Semua Warga Ucap Syukur, Musala Sederhana di Kampung Pemulung Setiap Tarawih Penuh dengan Jemaah
Kendati tak cukup luas, namun antusiasme warganya begitu luar biasa.
Kendati tak cukup luas, namun antusiasme warganya begitu luar biasa.
Kebahagiaan di bulan suci Ramadan turut dirasakan warga di Kampung Pemulung, Tangerang Selatan. Warganya turut berlomba-lomba dalam beribadah di musala sederhana.
Kendati tak cukup luas, namun antusiasme warganya begitu luar biasa. Salah satu momennya yakni saat salat tarawih bersama.
Seperti apa musala sederhana tersebut? Berikut ulasan selengkapnya, dilansir dari kanal YouTube MerdekaDotCom, Rabu (27/3).
Ada sebuah bangunan sederhana di sudut Kampung Pemulung Iwapi, Jurangmangu, Tangerang Selatan. Bangunan yang lantas banyak diketahui warganya sebagai musala tersebut memiliki ukuran yang tak begitu luas.
Berdinding triplek dan berlantaikan semen yang terbuat dari puing-puing menjadikan musala tersebut sebagai tempat ibadah andalan warga sekitar.
Diketahui, musala kecil itu menampung para jemaah hingga kurang lebih sejumlah 100 kepala keluarga.
Pembangunan musala pun tak jauh dari gotong royong warga bersama sejumlah donatur.
Tepat tiga tahun lalu, musala tersebut berdiri dan mulai digunakan.
"Dulu dibikin idenya ya seperti rumah yang kita tempatin, kita bangun terus kita ketemu sama yayasan lalu dibangunin," terang Casman, warga lokal kepada Merdeka.com.
Sebelumnya, tak jauh dari lokasi tersebut telah lebih dulu terbangun musala yang berukuran lebih luas.
Sayangnya, warga harus menelan pilu lantaran musibah kebakaran hebat yang menelan sejumlah bangunan hingga musala.
Beberapa waktu kemudian, musala sederhana tersebut lantas dibangun.
"Tapi kemudian ada musibah kebakaran lalu alhamdulillah kita bangun lagi dan ada bantuan dari donatur untuk sarana ibadah masyarakat," imbuh Casman.
"Di waktu-waktu biasa salat lima waktu ya Alhamdulillah ada terus jemaahnya," ungkapnya.
"Kalau di Ramadan alhamdulillah membludak sampai di luar musala. Doakan saja semoga sampai akhir Ramadan tetap seperti itu," terang Casman.
Terlebih saat salat tarawih, antusiasme masyarakat begitu tinggi. Meski kondisi sekitar musala kurang baik, namun masyarakat justru tak mengeluh.
"Pas tarawih, masya Allah. Sampai saya saja enggak kebagian tempatnya. Padahal kemarin hujan, akhirnya pada becek-becekan di sini," kata Iha, warga sekitar.
"Harapannya, semoga nanti ada donatur lagi jadi kita bisa melebarkan musala ini biar layak bagi jemaah," katanya.
Warga menduga pelaku merupakan pendatang, sehingga bukan keturunan asli Desa Sukamanah.
Baca SelengkapnyaSaat musim tanam tiba, para perantau itu pulang sebentar untuk menanam jagung dan selanjutnya pergi merantau lagi
Baca SelengkapnyaWarganet sempat mengira ada salah satu warga yang hendak mengganggu proses pengecoran jalan. Tapi ternyata cerita sebenarnya tak sesuai dugaan mereka.
Baca SelengkapnyaDi musim kemarau tahun 2023 lalu, desa tersebut kembali muncul ke permukaan.
Baca SelengkapnyaSejumlah warga Garut tetap berjaga di luar rumah setelah merasakan gempa magnitudo 6,5 yang dimutakhirkan menjadi 6,2. Mereka khawatir terjadi gempa susulan.
Baca SelengkapnyaMasyarakat desa ini punya tujuh pantangan dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat
Baca SelengkapnyaAda banyak cara yang dilakukan warga Jateng dalam menyambut datangnya Bulan Suci Ramadan
Baca SelengkapnyaWarga lebih memilih tinggal di tenda yang dibangun secara swadaya.
Baca SelengkapnyaKondisi ini sudah dialami warga selama sebulan terakhir.
Baca Selengkapnya