Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kisah Joko Ramlan Tubuhnya Dipenuhi Kutu saat Gerilya Melawan Belanda

Kisah Joko Ramlan Tubuhnya Dipenuhi Kutu saat Gerilya Melawan Belanda Joko Ramlan. ©2019 Merdeka.com

Merdeka.com - Tak perlu diragukan lagi, Kota Solo menjadi bagian penting sejarah berdirinya bangsa Indonesia. Tak hanya itu, saat agresi militer Belanda kembali datang paska Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945, rakyat Solo, tua dan muda juga bahu membahu mempertahankannya. Peristiwa Serangan Umum Surakarta atau juga disebut Serangan Umum Empat Hari menjadi bukti.

Serangan berlangsung 7-10 Agustus 1949 dilakukan secara gerilya oleh para pejuang, pelajar dan mahasiswa yang kemudian dikenal sebagai tentara pelajar. Dengan semangat juang membara, mereka berhasil membumihanguskan dan menduduki markas-maskas Belanda di Solo dan sekitarnya.

Joko Ramlan, warga Kampung Gremet, Kelurahan Manahan, Kecamatan Laweyan, menjadi salah satu saksi hidup perjuangan rakyat Solo. Pria kelahiran 21 Januari 1930 ini ikut terlibat dalam perjuangan membebaskan Kota Solo dari cengkeraman Belanda. Ia yang masih duduk di bangku SMP bersama pelajar dan rakyat lainnya harus rela terusir dari Solo.

"Suka dukanya, urip (hidup) pindah-pindah, pakaian gantung keputusan (hanya yang menempuh di badan), hanya pakai sarung, mangan ora ajek (kurang makan), sampai tubuh berkutu. Makan pakai bungkusan daun jati dan kurang. Ya sudah kita makan bareng-bareng seadanya. Tapi senang, wong kita pemuda," ujar Joko saat ditemui merdeka.com di rumahnya, Jumat (16/8).

Joko menyampaikan, tentara Belanda mulai kembali datang ke Kota Solo pada 21 Desember 1948. Seusai pasukan sekutu dinyatakan menang dalam Perang Dunia II. Joko muda yang tergabung dalam Tentara Pelajar atau Detasemen II Brigade 17 Surakarta itu bersama anggota Tentara Pelajar lainnya keluar dari Solo menuju rayon II di daerah Sumberlawang Sragen. Di situlah ide untuk melakukan serangan merebut Kota Solo muncul.

"Kita sebagai TP harus keluar untuk menyusun gerilya merebut Kota Solo. Senjata kita ya hasil rampasan, ada yang tidak pakai senjata. Kita di belakang, yang di depan yang lebih tua," katanya.

Menurut pria yang pernah menjadi guru itu, serangan untuk mengusir Belanda kemudian digagas kembali di kawasan Monumen Juang 45, Banjarsari. Mereka, dikatakan Joko, melakukan serangan bergabung dalam Detasemen II Brigade 17 Surakarta yang dipimpin Mayor Achmadi.

Mayor Achmadi kemudian membagi anggota TP yang jumlahnya sekitar 2 ribu orang menjadi rayon-rayon. Rayon I dari Polokarto dipimpin Suhendro, Rayon II wilayah utara Solo dipimpin Sumartono, Rayon III Kartasura Boyolali dengan komandan Prakosa, Rayon IV perbatasan Solo Boyolali dan Solo Wonogiri dikomandani A Latif, serta Rayon Kota dipimpin Hartono.

"Serangan kita lakukan dari 4 rayon di seluruh penjuru. Sebelum pertempuran dimulai, Slamet Riyadi dengan pasukan Brigade V/Panembahan Senopati ikut bergabung. Dia menjadi tokoh kunci dalam menentukan jalannya pertempuran," jelasnya.

Joko yang masuk Rayon II memulai dari utara. Selama gerilya banyak tentara yang bisa dilucuti senjatanya dengan cara diteror terlebih dahulu. Senjata dan peluru rampasan tersebut kemudian digunakan untuk membunuh para tentara Belanda. Dengan kekuatan yang bersatu tersebut, dikatakannya, Belanda bisa diusir dari Kota Bengawan.

Di usianya yang hampir 90 tahun tersebut, daya ingat Joko masih sangat tajam. Dia ingat betul saat berjuang harus bersembunyi ke rumah warga di desa-desa saat siang hari. Senjata yang dibawa harus diletakkan di semak-semak agar tidak ketahuan tentara musuh. Warga juga memberikan pasokan makan sehingga perjuangan berjalan lancar.

"Mendekati gencatan senjata 11 Agustus 1949, kita semakin menggencarkan serangan. Sesuai perintah Mayor Achmadi, sebelum jam 00.00 tanggal 10 Agustus, Solo harus bisa direbut. Jadi selama 4 hari kita bergerilya TP bersama Brigade V pimpinan Letkol Slamet Riyadi berhasil kembali Kota Solo," kenangnya.

Masa tua Joko dihabiskan di rumah bersama 3 anak dan beberapa cucunya. Selain menjadi guru, Joko sempat masuk TNI AU. Ia juga pernah 2 periode menjadi anggota DPRD dan menjabat sebagai Ketua Fraksi ABRI di Kabupaten Sukoharjo. Joko yang saat ini aktif dan menjadi Wakil Ketua Dewan Harian Cabang (DHC) 45 Solo, juga sempat mengajar di sejumlah perguruan tinggi swasta.

