Ketika warga Gresik mengais berkah di semburan lumpur
Merdeka.com - Bencana semburan lumpur bercampur gas metanha (CH4) di Desa Metatu, Gresik, Jawa Timur sejak Selasa (13/11) lalu membawa berkah bagi warga sekitar. Sejak diberitakan, lokasi itu mulai ramai dikunjungi orang dari luar Gresik. Kawasan yang semula sepi, kini berubah menjadi tempat kerumunan orang dan timbunan sampah bekas botol minuman dan bungkus makanan.
Beberapa orang warga memanfaatkan halaman rumahnya menjadi tempat parkir bagi sejumlah pengunjung. Selain menyewakan lahannya, warga lainnya menjadi penjaja makanan, minuman hingga asesoris di sekitar taggul yang dibuat pemerintah setempat.
Menurut salah seorang warga Martono, sejak Kamis (15/11) hingga Minggu, lokasi semburan dipadati ribuan orang pengunjung. Mereka sekadar ingin melihat fenomena alam yang mirip dengan semburan Lumpur Lapindo Sidoarjo itu.
-
Bagaimana Kampung Kurus berubah? Perubahan ini terjadi begitu saja, tanpa diketahui penyebabnya.
-
Kenapa Kampung Krese berubah? 'Mereka beralih profesi jadi macam-macam. Ada yang jadi tukang jok, pedagang lumpia, ada yang buat ikat pinggang, ada juga yang wiraswasta teh botol,' katanya.
-
Di mana kerusuhan terjadi? Kerusuhan anti-Yahudi terjadi pada 7–8 Juni 1948, di kota Oujda dan Jerada, di protektorat Prancis di Maroko sebagai tanggapan terhadap Perang Arab-Israel tahun 1948 yang diikuti dengan deklarasi berdirinya Negara Israel pada tanggal 14 Mei.
-
Apa yang membuat suasana Jalan Menteng Raya berubah drastis? Salah satu contohnya adalah Jalan Menteng Raya pada tahun 1931, yang perubahannya sangat menakjubkan jika dibandingkan dengan kondisi sekarang.
-
Dimana gentrifikasi biasanya terjadi? Gentrifikasi biasanya lebih sering terjadi pada kawasan yang terletak dekat dengan pemukiman kelas menengah sampai kelas atas, kawasan yang dekat dengan perkotaan, kawasan yang dilalui oleh layanan transportasi massal, dan kawasan yang mempunyai stok perumahan lama.
-
Dimana kerusuhan terjadi? Prada Triwandi berani mengamankan masyarakat saat terjadi kerusuhan di wilayah Sentani, Kabupaten Jayapura.
"Kemarin (Kamis-Minggu) itu kan liburan panjang. Ada banyak warga dari luar Desa Metatu ingin melihat semburan lumpur di sini (Waduk Metatu). Sampai sekarang, masih banyak pengunjung dari luar desa terus berdatangan," kata Martono yang menyewakan halaman rumahnya menjadi tempat parkir, Minggu (18/11).
Dari hasil menyewakan halamannya sebagai tempat parkir, Martono mengaku meraih penghasilan hingga Rp 1 juta lebih per hari. "Ada banyak pengunjung. Sehari yang parkir di tempat saya saja bisa mencapai ratusan, kira-kira ada 5 ratusan lebih. Untuk sekali parkir, semua warga di sini hanya menarik Rp 3 ribu saja," akunya
Sementara itu, pedagang aneka jajanan gorengan Saropah (48) rela berkeliling mengitari tanggul hanya untuk menjajakan dagangannya supaya laris manis. "Satu makanan harganya cuma Rp 500 saja kok. Jualannya ya keliling. Sesekali saya duduk di atas tanggul," kata dia.
Tak hanya Martono dan Saropah yang ingin mengais berkah dengan memanfaatkan semburan lumpur di Desa Metatu. Sejumlah warga lainnya juga mengadu peruntungan dengan menjual minuman seperti air mineral, es teh hingga kopi hangat di area tanggul.
Di sisi jalan atau tepatnya di depan pusat semburan lumpur, terlihat warung kopi darurat. Tak urung, di sekitar area semburan lumpur berubah menjadi tempat pembuangan sampah, seperti bekas botol air mineral, bungkusan makanan ringan, dan jenis sampah lainnya.
Pantauan merdeka.com, para pengunjung merupakan pendatang dari Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Bojonegoro, Tuban dan Lamongan. Hal itu dapat diketahui dari plat nomor kendaraan yang terparkir di halaman rumah penduduk sekitar.
"Saya di sini cuma ingin lihat lumpur saja, kebetulan anak saya tinggal di sini (Desa Metatu). Saya datang siang tadi, sekitar jam satuan (pukul 13.00 WIB) saya sampai di sini," kata Rusman (51) warga Bojonegoro.
Semburan lumpur bercampur gas methan yang keluar dari sumur bekas pengeboran di zaman Belanda di bekas Waduk Metatu, tepatnya berada di bawah Pohon Ngimbo itu, terlihat muncul sejak Selasa (13/11) sore lalu. Kali pertama muncul, tinggi semburan mencapai 20 meter.
Dan hingga saat ini, semburan lumpur itu belum berhenti dan terus meluber, hingga pemerintah setempat memasang larangan bertuliskan area berbahaya, bagi yang tidak berkepentingan di larang mendekat. Di sekitar waduk, selain di bangun tanggul, juga diberi pagar pembatas dari anyaman bambu mengelilingi pusat semburan. (mdk/tyo)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mereka beraksi bak peselancar andal yang ditonton banyak orang.
Baca SelengkapnyaKini Kampung Krese tampil lebih bersih dan bebas dari banjir.
Baca SelengkapnyaHingga saat ini, tradisi ini masih dilestarikan oleh masyarakat Desa Sendang, Semarang
Baca SelengkapnyaKendati tak cukup luas, namun antusiasme warganya begitu luar biasa.
Baca SelengkapnyaAcara ini tampak meriah dengan suasana kota yang dihiasi berbagai lampu, balon-balon, dan dekorasi bendera.
Baca SelengkapnyaTradisi ini dilakukan sebagai wujud syukur kepada Tuhan YME atas berkah dan karunianya dalam bentuk melimpahnya hasil panen.
Baca SelengkapnyaWarga Bawean Digegerkan Kemunculan Sumber Mata Air Panas usai Gempa di Tuban, Begini Penampakannya
Baca SelengkapnyaDengan adanya kirab tersebut para pedagang berharap pasar bakal semakin ramai pengunjung.
Baca SelengkapnyaPetugas turun ke lokasi untuk meninjau semburan lumpur tersebut.
Baca SelengkapnyaSuasana malam di salah satu pemukiman padat penduduknya terasa begitu berbeda.
Baca SelengkapnyaPada malam Jumat Kliwon sering terdengar keramaian seperti pasar.
Baca SelengkapnyaDulunya kampung ini indah banyak pohon buah dan bioskop. Namun sekarang hampir tenggelam.
Baca Selengkapnya