Kisah pendeta wakafkan tanah untuk dirikan pesantren di Papua
Merdeka.com - Pesantren Al-Hidayah di daerah Koya Koso, Distrik Abepura, Kota Jayapura, Papua adalah salah satu bukti toleransi antarumat baragama di Papua. Kendati demikian, sejarah pendirian masjid ini telah menempuh lika liku masalah dan perjuangan yang mengharukan.
Kisah dimulai saat Ismail, guru ngaji di daerah Walesi berkonflik dengan warga sekitar karena warga enggan mengakui keberadaan surau selebar 500 meter yang dia bangun. Tanah tersebut akhirnya diserobot warga di sana.
Tak terima, Ismail mendatangi warga tersebut untuk meminta tanah tersebut dikembalikan. Meski adu mulut sempat terjadi, Ismail disarankan mengalah.
-
Siapa yang membangun Pesantren Bumi Tanah Jawi? Cak Diqin mendirikan Pondok Pesantren (Ponpes) Tahfidz Qur’an Bumi Tanah Jawi di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
-
Siapa yang mendirikan pesantren di Situ Wanayasa? Dahulu, sosok ini memiliki peran untuk mengislamkan wilayah Purwakarta, terutama di kaki Gunung Burangrang. Bukan sosok sembarangan, ia merupakan keturunan Banten. Dahulu, Kiai Ageung pernah mendirikan pondok pesantren yang berada di sekitar Situ Wanayasa.
-
Siapa yang mendirikan pondok pesantren di Kediri? Kiai nyentrik ini mendirikan pesantren tak jauh dari bekas lokalisasi.
-
Apa nama asli daerah tempat pondok pesantren Langitan berdiri? Nama Pesantren Langitan berasal dari nama lama daerah tempat pesantren itu berdiri, Plang Wetan atau Plangitan yang kemudian dibaca Langitan.
-
Dimana masjid bersejarah itu berada? Situs ini merupakan sebuah masjid yang dibangun dari tanah dan batu oleh dinasti abad pertengahan yang berkuasa di Afrika Utara dan Spanyol.
-
Dimana Syekh Basyaruddin mendirikan pesantren? Maka dari itu Syekh Basyaruddin mendirikan pesantren di Gunung Munggut yang berada di utara desa.
Kabar tersebut sampai ke telinga pendeta Elly dari Keondoafian Leseng, Papua. Pendeta Elly memutuskan memberikan tanah Ondoafi selebar 2 hektar untuk membangun kembali pesantren milik Ismail.
"Hilang 500 meter, dapat 2 hektar," kata Ismail dikutip dari buku Mendidik Tanpa Pamrih Kisah Para Pejuang Islam, terbitan Kemenag, Kamis (26/3).
Ismail amat bersyukur dengan pemberian tanah tersebut, apalagi tanah di daerah Koya Koso terbilang mahal. Kendati sudah memiliki tanah, mulanya kondisi pesantren ini juga memprihatinkan. Maklum, Ismail harus membangun pesantren ini dari awal. Beruntung banyak warga transmigran yang bersimpati padanya, menyumbang uang untuk pembangunan pesantren ini.
Sementara untuk mencari murid-murid, Ismail banyak merekrut anak-anak dari wilayah pegunungan. "Saya minta untuk saya didik dari Yahokimo, Yalemo, Yale jaya, Pegunungan Bintang, kabupaten Nduga, Paniai, Dogiai, dan Nabire," jelas dia.
Kesulitan ini bukan lah hal baru di dalam kehidupan Ismail. Dulu untuk menimba ilmu agama Islam, dirinya harus menempuh jarak yang jauh dan sulit diakses. Diapun terpaksa belajar di rerumputan bersama ayah dan ibunya.
Oleh karena itu, menurutnya cobaan dan pengalaman dulu semakin membuatnya semangat mendirikan pesantren yang dapat menjadi pusat pendidikan Islam di Jayapura.
"Ketika memikirkan itu mudah, tapi dilaksanakannya sulit," tambah Ismail.
Ke depannya dia ingin agar pesantren ini dibangun dengan arsitektur dan nuansa Papua. Dengan ini budaya Papua dan Islam bisa hadir dan saling mengisi.
(mdk/rep)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pimpinan Ponpes Khoirur Rooziqiin, Ali Murtado mengatakan, telah terjadi kesepakatan antara ponpes dengan ahli waris soal akses jalan.
Baca SelengkapnyaPondok Pesantren Al Fatah di Desa Temboro Kabupaten Magetan ini jadi pusat Jemaah Tabligh terbesar di Asia Tenggara. Santrinya bisa naik kuda hingga unta.
Baca SelengkapnyaBangunan masjid masih tampak utuh walau sudah empat tahun terendam air
Baca SelengkapnyaPesantren ini berencana mendirikan Posyandu Center of Excellent.
Baca SelengkapnyaMasjid itu punya kemiripan dengan masjid agung Keraton Surakarta.
Baca SelengkapnyaPesantren tersebut awalnya sebuah gubuk yang difungsikan untuk pengajian rutin.
Baca SelengkapnyaPotret pondok pesantren di Surabaya, Jawa Timur yang pernah dijadikan markas prajurit Indonesia pada perang 10 November 1945.
Baca SelengkapnyaBahkan jin penunggu wilayah itu disebut ikut jadi santri pada masa awal ponpes ini berdiri.
Baca SelengkapnyaOrang-orang pertama yang berjasa mengubah hutan jadi permukiman penduduk merupakan para pendakwah Islam
Baca SelengkapnyaViral Masjid di Manggala Dijual, Wali Kota Makassar: Image Kurang Baik
Baca SelengkapnyaSang pendiri, Kiai Nur baru mendirikan surau saat puluhan santri datang untuk berguru padanya.
Baca SelengkapnyaMasjid Fatimah Umar di Kelurahan Bangkala, Kecamatan Manggala, Kota Makassar viral karena hendak dijual.
Baca Selengkapnya