Idham juga jadikan biji mata orang bunuh diri sebagai tasbih
Merdeka.com - Tak hanya hobi mengoleksi baju batik dari bekas jarik atau kain penutup orang mati, Idham Chalid, Kabid Operasional Dinas Pemadam Kebakaran Kota Surabaya, Jawa Timur juga suka mengoleksi potongan-potongan tubuh orang mati karena kecelakaan.
Mantan protokoler Pemkot Surabaya semasa kepemimpinan almarhum Sunarto Sumoprawiro atau Cak Narto pada tahun 1999-2001 itu mengaku, menjalani hobi 'nyleneh' tersebut sejak dia masih kanak-kanak, tepatnya tahun 1979, ketika itu dia duduk di bangku sekolah dasar (SD).
Hobi menyimpan jarik bekas penutup orang mati itu, bermula ketika ayah Idham kecil yang bernama Mahmudoh Rafi'i meninggal dunia.
-
Bagaimana korban gantung diri? Korban tergantung tali nilon warna biru yang ikatkan ke tiang penahan atap tenda terbuat dari besi ukuran 2x4 cm.
-
Kenapa korban gantung diri? 'Korban ditemukan tewas gantung diri di lapak pasar. Tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan di tubuhnya,' ungkap Kapolres Musi Rawas AKBP Andi Supriadi.
-
Dimana mumi tersebut disimpan? Mumi ini telah menjadi koleksi Museum Perth sejak tahun 1930-an.
-
Apa mitos pulung gantung itu? Mitos yang menghantui masyarakat yang tinggal di Bumi Handayani ini sudah ada puluhan bahkan ratusan tahun lalu. Cerita tentang mitos ini dilakukan secara getok tular atau turun-temurun. Pulung gantung yang diyakini sebagian masyarakat berbentuk menyerupai bola api berekor ini biasanya datang pada waktu tertentu.
-
Bagaimana cara tengkorak ini digantung? Lubang tersebut menunjukkan tengkorak-tengkorak tersebut digantung pada seutas tali. Bekas goresan menunjukkan rahang telah dikuliti sebelum kepala digantung dan dipajang.
-
Siapa yang bisa disimpan kerangkanya di Geriten? Hanya Jenazah Terpilih Tak sembarang kerangka manusia bisa disimpan di geriten.
"Waktu itu saya masih kelas empat SD. Kain bekas penutup jenazah ayah saya itu saya simpan. Termasuk jarik penutup jenazah nenek saya. Nggak tahu terus sampai berkelanjutan, bahkan saya juga minta ke om dan tante saya juga. Kainnya ya saya pakai selimut waktu tidur," kenang Idham yang waktu kecil akrab dipanggil Kalid itu.
Ketika SMP, Idham berkisah, dia sempat melihat orang bunuh diri menabrakkan tubuhnya ke kereta api yang tengah melaju kencang. Tubuh orang itu pun hancur berantakan. Kepala, tangan dan kukunya terpisah dari tubuhnya.
"Kayaknya dia itu sakit jiwa, kayak orang hilang ingatan gitu," kata Idham bercerita.
Polisi yang datang ke TKP, berusaha mengumpulkan potongan-potongan tubuh korban tersebut. "Setelah dikumpulkan, ternyata ada yang tidak ditemukan. Biji mata orang hilang. Kemudian saya bertemu teman SD saya dan menemukan bola mata korban menyangkut di atas daun luntas. Terus saya minta dan saya buat kalung, yang bisa berfungsi sebagai tasbih. Karena butiran kalung besi itu berjumlah 99 sejumlah tasbih," ungkap pria 47 tahun itu.
Tak berhenti di situ, warga Siwalan Kerto Surabaya ini, terus melanjutkan perburuannya. Meski sempat berhenti menekuni hobi aneh tersebut, Idham mengaku meninggalkan kebiasaannya itu saat duduk di bangku SMP.
Namun, kebiasaan aneh kembali berlanjut hingga dia menjadi pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan Pemkot Surabaya.
"Saat duduk di bangku SMP, hobi itu sempat hilang, ya karena pergaulan dengan teman-teman baru. Bahkan jarik bekas penutup orang mati yang saya kumpul juga hilang, entah ke mana. Waktu itu ada sekitar 10-an," kata dia.
Bukan hanya biji mata orang mati dan kain bekas penutup jenazah yang dia modifikasi menjadi barang bermanfaat, tambang bekas orang gantung diri juga dia simpan.
"Waktu saya minta ke polisi, kan oleh mereka juga tidak akan dirawat, jadi saya minta dengan alasan untuk lomba tarik tambang. Teman saya bilang, kalau ada lomba tarik tambang pakai tambang itu saya nggak ikutan," cerita Idham sambil tertawa.
