Kemenkes Ingatkan Potensi KLB Dampak Rendahnya Imunisasi Dasar Anak
Merdeka.com - Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengingatkan potensi Kejadian Luar Biasa (KLB) sejumlah penyakit akibat rendahnya cakupan imunisasi dasar lengkap di Indonesia.
"Beberapa wilayah sudah melaporkan kejadian baik itu sifatnya sporadik ataupun masuk dalam kategori KLB," katanya dalam konferensi pers, Rabu (1/12).
Nadia meminta para orang tua segera menghubungi puskesmas jika anaknya mengalami sejumlah gejala penyakit. Seperti anak mengalami lumpuh layu akut, demam, bintik-bintik merah atau nyeri tenggorokan.
-
Kapan orang tua harus membawa anak ke dokter? 'Lakukan pemeriksaan ke dokter terlebih dahulu, mulai dari pemeriksaan darah, USG, endoskopi sesuai kebutuhan,' sarannya.
-
Kapan anak harus segera ke dokter? Jika anak mengalami gejala yang parah atau gejala tidak membaik setelah beberapa hari, sangat penting untuk segera mencari perawatan medis untuk anak tersebut.
-
Siapa yang perlu dikonsultasi saat anak demam? Jika anak menunjukkan gejala yang mengkhawatirkan atau demam tidak kunjung reda, jangan ragu untuk segera berkonsultasi dengan dokter.
-
Kapan anak harus ke dokter? Jika sakit perut melilit pada anak berlangsung dalam jangka waktu lama atau semakin parah, segera konsultasikan ke dokter.
-
Bagaimana cara orang tua melanjutkan imunisasi anak yang terlambat? Orang tua tetap bisa melanjutkan imunisasi anak dengan langkah-langkah yang tepat sesuai panduan dokter. Dengan demikian, menjaga kesehatan anak tetap menjadi prioritas utama, dan imunisasi adalah salah satu cara efektif untuk mencapainya.
"Segera hubungi puskesmas setempat untuk mendapatkan penanganan segera," pesannya.
Mantan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan ini mendorong pemerintah daerah segera meningkatkan cakupan imunisasi dasar lengkap pada anak. Langkah ini untuk melindungi anak-anak dari penyakit selain Covid-19 di tengah pandemi.
"Upaya untuk melengkapi cakupan imunisasi rutin perlu dilakukan," tegasnya.
Sebelumnya, Plt Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu melaporkan cakupan imunisasi dasar lengkap di Indonesia menurun sejak 2020. Khusus 2021, cakupannya baru mencapai 58,4 persen per Oktober.
"Target kita Oktober 71,1 persen dan diharapkan sampai di akhir tahun target kita sesuai Renstra (Rencana Strategis) harus 95 persen," kata Maxi, Selasa (30/11).
Maxi menjelaskan, ada gap cakupan imunisasi dasar lengkap di sejumlah provinsi. Beberapa provinsi mencatat imunisasi hampir mencapai target nasional, bahkan melampui.
Provinsi tersebut ialah Banten mencapai 78,8 persen pada Oktober 2021. Kemudian Sulawesi Selatan, Bengkulu, Sumatera Selatan, Gorontalo, Bali, Lampung, Bangka Belitung, Jawa Timur, dan Jambi hampir mendekati target imunisasi nasional.
"Kami harapkan kesenjangan atau gap harus ditutupi dengan melakukan kegiatan imunisasi kejar. Waktunya memang tinggal sebulan, saya kira masih ada waktu," ujarnya.
Maxi mengingatkan imunisasi dasar lengkap sangat penting untuk mencegah populasi rentan terhadap sejumlah penyakit yang bisa memicu Kejadian Luar Biasa (KLB). Penyakit tersebut di antaranya, TBC atau tuberkulosis, Polio, Difteri, Tetanus, Hepatitis, Campak, dan Rubella.
"Ini sudah pasti kalau dua tahun terakhir rendah dan tidak merata, itu berpotensi menimbulkan kerawanan terjadinya KLB terhadap penyakit yang saya sebutkan tadi, yang mestinya bisa dicegah dengan imunisasi," ucapnya.
Dia menambahkan, saat ini, sudah ada sejumlah KLB Difteri, Campak, dan Rubella di sejumlah wilayah. Di Kalimantan Barat misalnya terjadi KLB Difteri.
"Pengalaman 2020, 2021 ini tentu jadi pengalaman yang baik bagi kita untuk mengejar kegiatan imunisasi rutin dan esensial lainnya, penanggulangan penyakit lainnya," tutupnya.
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Data ini berdasarkan informasi yang dikumpulkan sejak 2018 sampai 2023.
Baca SelengkapnyaAncaman infeksi demam berdarah pada anak bisa dicegah dengan peran aktif orangtua secara tepat.
Baca SelengkapnyaRadang paru-paru termasuk infeksi serius jika tidak ditangani dengan benar.
Baca SelengkapnyaDBD menjangkiti kelompok usia produktif dan paling banyak terjadi di usia anak-anak.
Baca SelengkapnyaPenyakit menular disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, atau parasit yang dapat menyebar dari satu orang ke lainnya, termasuk anak-anak.
Baca SelengkapnyaKementerian Kesehatan (Kemenkes) mengkonfirmasi adanya kasus polio baru di Klaten, Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaMelewatkan atau tidak memberi imunisasi pada anak bisa berdampak buruk pada kesehatannya.
Baca SelengkapnyaTB otak atau meningitis yang serang anak bisa memicu kejang bahkan hingga memicu kondisi disabilitas.
Baca SelengkapnyaKemenkes menerbitkan Surat Edaran tentang Kewaspadaan Terhadap Kejadian Mycoplasma Pneumonia di Indonesia.
Baca SelengkapnyaPada cuaca ekstrem dan musim liburan, anak rentan sakit sehingga orangtua perlu lebih menjaganya.
Baca SelengkapnyaGondongan dan cacar air merupakan penyakit yang mudah menular.
Baca SelengkapnyaPada masa ini, risiko penyakit pada bayi meningkat, memerlukan perhatian khusus dalam hal pencegahan dan perawatan.
Baca Selengkapnya