Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kisah Mak Ukar, Wanita Pengantar Makanan Para Pejuang Kemerdekaan yang Terlupakan

Kisah Mak Ukar, Wanita Pengantar Makanan Para Pejuang Kemerdekaan yang Terlupakan Mak Ukar. ©2019 Merdeka.com

Merdeka.com - Negeri ini telah meraih kemerdekaan 74 tahun silam. Namun, kemerdekaan itu tidak serta merta didapatkan begitu saja. Perjuangan dan pengorbanan berupa nyawa, darah, keringat dan air mata telah dicurahkan demi meraih kemerdekaan yang hakiki.

Banyak orang menilai para pahlawan adalah mereka yang berjuang mengangkat senjata melawan penjajah. Padahal banyak pejuang yang berjuang di 'balik layar', dengan membawa makanan dan surat untuk diberikan kepada pejuang yang sembunyi di hutan dan di area persawahan.

Kisah Ukarnah (84), warga Cicinde Utara, Kecamatan Banyusari, Karawang, yang akrab disapa Mak Ukar, walaupun usianya sudah renta namun masih mengingat kenangan saat bangsa Indonesia melawan penjajahan Belanda dan Jepang.

mak ukar

Mak Ukar diusia yang sudah sepuh tidak berdiam diri, masih mampu berjalan jauh, sehari-hari membuat bunga kertas dari sisa-sisa kertas yang dibuang lalu dirangkai menjadi bunga dan dijual untuk sekedar uang saku dari pemerian pemesan.

Dia mengaku masih mengingat bahasa Belanda sepotong-sepotong. Pendengarannya masih normal saat dijumpai di rumahnya dengan didampingi sang putra. Dia menuturkan saat berjuang di balik layar kemerdekaan ini.

Cerita anak ketua kampung di Kampung Cisital, Desa Cimayasari, Kecamatan Cipendey, Subang, saat masih bersuai 5 tahun, sudah ikut berjuang di balik layar dengan mengirim makanan untuk para pejuang yang sembunyi di area pesawahan dan sembunyi di balik hutan Lingga.

"Waktu masih dijajah Belanda usia masih 5 tahun, sering membawa makanan untuk pejuang yang sembunyi, kadangkala surat dari TNI untuk disampaikan kepada pejuang," kata Mak Ukar, ditemui di tempat tinggal, Sabtu (10/8).

Dia menceritakan setiap ketemu Belanda sering disebut Noni dan memberikan sepotong roti yang disimpan dalam bakul ditutup dedauanan. Makanan pesanan untuk diberikan kepada pejuang oleh bapaknya, Mak Ukar berusaha jalan jauh supaya makanan itu sampai kepada pejuang yang sedang sembunyi bersama dua teman gadisnya Sarneci dan Sarkonah.

"Setiap jalan mengantarkan makanan kepada pejuang selalu bertiga, namun dua temannya sudah menghadap ke Hyang Tunggal," katanya.

Wanita renta berumur 84 tahun ini masih ingat betul dalam kerutan di dahinya bagaimana menyembunyikan rasa takut saat ketemu Belanda dan Jepang ketika membawa pesan tersebut. Baik makanan maupun menyampaikan surat dari TNI kepada pejuang yang berada di balik hutan.

"Darah daging sebagai bangsa Indonesia, tidak ada rasa takut saat ikut berjuang membawa pesan maupun makanan," tegasnya.

Bagi Mak Ukar, saat masih menginjak usia mudanya, membawa makanan ataupun pesan bagi para pejuang yang bersembunyi dari incaran para penjajah tak mudah. Tetapi dengan tekad yang kuat sebagai anak Ketua Kampung makanan dan pesan sampai kepada pejuang.

Mak Ukar, merupakan satu dari sekian banyak pejuang yang merasakan pahitnya masa-masa penjajahan Belanda dan Jepang, dalam merebut kemerdekaan. Namun sayangnya, perjuangan seperti dianggap sebelah mata oleh pemerintah daerah setempat. Bahkan dia tidak terdaftar sebagai veteran. Alasannya karena keluarga dinilai cukup mampu, bukan masuk dalam daftar merah atau keluarga kurang mampu bapaknya Uju Juhari hanya sebagai ketua kampung.

"Emak dulu kalau bawa makanan itu harus disembunyikan di dalam kayu bakar, atau daun pisang, itu bolak balik mencari pejuang untuk memberikan makan. Saat balik, kayu bakar itu harus dibawa lagi, biar tidak ketahuan tentara penjajah," ujarnya.

Suka dan duka terus dialami Mak Ukar semasanya, untuk memberikan makan kepada para pejuang. Sukanya, di mana mampu membantu para pejuang untuk memberikan tenaga melalui makanan. Sedangkan dukanya jika ketahuan para penjajah, tentu ancaman berat bakal diterima.

"Kalau zaman Jepang itu masih mending, tapi kalau zaman Belanda lebih keras, karena di bawah jajahan Belanda yang mengalami langsung," tuturnya.

Dia juga menceritakan pada zaman Jepang, ikut bersama uwak di Bandung dan dengan identitas baru sebagai anak uwak akhirnya bisa mengenyam pendidikan di sekolah rakyat hingga lulus.

"Zaman Jepang sudah masuk sekolah rakyat di Bandung, ikut kakaknya bapak," tutur Ibu dari lima anak.

Lepas dari itu, Indonesia akhirnya merdeka dengan penuh. Namun tak begitu bagi Mak Ukarnah, tak ada penghargaan yang diterimanya.

Pengorbanan dan perjuangannya yang dikibarkannya seakan dilupakan. Mak Ukarnah hilang di tengah gegap gempita kemerdekaan. Namun sayang, perjuangan berat Mak Ukarnah ini tidak mendapatkan penghargaan apapun, seperti pejuang-pejuang lain yang mendapatkan penghargaan sebagai veteran.

