IDI Beri Saran Cara Menghambat Penyebaran Omicron di Indonesia
Merdeka.com - Kasus Covid-19 varian Omicron yang terdeteksi di Indonesia terus meningkat. Per 8 Januari 2021, varian Omicron sudah terdeteksi sebanyak 414 kasus di Indonesia. Dari total kasus Omicron, 383 merupakan imported case atau kasus impor, sementara 31 lainnya transmisi lokal.
Ketua Satuan Tugas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Prof Zubairi Djoerban menilai, sulit bagi Indonesia untuk menghalau Omicron. Namun, Indonesia bisa membatasi penularan Omicron.
Cara untuk mencegah meluasnya Omicron ialah membatasi aktivitas di luar rumah, menggunakan masker dengan benar jika terpaksa keluar rumah, dan tidak berkumpul dalam waktu cukup lama di ruangan tertutup.
-
Bagaimana cara virus Corona varian Omicron bermutasi? Mereka menemukan bahwa varian asli Omicron BA1 telah mengalami lebih dari 50 kali mutasi, termasuk beberapa yang memungkinkannya untuk menghindari sistem kekebalan tubuh manusia.
-
Kapan kasus Covid-19 meningkat? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Kenapa kasus Covid-19 naik? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Apa yang terjadi pada virus Corona varian Omicron di tubuh pria tersebut? Selama 20 bulan masa infeksi, dokter mencoba segala cara untuk membantu pria lanjut usia tersebut, namun tidak ada upaya yang berhasil.Tubuhnya tidak dapat memberikan respons kekebalan yang cukup kuat untuk melawan virus Corona, bahkan dengan bantuan obat antibodi sekalipun.
-
Kapan Covid-19 pertama kali terkonfirmasi di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Siapa yang mengumumkan kasus Covid-19 pertama di Indonesia? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
"Jadi jangan lama-lama (berada dalam ruangan tertutup)," katanya, Selasa (11/1).
Menurut Prof Zubairi, kegiatan reunian, takziah, salat berjamaah di masjid, ibadah bersama di gereja, berisiko menimbulkan klaster Omicron. Demikian juga dengan nonton di bioskop, makan di restoran, dan rapat di kantor.
Dia mengingatkan, banyaknya klaster Covid-19 pada perkantoran maupun pabrik pada periode gelombang kedua pandemi. Selain membatasi aktivitas di luar rumah, vaksinasi Covid-19 hingga dosis lengkap bisa mencegah meluasnya penularan Omicron.
Prof Zubairi mengakui vaksinasi tidak bisa melindungi 100 persen dari penularan Omicron. Namun, vaksinasi dapat mengurangi keparahan penyakit jika terjangkit Omicron.
"Nah kalau yang sudah dua kali, segera, mulai besok sudah ada vaksinasi booster. Segera minta vaksin booster," ucapnya.
Prof Zubairi mengatakan, Indonesia masih memiliki kesempatan untuk menghambat penularan Omicron. Sebab, penularan Omicron di Tanah Air masih rendah. Berbeda dengan negara lain seperti Amerika, Turki, Prancis, Jerman, Inggris, Vietnam, Thailand, maupun Filipina yang sudah melaporkan banyak kasus Omicron.
"Jadi mumpung kita kesempatannya lebih baik harus semua upaya dikerjakan. Mulai dari tadi jangan berkerumun, vaksinasi, booster, jangan bepergian, bepergian keluar negri apalagi batalkan saja," tandasnya.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan Indonesia akan menghadapi gelombang Covid-19 varian Omicron. Meski demikian, dia meminta masyarakat tidak panik.
Dia memastikan pemerintah sudah mempersiapkan berbagai hal untuk menghadapi gelombang Omicron.
"Kita akan menghadapi gelombang dari Omicron ini. Tidak usah panik, kita sudah mempersiapkan diri dengan baik," katanya dalam konferensi pers, Senin (10/1).
Menurut Budi, pemerintah sudah mempelajari pola penularan Omicron. Berdasarkan kondisi di sejumlah negara, kasus Omicron meningkat dengan cepat, namun menurun dalam waktu singkat.
"Pengalaman menunjukkan, walaupun naiknya cukup cepat tapi gelombang Omicron ini turunnya pun cepat," ujarnya.
Sarjana Fisika Nuklir dari Institut Teknologi Bandung (ITB) ini mengimbau masyarakat tetap mematuhi protokol kesehatan. Dia juga meminta masyarakat yang belum mendapatkan vaksinasi segera mendatangi fasilitas pelayanan kesehatan untuk menerima vaksinasi.
"Paling penting percepat vaksinasi keluarga kita, rekan-rekan kita yang belum mendapatkan vaksinasi," tutupnya.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
mengonfirmasi tren kasus mingguan Covid-19 di Indonesia kembali mengalami peningkatan.
Baca SelengkapnyaTren kenaikan kasus mingguan Covid-19 nasional per 9 Desember 2023 dilaporkan menyentuh angka 554 kasus positif.
Baca SelengkapnyaSaat ini, Omicron EG.5 mendominasi di tengah kenaikan kasus Covid-19.
Baca SelengkapnyaTerjadi lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
Baca SelengkapnyaTjandra Yoga Aditama mengatakan, tren peningkatan laju kasus Covid-19 di Indonesia dan sejumlah negara lain masih perlu diwaspadai.
Baca SelengkapnyaTjandra mengatakan, data WHO menunjukkan, ada kenaikan 255 persen perawatan Covid-19 di rumah sakit Indonesia.
Baca SelengkapnyaPB IDI mengimbau masyarakat untuk menerapkan lagi protokol kesehatan seperti memakai masker dan menghindari kerumunan.
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 di Indonesia kembali meningkat. Kenaikan terjadi sejak dua pekan terakhir saat Singapura dihantam lagi badai Covid-19.
Baca SelengkapnyaBerbagai fasilitas umum telah mengeluarkan imbauan untuk memakai masker.
Baca SelengkapnyaPenemuan kasus yang dihimpun per tanggal 6-23 Desember 2023 sebanyak 5 kasus.
Baca SelengkapnyaTemuan kasus Covid-19 kembali memantik kekhawatiran. Di Bali, ditemukan 43 kasus sejak awal Desember 2024.
Baca SelengkapnyaVarian JN.1 merupakan pemicu lonjakan Covid-19 di Singapura.
Baca Selengkapnya