Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kisah terbunuhnya dr Kariadi dan pertempuran 5 hari di Semarang

Kisah terbunuhnya dr Kariadi dan pertempuran 5 hari di Semarang Lawang Sewu. ©2013 Merdeka.com

Merdeka.com - Pertempuran 5 hari di Semarang merupakan rangkaian pertempuran antara rakyat Indonesia melawan tentara Jepang pada masa transisi. Pertempuran yang dimulai pada tanggal 15 Oktober 1945, yang didahului dengan situasi memanas sebelumnya ini berakhir hingga pada tanggal 20 Oktober 1945.

Pertempuran ini dimulai dengan peristiwa tentara Jepang mendarat di Pulau Jawa pada Pada 1 Maret 1942. Seminggu kemudian, tepatnya pada 8 Maret 1942, pemerintah kolonial Belanda bertekuk lutut dan menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Mulai saat itu, Indonesia diduduki dan dijajah oleh tentara Jepang.

Tiga tahun penjajahan berlangsung, pada Agustus 1945 tentara Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu paska dijatuhkannya bom atom oleh Amerika Serikat di Hiroshima dan Nagasaki. Mengisi kekosongan tersebut, Indonesia melalui Bung Karno dan Bung Hatta, memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.

Kabar berita Proklamasi dari Jakarta akhirnya terdengar hingga sampai ke Kota Semarang. Layaknya terjadi di kota-kota lain, di Semarang rakyat khususnya pemuda-pemudinya berusaha untuk melucuti senjata Tentara Jepang Kidobutai yang bermarkas di Jatingaleh, Semarang.

Tanggal 13 Oktober, suasana semakin mencekam, Tentara Jepang semakin terdesak. Tanggal 14 Oktober, Mayor Kido menolak penyerahan senjata sama sekali. Para pemuda pun marah dan rakyat mulai bergerak sendiri-sendiri. Aula Rumah Sakit Purusara kini menjadi RS Dr Kariadi Semarang, dijadikan markas perjuangan. Para pemuda rumah sakit pun tidak tinggal diam dan ikut aktif dalam upaya menghadapi Jepang. Sementara itu taktik perjuangan pemuda menggunakan taktik perang bergerilya.

Setelah pernyataan Mayor Kido, Pada Minggu, 14 Oktober 1945, pukul 6.30 WIB, pemuda-pemuda rumah sakit mendapat instruksi untuk mencegat dan memeriksa mobil Jepang yang lewat di depan RS Purusara. Mereka menyita sedan milik Kempetai dan merampas senjata mereka. Sore harinya, para pemuda ikut aktif mencari tentara Jepang dan kemudian menjebloskannya ke Penjara Bulu.

Sekitar pukul 18.00 WIB, pasukan Jepang bersenjata lengkap melancarkan serangan mendadak sekaligus melucuti delapan anggota polisi istimewa yang waktu itu sedang menjaga sumber air minum bagi warga Kota Semarang Reservoir Siranda di Candilama, Kota Semarang. Kedelapan anggota polisi istimewa itu disiksa dan dibawa ke markas Kidobutai di Jatingaleh. Sore itu tersiar kabar tentara Jepang menebarkan racun ke dalam reservoir itu. Rakyat pun menjadi gelisah.

Selepas Magrib, ada telepon dari pimpinan Rumah Sakit Purusara, yang memberitahukan agar dr. Kariadi, Kepala Laboratorium Purusara segera memeriksa Reservoir Siranda karena berita Jepang menebarkan racun itu. Dokter Kariadi kemudian dengan cepat memutuskan harus segera pergi ke sana. Suasana sangat berbahaya karena tentara Jepang telah melakukan serangan di beberapa tempat termasuk di jalan menuju ke Reservoir Siranda.

Istri dr. Kariadi, drg. Soenarti mencoba mencegah suaminya pergi mengingat keadaan yang sangat genting itu. Namun dr. Kariadi berpendapat lain, ia harus menyelidiki kebenaran desas-desus itu karena menyangkut nyawa ribuan warga Semarang. Akhirnya drg. Soenarti tidak bisa berbuat apa-apa. Ternyata dalam perjalanan menuju Reservoir Siranda itu, mobil yang ditumpangi dr. Kariadi dicegat tentara Jepang di Jalan Pandanaran.

Bersama tentara pelajar yang menyopiri mobil yang ditumpanginya, dr Kariadi ditembak secara keji. Ia sempat dibawa ke rumah sakit sekitar pukul 23.30 WIB. Ketika tiba di kamar bedah, keadaan dr. Kariadi sudah sangat gawat. Nyawa dokter muda itu tidak dapat diselamatkan. Ia gugur dalam usia 40 tahun satu bulan. Kejadian ini merupakan penyulut utama Perang Lima Hari di Semarang.

Sekitar pukul 03.00 WIB, 15 Oktober 1945, Mayor Kido memerintahkan sekitar 1.000 tentaranya untuk melakukan penyerangan ke pusat Kota Semarang. Sementara itu, berita gugurnya dr Kariadi yang dengan cepat tersebar, menyulut kemarahan warga Semarang. Hari berikutnya, pertempuran meluas ke berbagai penjuru kota. Korban berjatuhan di mana-mana.

