Jokowi.
"Selama pak Jokowi jadi presiden para santri akan berdoa dengan 1000 Al Fatihah, agar pemerintahannya aman dan lancar," pungkasnya.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ganjar Pranowo sowan ke KH Idris Hamid, Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Pasuruan dan KH Muhammad Syaeful Huda, Pengasuh Ponpes Nurul Islam Pasuruan.
Baca SelengkapnyaSetelah salat, Jokowi langsung menuju lokasi makam. Di makam itu Jokowi terlihat duduk berdoa.
Baca SelengkapnyaIstri capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo, Siti Atikoh Suprianti bersilaturahmi dengan KH Ahmad Rofiudin, Selasa (6/2) sore.
Baca SelengkapnyaCucu pendiri Pondok Pesantren ini perjalanan hidupnya curi perhatian. Kini ia bakal jadi calon ibu negara.
Baca SelengkapnyaGanjar mengaku terkesan dengan nilai-nilai yang diberikan Abuya KH Muhammad Syakrim untuk diterapkan masyarakat.
Baca SelengkapnyaGanjar mengaku banyak bicara hal mengenai kehidupan ketika mendatangi Ponpes Suryalaya.
Baca SelengkapnyaSelain mengajar, sosoknya disebut telah berhasil mendirikan pesantren yang disisihkan dari gaji sendiri.
Baca SelengkapnyaAtikoh menyempatkan berziarah dan memanjatkan doa di pusaran makam KH Abdul Aziz Mashuri.
Baca SelengkapnyaGanjar bersama istri bersilaturahmi ke Pondok Pesantren (Ponpes) KH. Ustman, Surabaya.
Baca SelengkapnyaGanjar menerima aspirasi tentang kemajuan ponpes lewat UU Pesantren.
Baca SelengkapnyaPria asal Sukoharjo menjadi guru mengaji di Jepang, muridnya anak-anak hingga lansia.
Baca SelengkapnyaBacapres Ganjar Pranowo mendapat dukungan dari para ulama di berbagai daerah. Hal itu tampak saat Ganjar sowan ke pondok pesantren di berbagai daerah.
Baca Selengkapnya