Investasi di bidang pertanian bantu ketahanan pangan
Merdeka.com - Tidak begitu banyak investor yang mau menyalurkan bantuannya ke bidang pertanian. Kebanyakan lebih memilih ke non pertanian karena dinilai tidak berisiko dengan alam dan menghasilkan uang secara lebih instan.
Padahal investasi di bidang pertanian dapat membantu ketahanan pangan suatu negara.
"Sekitar 1 miliar orang yang masih rentan terhadap kelaparan. Jika tidak ada kelaparan di dunia, peningkatan produksi pangan dunia harus diatas 70 persen. Hal tersebut mengindikasikan dengan adanya investasi di sektor pertanian dapat membantu keamanan pangan dunia," kata Wakil Menteri Pertanian, Rusman Heriawan, dalam acara Sidang Regional Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota Wilayah Barat (Sumatera dan Jawa), Kami (8/5).
-
Apa yang dihasilkan dari lahan pertanian produktif? Kelompok Wanita Tani (KWT) D'Shafa mampu mendapatkan tambahan penghasilan setelah berhasil mengubah tempat penampungan sampah menjadi lahan pertanian produktif.
-
Kenapa peluang bisnis pohon aren lebih menjanjikan? Hal ini membuktikan jika potensi cuan dari aren bisa lebih besar dari kelapa sawit.
-
Mengapa petani di Eropa beralih ke pertanian? Salah satu kemungkinan adalah mereka melihat gaya hidup baru ini menawarkan sumber daya yang lebih dapat diprediksi.
-
Kenapa petani milenial ini memilih bertani pepaya? 'Ternyata di pepaya itu lebih menjanjikan dibandingkan dulu waktu masih di peternakan,' ungkap Aksin.
-
Kenapa petani hidroponik di Indramayu ini memilih bertani melon? Berangkat dari Keinginan Bertani Secara Praktis Jika biasanya, agar buah yang dihasilkan bagus dan manis, harus dipantau secara berkala, penyiraman rutin dan pengelolaan sinar matahari yang cukup.
-
Kenapa Jawa Timur jadi andalan sektor pertanian? Adapun sejumlah daerah dengan produktivitas pertanian terbesar di Jawa Timur meliputi Bojonegoro, Jember, Ngawi, Nganjuk, Tuban, dan Tulungagung. Enam daerah ini menjadi andalan sektor pertanian Jawa Timur.
Menurut Rusman, jika peningkatakan pangan mencapai 70 persen dalam produksi pangan dunia, maka dibutuhkan investasi baru di pertanian itu sekitar 83 Miliar U$ dolar. Persoalan investasi pertanian menjadi persoalan dunia.
"Sekarang penduduk dunia itu 7 miliar. 250 juta ada di Indonesia. Tahun 2050 pertambahan penduduk dunia Kira-kira 9,1 miliar. Jadi dari mulai tahun 2014 ke tahun 2050 akan ada tambahan manusia baru di dunia itu ada 2,1 miliar," jelasnya.
Rusman mengatakan, memang ada keengganan investor dalam melakukan investasi di bidang pertanian meskipun dalam agenda internasional sering dibicarakan kewajiban dalam investasi pangan bagi setiap negara di dunia ini.
"Ini menjadi tambahan persoalan bagi pertanian kita ke depan. Karena para pimpinan di dunia ini tidak banyak memberikan perhatian pada investasi di bidang pertanian," ujarnya.
Menurut data Food and Agriculture Organization (FAO) untuk mengamankan pangan dunia, maka produksi pangan harus meningkat selama Kurun waktu sampai 2050. Sekurang-kurangnya 60 persen dari kondisi produksi yang ada sekarang baru bisa memenuhi keamanan pangan dunia.
Dan itu juga masih ada sekitar 1 miliar yang tidak tertolong. Artinya statusnya tidak berubah masih mal nutrisi, masih kekurangan gizi, masih kelaparan.
(mdk/cza)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Investor tetap berpegang pada aset produktif adalah ide yang bijaksana.
Baca SelengkapnyaDekan Universitas Brawijaya beberkan sederet kesalahpahaman terkait food estate.
Baca SelengkapnyaProgram food estate justru membuat dana tidak diterima rakyat.
Baca SelengkapnyaPara orang kaya dunia umumnya tak tertarik untuk menumpuk kekayaan dalam bentuk uang tunai.
Baca SelengkapnyaAnak muda enggan menjadi petani lantaran pendapatan yang tidak menjanjikan.
Baca SelengkapnyaJumlah petani di Indonesia juga terus mengalami penurunan dalam 10 tahun terakhir.
Baca SelengkapnyaKemarau panjang jadi bencana bagi petani karena tidak bisa menanam padi. Hal ini tidak terjadi dengan petani Jombang. Mereka justru cuan puluhan juta.
Baca SelengkapnyaKonsepnya adalah kalau lahan produktif berkurang, sumber pangan berkurang harus diganti di tempat lain.
Baca SelengkapnyaTerutama bagi petani yang menggarap lahan kecil. Mereka masih menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Baca SelengkapnyaHal tersebut disampaikan oleh Dekan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Mangku Purnomo.
Baca Selengkapnya