"Dulu memang ada pendataan, tapi memang tidak ada yang mengurus, dan harus mengeluarkan biaya akhirnya tidak jadi mendaftar" kata Mak Ukar.

(mdk/gil)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kisah Pilu Pria Tua Tukar Dagangan Sama Beras Sedapatnya, Demi Sang Ibu Usia 103 Tahun Bisa Makan
Kisah Pilu Pria Tua Tukar Dagangan Sama Beras Sedapatnya, Demi Sang Ibu Usia 103 Tahun Bisa Makan

Sejak istrinya meninggal, Abah Ucup merawat sang ibu yang sudah berusia 103 tahun seorang diri.

Baca Selengkapnya
Sedih, Kisah Sosok Wanita Buka Warung di Tengah Hutan 24 Jam
Sedih, Kisah Sosok Wanita Buka Warung di Tengah Hutan 24 Jam

Seorang wanita paruh baya pilih berjualan di tengah hutan dan gunung selama 24 jam sehari untuk penuhi kebutuhan keluarganya.

Baca Selengkapnya
Viral Kisah Pilu Nenek Hidupi 2 Cucu, Banting Tulang Jualan Keripik hingga Bantu Setrika
Viral Kisah Pilu Nenek Hidupi 2 Cucu, Banting Tulang Jualan Keripik hingga Bantu Setrika

Kisah pilu nenek berusia 66 tahun hidupi dua cucu seorang diri.

Baca Selengkapnya
Berangkat Haji Berkat Jual Kerupuk Keliling selama 38 Tahun, Kisah Nenek Asal Lombok Barat Ini Bikin Kagum
Berangkat Haji Berkat Jual Kerupuk Keliling selama 38 Tahun, Kisah Nenek Asal Lombok Barat Ini Bikin Kagum

Meski kondisi tubuhnya sudah tak sekuat saat muda, nenek 69 tahun ini sangat antusias menuju Tanah Suci.

Baca Selengkapnya
Perjuangan Lansia Penjual Agar-agar, Dapat Rezeki Umrah dari Kapolres, Tolak Ngemis karena Manusia Makhluk Mulia
Perjuangan Lansia Penjual Agar-agar, Dapat Rezeki Umrah dari Kapolres, Tolak Ngemis karena Manusia Makhluk Mulia

Perjuangan pak Ahmad yang rela banting tulang jualan agar-agar demi keluarganya.

Baca Selengkapnya
Hanya Untung Rp 300 Perak, Kakek Usia 100 Tahun Ini Bertahan Hidup dari Jualan Kerupuk Keliling
Hanya Untung Rp 300 Perak, Kakek Usia 100 Tahun Ini Bertahan Hidup dari Jualan Kerupuk Keliling

Kakek ini diketahui berjualan di sekitar GBLA, Bandung.

Baca Selengkapnya
Wanita Ini Sedih Temui Kakek Penjual Kaligrafi, Sudah Keliling Tapi Tak Ada Satu pun yang Beli
Wanita Ini Sedih Temui Kakek Penjual Kaligrafi, Sudah Keliling Tapi Tak Ada Satu pun yang Beli

Kakek ini menghampiri calon pembelinya satu per satu. Namun, tak ada yang membeli.

Baca Selengkapnya
Jarang yang Tahu, Peran Penting Ibu Ruswo Dalam Revolusi Fisik Yogyakarta
Jarang yang Tahu, Peran Penting Ibu Ruswo Dalam Revolusi Fisik Yogyakarta

Setelah berhasil memproklamasikan kemerdekaan, Indonesia masih harus berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan. Itu disebut dengan Revolusi Fisik.

Baca Selengkapnya
Kisah Pilu Mak Eroh, Hidup Sendiri Jualan Sapu Sehari Hanya Laku 1, Harganya Jadi Sorotan
Kisah Pilu Mak Eroh, Hidup Sendiri Jualan Sapu Sehari Hanya Laku 1, Harganya Jadi Sorotan

Di usia yang sudah sangat renta dengan segala keterbatasan fisiknya, ia harus tetap mengais rezeki.

Baca Selengkapnya
Kisah Ibu Dagang Bubur Sumsum Keliling 20 Tahun hingga Bisa Kuliahkan Buah Hati, Terharu saat Ceritakan Anaknya Tak Malu dengan Profesi Ortu
Kisah Ibu Dagang Bubur Sumsum Keliling 20 Tahun hingga Bisa Kuliahkan Buah Hati, Terharu saat Ceritakan Anaknya Tak Malu dengan Profesi Ortu

Kisah ibu Ita, 20 tahun jualan bubur sumsum keliling hingga bisa kuliahkan anaknya.

Baca Selengkapnya
Demi Menghidupi Anak-anak, Cerita Umi si Sopir Truk Cantik Ini Berangkat Jam 4 Subuh ke Tambang
Demi Menghidupi Anak-anak, Cerita Umi si Sopir Truk Cantik Ini Berangkat Jam 4 Subuh ke Tambang

Begini cerita janda cantik sopir truk wanita yang rela banting tulang kerja di tambang demi nafkahi anaknya.

Baca Selengkapnya
Belasan Tahun jadi Budak Perusahaan, Wanita ini Pilih Pulang Kampung Malah jadi Kaya Raya
Belasan Tahun jadi Budak Perusahaan, Wanita ini Pilih Pulang Kampung Malah jadi Kaya Raya

Sebuah video memperlihatkan seorang perempuan yang memutuskan untuk resign dari kantor dan merintis usaha dari nol di kampung halaman.

Baca Selengkapnya