(mdk/cob)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Mengenang Peristiwa Serangan Umum Surakarta, Bersatunya Rakyat dalam Pertempuran 4 Hari
Mengenang Peristiwa Serangan Umum Surakarta, Bersatunya Rakyat dalam Pertempuran 4 Hari

Serangan yang berlangsung selama 4 hari berturut-turut di Solo ini berhasil menyatukan seluruh elemen masyarakat melawan gempuran pasukan penjajah.

Baca Selengkapnya
Mengenang Pertempuran Ambarawa 20 Oktober 1945, Berikut Sejarahnya
Mengenang Pertempuran Ambarawa 20 Oktober 1945, Berikut Sejarahnya

Tepat hari ini, 20 Oktober pada 1945 silam, terjadi pertempuran besar setelah kemerdekaan Indonesia yang disebut Pertempuran Ambarawa.

Baca Selengkapnya
Kisah Umat Islam Tanah Air di Balik Agresi Militer Belanda I, Perang saat Puasa sambil Dihujani Timah Panas dan Bom
Kisah Umat Islam Tanah Air di Balik Agresi Militer Belanda I, Perang saat Puasa sambil Dihujani Timah Panas dan Bom

Pada 1947, umat islam Tanah Air berperang melawan Belanda pada hari ketiga puasa.

Baca Selengkapnya
Jejak Peninggalan Pertempuran Tengaran di Semarang, Melihat Tempat Ibadah Para Pejuang hingga Markas Belanda
Jejak Peninggalan Pertempuran Tengaran di Semarang, Melihat Tempat Ibadah Para Pejuang hingga Markas Belanda

Pertempuran Tengaran terjadi pada masa Agresi Militer II, tepatnya sekitar tanggal 25 Mei 1947

Baca Selengkapnya
Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949, Ini Sejarah dan Para Tokoh Penggagasnya
Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949, Ini Sejarah dan Para Tokoh Penggagasnya

Serangan Umum 1 Maret 1949 adalah sebuah upaya besar dalam perang kemerdekaan Indonesia melawan Belanda.

Baca Selengkapnya
Peran Besar Orang Minahasa dalam Serangan Umum 1 Maret
Peran Besar Orang Minahasa dalam Serangan Umum 1 Maret

Banyak orang Minahasa yang melakukan perantauan. Hal ini terjadi karena para pemuda Minahasa mulai menyadari bahwa dunia itu luas.

Baca Selengkapnya
Penuh Perjuangan, Begini Penampakan Para Pejuang Tanah Air yang Tertangkap Belanda pada Masa Revolusi
Penuh Perjuangan, Begini Penampakan Para Pejuang Tanah Air yang Tertangkap Belanda pada Masa Revolusi

Sebuah video memperlihatkan para pejuang tanah air pada masa revolusi yang tertangkap oleh tentara Belanda.

Baca Selengkapnya
Mengenang Momen Kedatangan Pasukan Agresi Militer Belanda II di Jatim, Situasi Mencekam Warga Terpaksa Mengungsi
Mengenang Momen Kedatangan Pasukan Agresi Militer Belanda II di Jatim, Situasi Mencekam Warga Terpaksa Mengungsi

Kedatangan mereka yang tiba-tiba membuat gempar masyarakat pesisir Tuban

Baca Selengkapnya
Menelusuri Jejak Penjara Koblen Surabaya, Pernah Jadi Asrama Tentara hingga Pasar Buah
Menelusuri Jejak Penjara Koblen Surabaya, Pernah Jadi Asrama Tentara hingga Pasar Buah

Penjara ini juga jadi saksi pembantaian para pemuda pejuang kemerdekaan Indonesia

Baca Selengkapnya
Gedung Ini Jadi Tempat Musyawarah Rencana Penculikan Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok, Begini Kisahnya
Gedung Ini Jadi Tempat Musyawarah Rencana Penculikan Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok, Begini Kisahnya

Rencana penculikan sudah disusun secara matang di salah satu gedung, Jalan Menteng Raya 31, Kelurahan Kebon Sirih, Kecamatan Menteng, Kota Jakarta Pusat.

Baca Selengkapnya
Peringatan Hari Korban 40 Ribu Jiwa, Pj Gubernur Bahtiar: Bukti Orang Sulsel Setia pada NKRI
Peringatan Hari Korban 40 Ribu Jiwa, Pj Gubernur Bahtiar: Bukti Orang Sulsel Setia pada NKRI

Hari Korban 40 Ribu Jiwa kembali diperingati di Monumen Korban 40 Ribu Jiwa, Kota Makassar.

Baca Selengkapnya
Warga Lamongan Gambarkan Kejamnya Kerja Rodi Zaman Penjajah saat Karnaval Agustusan, Bikin Merinding
Warga Lamongan Gambarkan Kejamnya Kerja Rodi Zaman Penjajah saat Karnaval Agustusan, Bikin Merinding

Warga Lamongan tampilkan kekejazam kerja rodi zaman penjajahan Belanda. Bikin nangis.

Baca Selengkapnya