Ini Hasil Audit Komnas KIPI Penyebab Warga Tangerang Sakit dan Meninggal Usai Vaksin
Merdeka.com - Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) dan Komda KIPI Banten merampungkan penyelidikan penyebab kematian seorang warga bernama Joko Susanto (33). Bapak dua anak itu meninggal dunia pada Rabu (23/6), setelah delapan hari dirawat di rumah lantaran sakit setelah menerima vaksin Covid-19 Sinovac dosis pertama pada Selasa (15/6) lalu.
Ketua Komnas KIPI Prof Hindra Irawan Satari mengatakan, hasil audit dilakukan Komnas KIPI dan Komda KIPI Banten tak menemukan keterkaitan antara penyebab kematian Joko Susanto dengan vaksinasi. Menurut dia, hasil penyelidikan menemukan bahwa Joko Susanto meninggal penyakit stroke yang dideritanya.
"Tidak terkait dengan imunisasi. (Akibat-red) stroke)," kata Hindra saat dikonfirmasi merdeka.com.
-
Siapa yang menyatakan bahwa mpox bukan efek samping vaksin? Juru bicara Kementerian Kesehatan, Mohammad Syahril, menjelaskan bahwa mpox dan Covid-19 merupakan dua penyakit yang berbeda.
-
Siapa tersangka kasus korupsi KONI Sumsel? Ketua Umum KONI Sumatra Selatan Hendri Zainuddin resmi ditetapkan sebagai tersangka terkait kasus korupsi dana hibah KONI Sumsel tahun anggaran 2021 pada Senin (4/9).
-
Siapa yang mengumumkan penemuan vaksin kanker? Presiden Vladimir Putin mengungkapkan bahwa mereka kini selangkah lebih dekat untuk penemuan vaksin kanker.
-
Apa itu JKN? Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola BPJS Kesehatan telah menjadi salah satu kebijakan paling signifikan dalam sektor kesehatan di Indonesia.
-
Apa yang ditemukan peneliti? Para peneliti menggambarkan spesies baru dari genus Calotes di Tiongkok selatan dan Vietnam utara.
-
Siapa yang terlibat dalam produksi vaksin dalam negeri? Salah satu proyek unggulannya adalah pengembangan Vaksin Merah Putih atau INAVAC yang bekerja sama dengan Universitas Airlangga (Unair).
Menurut Hindra, proses skrining tetap diberlakukan sebelum warga tersebut disuntik vaksin. Namun dia menyebut, meski metode penyaringan dilakukan terkadang masih lolos, namun vaksinasi tak memperberat pasien yang memiliki penyakit.
"Skrining adalah metode penyaringan, tentu saja masih ada yang lolos, namun meski ada riwayat penyakit, vaksinasi tidak akan memperberat penyakit. Penyakit tersebut tidak memberat oleh vaksinasi, namun apabila tidak dikendalikan dapat berakibat fatal, bukan karena oleh vaksinasi nya namun oleh penyakit itu sendiri," kata dia.
Warga Meninggal Diduga Setelah Vaksinasi
Sebelumnya diberitakan, Joko Susanto (33), warga RT03/03 Kecamatan Pinang, Kota Tangerang, Banten, meninggal dunia pada Rabu (23/6) sore. Joko meninggal dunia tepat delapan hari setelah menerima vaksinasi Covid-19 pada Selasa (15/6) lalu.
Putri (31), istri almarhum Joko Susanto, juga masih sangat terpukul. Dia sungguh tak percaya. Kehilangan cinta sejati secepat ini.
"Kemarin almarhum suami saya mengembuskan napas terakhirnya," kata ibu dua anak ini saat ditemui merdeka.com di kediamannya, Kamis (24/6).
Putri menceritakan kejadian sebelum suaminya pergi menghadapi Sang Pencipta. Joko, katanya, mengalami batuk dan demam. Kondisi itu diyakin Putri karena efek vaksinasi.
Putri dan Joko mendatangi sekolah untuk menerima vaksin sesuai jadwal yang diperoleh dari pengurus lingkungan. Keduanya mengantre sesuai antrean. Sebelumnya telah diobservasi oleh petugas yang berjaga.
Putri dan Joko mendatangi sekolah untuk menerima vaksin sesuai jadwal yang diperoleh dari pengurus lingkungan. Keduanya mengantre sesuai antrean. Sebelumnya telah diobservasi oleh petugas yang berjaga.
Saat itu, petugas mewawancarai Joko dengan pertanyaan seputar riwayat penyakit. Juga melakukan pemeriksaan tensi darah.
"Saat tensi darah, suami saya itu 160. Tapi sama petugas dijawab bisa. Akhirnya divaksin kami berdua. Setelah kejadian ini, pertanyaan saya, kenapa tensi tinggi sampai 160 tetap divaksin," terang Putri.
Usai disuntik vaksin, mereka kembali ke rumah untuk beristirahat. Putri tidak merasakan gejala apapun. Tetapi berbeda dengan suami.
"Katanya (usai disuntik vaksin) tidak terasa. Tapi sampai di rumah batuk - batuk hebat, sampai malam itu engga bisa tidur. Ada demam juga, badannya panas," jelas Putri.
Melihat kondisi Joko, Putri dan keluarga memutuskan untuk membawa ke dokter agar diperiksa. Saat mendatangi Puskesmas Kunciran Baru, pihak Puskesmas tidak dapat memberikan perawatan karena alasan penuh.