Pada 17 Oktober 1945, tentara Jepang meminta gencatan senjata, namun diam-diam mereka melakukan serangan ke berbagai kampung. Pada 19 Oktober 1945, pertempuran terus terjadi di berbagai penjuru Kota Semarang. Pertempuran ini berlangsung lima hari dan memakan korban 2.000 pejuang Indonesia dan 850 orang Jepang. Di antara yang gugur, termasuk dr Kariadi dan delapan karyawan RS Purusara Kota Semarang.

(mdk/hhw)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
15 Januari 1949: Mengenang Peristiwa Situjuah Berdarah, Tewaskan Banyak Pejuang PDRI
15 Januari 1949: Mengenang Peristiwa Situjuah Berdarah, Tewaskan Banyak Pejuang PDRI

74 tahun berlalu, ini kisah Peristiwa Situjuah yang renggut banyak pejuang Pemerintah Darurat RI.

Baca Selengkapnya
Peristiwa Pertempuran di Tebing Tinggi, Perjuangan Berdarah Pemuda Indonesia Melawan Penjajah
Peristiwa Pertempuran di Tebing Tinggi, Perjuangan Berdarah Pemuda Indonesia Melawan Penjajah

Peristiwa berdarah di Tebing Tinggi, merupakan perjuangan para pemuda melawan penjajah pasca kemerdekaan Indonesia.

Baca Selengkapnya
Jejak Peninggalan Pertempuran Tengaran di Semarang, Melihat Tempat Ibadah Para Pejuang hingga Markas Belanda
Jejak Peninggalan Pertempuran Tengaran di Semarang, Melihat Tempat Ibadah Para Pejuang hingga Markas Belanda

Pertempuran Tengaran terjadi pada masa Agresi Militer II, tepatnya sekitar tanggal 25 Mei 1947

Baca Selengkapnya
Sejarah Pertempuran Lima Hari Lima Malam, Perang Tiada Henti Pasukan TRI Melawan NICA di Kota Palembang
Sejarah Pertempuran Lima Hari Lima Malam, Perang Tiada Henti Pasukan TRI Melawan NICA di Kota Palembang

Perjuangan dan semangat yang dimiliki pasukan tentara Indonesia melawan Belanda demi mempertahankan kemerdekaan begitu besar dalam peristiwa ini.

Baca Selengkapnya
Mengenal Soebandi Dokter Pejuang Kemerdekaan yang Gugur Ditembak Belanda, Tak Banyak yang Tahu Kisahnya
Mengenal Soebandi Dokter Pejuang Kemerdekaan yang Gugur Ditembak Belanda, Tak Banyak yang Tahu Kisahnya

Namanya diabadikan jadi nama rumah sakit hingga kampus di Jember.

Baca Selengkapnya
Seangkatan dengan Luhut Binsar Pandjaitan, Para Perwira TNI Alumni Akabri 1970 ini Gugur saat Operasi Seroja di Timor Timur
Seangkatan dengan Luhut Binsar Pandjaitan, Para Perwira TNI Alumni Akabri 1970 ini Gugur saat Operasi Seroja di Timor Timur

Beberapa nama perwira TNI alumni AKABRI 1970 yang gugur di Operasi Seroja.

Baca Selengkapnya
Diabadikan Jadi Nama Jalan di Solo, Ini Kisah Pengorbanan Arifin Melawan Penjajah Jepang
Diabadikan Jadi Nama Jalan di Solo, Ini Kisah Pengorbanan Arifin Melawan Penjajah Jepang

Arifin merupakan salah satu tokoh kunci atas menyerahnya Jepang di Kota Solo.

Baca Selengkapnya
6 Tokoh Pahlawan Nasional dari Jateng Beserta Jasanya bagi Indonesia, dari Tokoh Militer hingga Pendiri Media
6 Tokoh Pahlawan Nasional dari Jateng Beserta Jasanya bagi Indonesia, dari Tokoh Militer hingga Pendiri Media

Walaupun masing-masing punya cara yang berbeda, mereka punya peran besar bagi perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah

Baca Selengkapnya
Mengenang Peristiwa Serangan Umum Surakarta, Bersatunya Rakyat dalam Pertempuran 4 Hari
Mengenang Peristiwa Serangan Umum Surakarta, Bersatunya Rakyat dalam Pertempuran 4 Hari

Serangan yang berlangsung selama 4 hari berturut-turut di Solo ini berhasil menyatukan seluruh elemen masyarakat melawan gempuran pasukan penjajah.

Baca Selengkapnya
22 Juni 1945: Berakhirnya Pertempuran Okinawa, Serangan Amfibi Terbesar Perang Pasifik
22 Juni 1945: Berakhirnya Pertempuran Okinawa, Serangan Amfibi Terbesar Perang Pasifik

Pertempuran Okinawa menimbulkan korban terbesar dalam Medan Perang Pasifik Perang Dunia II.

Baca Selengkapnya
Mengenang Pertempuran Ambarawa 20 Oktober 1945, Berikut Sejarahnya
Mengenang Pertempuran Ambarawa 20 Oktober 1945, Berikut Sejarahnya

Tepat hari ini, 20 Oktober pada 1945 silam, terjadi pertempuran besar setelah kemerdekaan Indonesia yang disebut Pertempuran Ambarawa.

Baca Selengkapnya
Potret Kereta Api pada Masa Pertempuran 10 November di Surabaya, Angkut Pribumi Mengungsi ke Luar Daerah
Potret Kereta Api pada Masa Pertempuran 10 November di Surabaya, Angkut Pribumi Mengungsi ke Luar Daerah

Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya tak bisa dilepaskan dari keberadaan kereta api.

Baca Selengkapnya