Selanjutnya, saat bertugas sebagai petugas pemadam dia juga mengaku menyimpan kulit korban kebakaran bernama M Rofik.
"Waktu itu, saya ikut mengangkut jenazah korban. Saya bilang ke teman saya, baunya kayak lele panggang ya, ini kulitnya masih nempel, mau saya simpan. Teman saya bilang, wes aku nggak mau satu mobil sama kamu," kata dia menirukan kalimat rekannya sambil tertawa.
Selanjutnya, dia kembali bercerita, "Kalau sampean (Anda) ingat kejadian orang yang meninggal tertimpa tower di Tambak Rejo, Surabaya dulu, potongan bagian tubuhnya juga masih saya simpan."
"Kalau ndak salah namanya Rifai. Nah si Rifai ini, sebelum meninggal sempat memangkas pohon randu di daerah Lakarsantri, yang kata warga sekitar wingit (angker). Katanya, bagi siapa saja yang memotong pohon itu akan kena musibah," kembali dia berkisah.
Nah, setelah memotong pohon itu memang tidak terjadi apa-apa. "Bahkan si Rifai ini sukses menancapkan tower yang dia kerjakan. Namun, saat memasang tower di Tambak Rejo, kejadian. Towernya ambruk dan menimpa tubuhnya. Dan ini otak dan sedikit bagian rambut si Rifai. Jadi ini bukan untuk apa-apa, hanya sekadar mengingat, bahwa si Rifai ini pernah hidup dan punya sejarah," cerita dia sambil menunjukkan bungkusan plastik bertuliskan nama Rifai yang berisi sebagian otak dan rambut si Rifai.
Pria yang mengaku tidak pernah memercayai kejadian mistis karena meyakini bahwa dimensi dunia fana dan alam goib jelas tidak bisa menyatu itu juga mengaku, begitu senang mengumpulkan benda-benda keramat lainnya, seperti kayu setigi, cendana, lukisan kuno Maha Patih Gajah Mada, lukisan Nonik Belanda, Ratu Pantai Selatan, butiran tasbih Wali Songo, keris pusaka dan benda-benda keramat lainnya.
Meski begitu, dia mengaku tidak ada perawatan khusus seperti laiknya para kolektor pusaka yang kerap mencuci pusakanya pada malam 1 Suro.
"Saya tidak percaya hal-hal semacam itu. Ini cuma sekadar mengingat sejarah masa lalu dari orang yang sudah meninggal saja. Saya tidak pernah melakukan ritual-ritual aneh untuk merawat benda-benda ini. Kalau ada penampakan akibat dari benda-benda mistis, itu hanya halusinasi yang dilebih-lebihkan oleh orang tersebut. Kalau orang memahami inti Alquran, pasti berpikiran sama dengan saya," tandas dia mencoba meyakinkan.
(mdk/ren)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Yoyo bercerita, sebelum geger kejadian mutilasi tersebut, Tarsum sempat ingin bunuh diri
Baca SelengkapnyaPolisi menetapkan warga Ciamis Tarsum sebagai tersangka pembunuhan dan mutilasi istrinya.
Baca SelengkapnyaTersangka secara sadis membunuh dan memutilasi istrinya.
Baca SelengkapnyaPelaku menikam korban sebanyak delapan kali dengan badik.
Baca SelengkapnyaDugaan kuat IMS depresi sehingga melakukan pembunuhan kepada anaknya setelah melihat isi buku diary milik korban yang menceritakan banyak hal.
Baca SelengkapnyaKorban disebut pedagang obat-obatan ilegal di Ciputat, Tanggerang Selatan.
Baca SelengkapnyaPelaku untuk yang ketiga kalinya minta upah Rp500 ribu.
Baca SelengkapnyaMalam hari sebelum kejadian, tidak ada lagi tanda-tanda dirinya mengulang kejadian di hari sebelumnya coba bunuh diri.
Baca SelengkapnyaDetik-detik meninggalnya pemuda Aceh Imam Masykur di tangan Praka RM dan dua anggota TNI lainnya terungkap.
Baca SelengkapnyaPelaku pembunuhan Bayu Handono diketahui berinisial IR alias IB, 27 tahun,
Baca SelengkapnyaPenganiayaan berujung kematian yang melibatkan tiga prajurit TNI terjadi di Tangerang Selatan belum lama ini.
Baca SelengkapnyaPengadilan Militer II-08 Jakarta menggelar sidang perdana terkait perkara pembunuhan terhadap Imam Masykur.
Baca Selengkapnya