Kisah nenek usia 110 tahun tinggal sebatang kara di tepi rel kereta
Merdeka.com - Nenek Wati (110) tinggal sebatangkara selama 40 tahun di tepi rel kereta api di daerah Ci Waktu, Kota Serang, Banten. Nenek yang masih bertubuh bugar ini tinggal dengan kondisi rumah yang sangat mengahwatirkan di tepi rel dan hidup dari bantuan tetangga sekitar.
Nenek Wati mengaku berasal dari Cikampek, Jawa Barat, dan dirinya tinggal di lokasi tersebut sejak 40 tahun yang lalu, diamana di lokasi tersebut masih belum ada penduduk yang memadati. Dirinya tidak mempunyai anak, dan suami sudah bercerai di waktu muda dulu.
Nenek yang sehari hari bejulan jajanan anak anak di sekolah pendidikan agama yang tak jauh dari lokasi rumahnya ini, tinggal di Kota Serang sejak berumur 50 tahun dan kini ia berumur 110 tahun.
-
Dimana harta benda nenek disimpan? Wagiyanti mengatakan, seluruh harta benda tersebut disimpan di belakang rumah dan hanya ditutup dengan terpal.
-
Bagaimana Nenek Ngatemi menjaga kesehatannya? Menurut petugas kesehatan pendamping haji daerah kloter 73, nenek Ngatemi saat ini dalam kondisi sehat dan tidak memiliki keluhan penyakit apapun. Meski tampak sehat dan bersemangat, dalam berhaji nenek Ngatemi menggunakan alat bantu berjalan seperti tongkat dan kursi roda yang sudah disiapkan oleh pihak keluarga.
-
Kenapa pelaku mengambil harta benda nenek? Kesempatan inilah yang dimanfaatkan pelaku untuk mengambil barang-barang berharga yang sebenarnya sudah disembunyikan di belakang rumah.
-
Apa yang diambil pelaku dari rumah nenek? Akibatnya banyak harta benda yang raib antara lain lima sertifikat tanah, emas perhiasan, dan uang senilai dua puluh juta rupiah raib diambil pelaku.
-
Siapa yang mendampingi Nenek Ngatemi? Nenek Ngatemi berangkat haji didampingi oleh putri dan menantunya.
-
Siapa yang menyerahkan santunan ahli waris? Direktur Kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan (BPJAMSOSTEK) Zainudin bersama Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Suharti serahkan santunan kematian dan manfaat beasiswa pendidikan sebesar Rp434 juta kepada ahli waris atau keluarga pegawai PPNPN (Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri) Biro Umum Kemendikbudristek di Kantor Kemendikbudristek Jakarta, Senin (18/9).
"Sendirian, enggak ada sanak sodara. Nenek enggak punya anak, kalau nenek punya anak enggak begini. Nenek sebatang kara. Sehari-hari jualan di sekolahan agama, namanya juga kalau anak kecil ya paling dapat Rp 12.000 atau Rp 10.000. Alhamdulillah saja. Hasilnya buat kebutuhan, kalau ada sisa disimpen tuh di belakang. Takut takut ada apa apa yah kita tinggal sendirian, enggak ada sodara," ujarnya.
Terkadang untuk makan sehari hari, nenek wati menerima uluran tangan dari tetangga sekitar. Bahkan dirinya sudah menitipkan kepada tetangga bilamana menutup usia agar diuruskan pemakaman dan segala-segalanya.
"Takut nanti kalo saya mati tolong urusin. Nenek juga sudah beli kaen, sama kaen putih. Kan kalo orang mati kan butuh kain sepuluh meter, itu sudah siap," ujarnya.
Ia mengaku kerap dilarang tetangga untuk berjualan. Para tetangga yang khawatir meminta Nenek Wati tinggal di rumah saja. Namun, permintaan itu ditolak lantaran ia masih mempunyai kebutuhan sehari-hari.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Viral di media sosial seorang nenek tanpa tanda pengenal datangi puskesmas minta disuntik mati.
Baca SelengkapnyaKisah pilu nenek berusia 66 tahun hidupi dua cucu seorang diri.
Baca SelengkapnyaBerikut kisah nenek hampir 100 tahun pungut beras yang jatuh di penggilingan untuk makan.
Baca SelengkapnyaPada saat perjalanan pulang petugas kesehatan itu menceritakan bahwa temannya menangis lantaran kepedulian anaknya sudah tidak ada.
Baca SelengkapnyaTinggal sendiri di rumah kontrakan, Nenek Nursi kesehariannya hanya berjualan sayur. Uangnya bahkan sempat diambil orang.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan seorang kakek yang tinggal di pos kamling dan diberikan bantuan oleh polisi.
Baca SelengkapnyaWarga Kampung Cilawang, Bandung Barat dan Kampung Buyuh Topeng, Majalengka harus minum dari penampungan air hujan.
Baca SelengkapnyaKetika itu, melihat korban sudah dalam keadaan tak bernyawa dengan keadaan ter-gelantung. Insiden itu mengagetkan seisi rumah.
Baca SelengkapnyaIa tak ingin warga yang sedih kehilangan orang tersayang masih harus berjuang beli tanah makam.
Baca SelengkapnyaWalau usianya telah renta, namun Mbah Soiman masih bekerja keras di ladang
Baca SelengkapnyaSejak istrinya meninggal, Abah Ucup merawat sang ibu yang sudah berusia 103 tahun seorang diri.
Baca SelengkapnyaTerungkap, berkebun menjadi salah satu kegiatan yang digemari.
Baca Selengkapnya