"Saya minta dirujuk kata pihak Puskesmas waktu itu, enggak apa - apa. Karena suami saya kelihatan kuat, padahal saat itu kondisinya lemas," terang Ibu dari Adeva (5) dan Aqila (10) itu.
Belum puas dengan penjelasan puskesmas, Putri dan keluarga berniat membawa Joko ke RS swasta. Tetapi Tuhan berkendak lain. Joko meninggal dalam perjalanan menuju RS swasta.
"Dari swab antige nonreaktif, kalau PCR belum keluar. Suami saya meninggal pas baru masuk mobil dipompa jantung, dan pihak RS menyampaikan meninggal itu jam 16.00 WIB sore," kata dia.
Atas kejadian tersebut, Putri dan keluarganya meyakini kalau kepergian Joko, suaminya, akibat vaksin Sinovac. Sebab saat dosis vaksin disuntikkan, tensi Joko sedang tinggi.
"Pertanyaan saya kenapa 160 itu divaksin. Saat itu, suami saya juga bertanya ke petugas tapi dijawab bisa. Ya, kami percaya saja. Tapi setelahnya, kondisi suami batuk dan demam hingga semakin terpuruk dan meninggal dunia," ucap Putri.
Putri iklas melepas kepergian suaminya. Tetapi dia berharap kasus serupa tidak terulang lagi.
"Biar ini jadi pelajaran semua. Saya bukan mau menyalahkan, saya enggak menyalahkan. Tapi Pemerintah harus bertanggung jawab atas kejadian ini," jelas dia.
Penjelasan Dinkes Tangerang
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang, melalui Pokja KIPI (Kejadian Ikutan Paska Imunisasi) akan menyelidiki dugaan kematian warga Pinang, Joko Susanto (33), setelah 8 hari menerima vaksin Sinovac pada Rabu (23/6) kemarin.
"Jadi sekecil apapun efek dari vaksin pasti akan kami bahas, kita kan punya Pokja KIPI, kita inventarisir data-data kemudian kita bahas sama tim KIPI, nanti tim KIPI keluar, apa ini benar-benar karena vaksin atau dia koinsiden," kata Kepala Dinkes Kota Tangerang Liza Puspadewi di kantornya Kamis (24/6).
Lebih jauh Liza menerangkan kalau koinsiden tersebut bisa saja menyebabkan seseorang memiliki gejala lanjutan akibat vaksinasi diterimanya.
"Koinsiden itu artinya orang itu sudah punya penyakit. Itu kan hasil dari kajian dari Pokja, kita sekecil apapun akan dibahas. Kaya kemarin di mini ICU dia (penerima vaksin) pusing, pasti kita bahas apa sebabnya," ujar dia.
Untuk itu, pihak Dinkes meminta waktu agar proses pendataan oleh tim Pokja KIPI Kota Tangerang, atas informasi tersebut bisa segera diumumkan ke publik.
Liza dengan tegas membantah ketika ditanya adanya penolakan yang dilakukan tim Puskesmas terhadap permintaan penanganan berupa perawatan dan pengobatan terhadap almarhum Joko.
"Enggak ada yang ditolak, makaya semua data kita kumpul kan dulu. Kan puskesmas punya data itu terekam, dia punya piket punya data sreenshoot, dia punya data, makannya saya bilang ini bener engga datanya. Kalo 160 tensi warga dan dinyatakan bisa (vaksin). Kami akan mengcounternya semua dengan data. Semua terdata, terecord," tegas dia.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jamie Scott, seorang pria beranak dua mengalami cedera otak serius setelah mengalami penggumpalan darah dan pendarahan di otak usai mendapatkan vaksin itu p
Baca SelengkapnyaHinky mengatakan, vaksin AstraZeneca sudah melewati tahap uji klinis tahap 1 hingga 4.
Baca SelengkapnyaIndonesia merupakan negara dengan peringkat keempat terbesar di dunia yang melakukan vaksinasi COVID-19.
Baca SelengkapnyaHebohnya kasus TTS berawal dari gugatan yang dilayangkan Jamie Scott ke Pengadilan Tinggi Inggris.
Baca SelengkapnyaPetugas kesehatan langsung datang ke rumah Bayi MKA, dan akhirnya dilarikan ke rumah sakit.
Baca SelengkapnyaDua orang anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) Kabupaten Klaten, Jawa Tengah meninggal dunia.
Baca SelengkapnyaEpidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, ada kemungkinan kasus TTS dipicu vaksin AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaMenkes angkat bicara mengenai efek samping vaksin Covid-19 AstraZeneca
Baca SelengkapnyaKomnas KIPI sebelumnya mengatakan tidak ada kejadian sindrom TTS setelah pemakaian vaksin Covid-19 AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaViral Bayi Meninggal Pascaimunisasi di Sukabumi, Ini Kronologinya Menurut Kemenkes
Baca SelengkapnyaPemerintah telah mengirimkan alat-alat laboratorium di Puskesmas untuk mengatasi penyakit-penyakit tersebut.
Baca SelengkapnyaSelain menyoroti angka kematian tinggi akibat penyakit tidak menular, Jokowi menekankan pentingnya pencegahan stunting atau gizi buruk.
Baca Selengkapnya