Kakek Amir setia dengan alat cukur butut demi dapur tetap ngebul
Merdeka.com - Amir Yahya masih amat setia dengan profesi yang dia geluti sejak 1982. Zaman sudah berubah, tetapi kakek 64 tahun itu bertahan sebagai tukang cukur keliling.
Sejak beberapa tahun terakhir, tukang cukur sudah kian berinovasi. Bermunculannya barbershop tentu juga menjadi penanda, memangkas rambut sudah diidentikkan dengan gaya hidup.
Jika melihat Amir? Ya, tukang cukur keliling asal Kota Bandung itu hanya bermodalkan gunting cukur dan sarana penunjang lainnya yang jauh dari kata modern. Alat-alat itu hingga dewasa ini masih menjadi kepercayaan beberapa pelanggan yang mulai berkurang dari segi jumlah.
-
Siapa pemulung di Palembang yang punya saudara kaya? Seorang pemulung asal Palembang harus hidup di jalan padahal memiliki keluarga yang kaya raya.
-
Siapa yang menolong pria tersebut? Sebuah video yang diunggah oleh akun Instagram @bgd.info memperlihatkan seorang Polisi sedang menolong pemuda yang berjalan kaki di jalan tol Cipularang KM 127.
-
Gimana Komaruddin jalan kaki? Selama 14 hari berjalan, dia melewati sejumlah kota di Yogyakarta, Jawa Tengah, sampai Jawa Barat. Selama itu pula, dia turut dikawal para motor rider dari yayasan kesehatan di Bekasi di setiap kota, untuk memastikan kondisinya, termasuk menyediakan ambulans untuk berjaga-jaga.
-
Apa yang dilakukan kakek ini untuk tetap aktif? Mereka terlibat dalam berbagai kegiatan, mulai dari olahraga ekstrem hingga mengejar hobi yang unik.
-
Bagaimana cara pengemis kaya raya ini mendapatkan uang? Dalam sehari, dia mendapat Rp500.000 hingga Rp1 juta per hari.
-
Siapa yang memotong kuku sebagai pengorbanan? Menurut Sejarah Musim Semi dan Musim Gugur (《吕氏春秋》), Cheng Tang, raja pertama dinasti Shang, memotong rambut dan kuku jarinya sebagai pengorbanan kepada surga untuk meminta hujan selama musim kemarau.
"Jangan lihat alatnya, tapi hasilnya, saya juga masih ikuti zaman orang mau cukurnya kaya gimana," tutur Amir Yahya pada merdeka.com di kawasan Antapani, Kota Bandung, Minggu (21/8).
Di sela perbincangan tasnya bergetar. Ternyata handphone bututnya menerima panggilan pelanggan. "Tadi ada pelanggan telepon mau dicukur katanya saya suruh ke rumahnya," ungkap Amir yang malu-malu menutupi handphone bernada monoponik itu.
Amir menjelaskan alasan dirinya bertahan menjadi tukang cukur keliling. Saban hari kakinya harus menyongsong belasan kilometer. "Saya kalau di rumah justru sakit, ngapain juga. Saya harus jalan. Enggak apa-apa saya jalan, karena saya suka, jadi kerja tapi setiap harinya sambil berolah raga," ujarnya.
Masa kejayaan dirinya sebagai tukang cukur memang sudah dilalui. Di awal 1990-an dalam sehari berjalan kaki, bisa 20 kepala dia potong rambutnya. Saat itu persaingan bisnis cukur terbilang jarang.
"Kalau sekarang lima kepala saja sudah lumayan banget," terang Amir yang tidak memasang tarif cukur itu.
Tetapi dia mensyukuri apa yang sudah diraihnya selama ini. Tidak besar, namun untuk makan dia tidak harus meminta di usia yang mulai memasuki senja. "Untuk makan saja yang penting saya enggak minta. Kalau masih bisa cari sendiri kenapa tidak," ucapnya penuh semangat ini.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ia hendak menukar beberapa sendok dagangannya dengan sepiring nasi.
Baca SelengkapnyaPerjuangan pak Ahmad yang rela banting tulang jualan agar-agar demi keluarganya.
Baca SelengkapnyaSelama menjadi tukang cukur, ia tidak pernah memasang tarif. Ia bekerja dengan niat 'Lillahi ta'ala,'.
Baca SelengkapnyaDiakuinya, sang putra tak mau bekerja hingga masih meminta uang.
Baca SelengkapnyaViral kisah haru Ustaz Gunawan tinggal di gubuk. Semua hartanya sudah diwakafkan.
Baca SelengkapnyaBegini kisah pilu seorang kakek pemulung yang hanya mampu beli makan nasi dan air putih sehari.
Baca SelengkapnyaSejak istrinya meninggal, Abah Ucup merawat sang ibu yang sudah berusia 103 tahun seorang diri.
Baca SelengkapnyaSemua dilakukan semata-mata hanya karena ingin hidup tanpa merepotkan siapapun, termasuk anak-anaknya.
Baca SelengkapnyaKakek bernama Nur ini begitu bersemangat mencari pekerjaan di siang hari yang terik untuk membelikan cucunya hadiah.
Baca SelengkapnyaTukang cukur bernama Pak Edo ini menggantungkan hidup dari warga kampung yang ingin mencukur rambut.
Baca SelengkapnyaPria ini mengajak bapak tukang becak untuk berbelanja ke pusat perbelanjaan.
Baca SelengkapnyaKakek ini diketahui berjualan di sekitar GBLA, Bandung.
Baca Selengkapnya