Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kisah menegangkan Soekarno pindah ke ibu kota Yogyakarta

Kisah menegangkan Soekarno pindah ke ibu kota Yogyakarta Soekarno. ©2012 Merdeka.com/dok

Merdeka.com - Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, bukan berarti Indonesia benar-benar merdeka. Belanda masih ingin berkuasa di Indonesia setelah Jepang dikalahkan sekutu. Tentara Belanda ikut membonceng bersama Pasukan Sekutu yang bertugas melucuti dan memulangkan tawanan Jepang dari Indonesia.

Pasukan Belanda yang dinamakan Netherlands-Indies Civil Administration atau NICA sangat buas meneror penduduk Indonesia yang pro kemerdekaan. Situasi Jakarta menjadi sangat tidak aman. Mereka menembak membabi buta. Jika ada pemuda yang mengenakan lencana merah putih, maka mereka akan memaksa agar orang itu menelan lencananya.

NICA mencoba membunuh Soekarno berkali-kali. Soekarno harus tidur berpindah-pindah untuk menghindari teror NICA. Mereka mencoba menabrak mobil yang dikendarai Soekarno. Untungnya Soekarno selamat.

Orang lain juga bertanya?

Tanggal 3 Januari 1946, karena menyadari situasi gawat darurat, Soekarno menggelar rapat memindahkan ibu kota dari Jakarta ke Yogyakarta. Hanya Yogya yang dirasa aman dari gangguan Belanda. Fasilitas di kota ini pun cukup memadai untuk menjadi ibu kota sementara.

"Kita akan memindahkan ibu kota besok malam. Tidak ada seorang pun dari saudara boleh membawa harta benda. Aku juga tidak," kata Soekarno seperti ditulis Cindy Adams dalam biografi Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.

Masalah selanjutnya bagaimana berangkat dari Jakarta ke Yogya tanpa diketahui tentara NICA. Jika ketahuan Soekarno dan seluruh pejabat RI akan dibunuh.

Maka disusun satu rencana nekat. Setelah gelap, sebuah gerbong kereta dan lokomotif yang dimatikan lampunya berhenti di belakang rumah Soekarno yang terletak di pinggir rel. Tentara NICA menyangka kereta tersebut hanya kereta biasa yang lewat kemudian akan kembali ke stasiun.

"Dengan diam-diam, tanpa bernapas sedikit pun, kami menyusup ke gerbong. Orang-orang NICA menyangka gerbong itu kosong," kata Soekarno menggambarkan ketegangan saat itu.

"Seandainya kami ketahuan, seluruh negara dapat dihancurkan dengan satu granat. Dan kami sesungguhnya tidak berhenti berpikir apakah pekerjaan itu akan berlangsung dengan aman. Sudah tentu tidak. Tetapi republik dilahirkan dengan risiko. Setiap gerakan revolusioner menghendaki keberanian."

Maka tanggal 4 Januari 1946, kereta api membawa Soekarno dan rombongan ke Yogyakarta di malam buta. Semua penumpang diliputi ketegangan. Tapi rupanya Tuhan memberikan kekuatan pada rombongan kecil itu mencapai Yogyakarta.

Yogyakarta kemudian dikenal sebagai Kota Hijrah dan Ibu Kota Perjuangan. Di sinilah hampir dua tahun Republik Indonesia yang masih bayi mengatur pemerintahan.

(mdk/ian)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Gerbong Kereta Maut Bondowoso-Surabaya
Gerbong Kereta Maut Bondowoso-Surabaya

Peristiwa Gerbong Maut adalah insiden di mana 100 pejuang Indonesia yang ditawan Belanda dipindahkan dari Bondowoso ke Surabaya.

Baca Selengkapnya
KRL Jogja-Solo Sempat Alami Gangguan saat Beroperasi di Malam Hari, Begini Kelanjutannya
KRL Jogja-Solo Sempat Alami Gangguan saat Beroperasi di Malam Hari, Begini Kelanjutannya

Beberapa hari lalu, KRL Jogja-Solo mengalami gangguan dan mati mesin saat beroperasi. Sempat mati, begini kelanjutan nasib penumpang KRL Jogja-Solo.

Baca Selengkapnya
Jakarta Mencekam & Penuh Teror, Begini Sejarahnya Ibu Kota Pindah ke Yogyakarta
Jakarta Mencekam & Penuh Teror, Begini Sejarahnya Ibu Kota Pindah ke Yogyakarta

Ada peristiwa kelam di balik sejarah pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Yogyakarta. Simak selengkapnya.

Baca Selengkapnya
Sejarah Pesanggrahan Menumbing, Saksi Bisu Pengasingan Tokoh Nasional dan Perjanjian Roem-Royen
Sejarah Pesanggrahan Menumbing, Saksi Bisu Pengasingan Tokoh Nasional dan Perjanjian Roem-Royen

Bangunan yang didirikan kolonial Belanda ini pernah menjadi tempat pengasingan Soekarno dan tokoh nasional lainnya.

Baca Selengkapnya
Momen Mayjen Kunto Arief dan Sang Istri Touring ke Jogja Diguyur Hujan Terabas Terus 'Semangat'
Momen Mayjen Kunto Arief dan Sang Istri Touring ke Jogja Diguyur Hujan Terabas Terus 'Semangat'

Mayjen Kunto motoran dari Bandung ke Yogya terabas hujan dan tetap semangat meski basah kuyup

Baca Selengkapnya
Penuh Rintangan Berat, Begini Detik-Detik Penyerbuan Tentara Belanda dari Salatiga ke Yogyakarta pada Agresi Militer II
Penuh Rintangan Berat, Begini Detik-Detik Penyerbuan Tentara Belanda dari Salatiga ke Yogyakarta pada Agresi Militer II

Masyarakat setempat bersikap wajar dalam bereaksi terkait adanya konvoi itu.

Baca Selengkapnya
Sisi Lain Mayjen Sungkono Pertaruhkan Nyawa Demi Surabaya, Sebelum Perang Selalu Jahit Pakaiannya Sendiri
Sisi Lain Mayjen Sungkono Pertaruhkan Nyawa Demi Surabaya, Sebelum Perang Selalu Jahit Pakaiannya Sendiri

Keterampilannya menjahit tak bisa dipisahkan dari masa kecilnya

Baca Selengkapnya
Pemotor Nekat Terobos Pintu Perlintasan yang Sudah Tertutup, Akhirnya Kereta yang Mengalah
Pemotor Nekat Terobos Pintu Perlintasan yang Sudah Tertutup, Akhirnya Kereta yang Mengalah

Saat ada kereta api yang akan lewat, sudah seharusnya kendaraan lain berhenti. Namun belum lama ini, yang terjadi justru kereta api yang mengalah.

Baca Selengkapnya
Gen Z Tak Mengalami, Begini Potret KRL 'Zaman Jahiliyah' Atapnya Penuh Penumpang
Gen Z Tak Mengalami, Begini Potret KRL 'Zaman Jahiliyah' Atapnya Penuh Penumpang

Dulu, penumpang bahkan memenuhi atap kereta hingga membuat kondisi tak nyaman.

Baca Selengkapnya
Pertama Kali Naik Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Prabowo: Canggih, Serasa di Luar Negeri
Pertama Kali Naik Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Prabowo: Canggih, Serasa di Luar Negeri

Prabowo merasa seperti di luar negeri saat menaiki Kereta Cepat Jakarta-Bandung.

Baca Selengkapnya