Komandan RPKAD marah dilucuti Tjakrabirawa di Bali
Merdeka.com - Bali tahun 1965 jauh dari kata indah, tak ada kedamaian di sana. Setelah ratusan tahun, baru saat itu tak ada turis di Pulau Dewata. Teror terjadi di mana-mana. Orang-orang yang dicap Partai Komunis Indonesia (PKI) dibantai dengan kejam.
Wartawan Senior Hendro Subroto melukiskan peristiwa itu dalam buku 'Perjalanan Seorang Wartawan Perang' yang diterbitkan Pustaka Sinar Harapan.
"Bulan Desember 1965, tak seorangpun wisatawan terlihat di Pantai Kuta. Jalan-jalan sunyi mirip hari raya Nyepi. Sepanjang jalan banyak rumah yang telah menjadi puing-puing, akibat pengrusakan atau dibakar massa," beber Hendro.
-
Kapan pembantaian PKI terjadi? Saat peristiwa pembantaian para anggota PKI yang terjadi pada kurun waktu tahun 1965-1967, Pak Darmadi masih duduk di kelas 4 SD.
-
Siapa yang memimpin PKI saat peristiwa G30S PKI? Di mana peristiwa ini dilancarkan oleh PKI yang saat itu dipimpin Dipa Nusantara (DN) Aidit dan Pasukan Cakrabirawa di bawah kendali Letnan Kolonel Untung Syamsuri.
-
Siapa yang terlibat dalam G30S/PKI? Baru saja terjadi G30S/PKI. Harga barang dan BBM naik terus. Perekonomian sangat sulit.
-
Kapan G30S/PKI terjadi? 'Jumlah pasukan yang ikut gerakan ini sangat kecil. Kodam Jaya punya 60.000 prajurit, 20 kali lebih banyak dari pasukan yang ikut G30S.
-
Apa yang terjadi pada serangan bom di Kano? Tiga bom meledak di luar masjid Central Mosque di Kano, yang menewaskan sekitar 120 orang dan melukai sekitar 260 jamaah saat mereka sedang melaksanakan salat Jumat.
-
Dimana penganiayaan terjadi? Penganiayaan yang viral itu dikabarkan terjadi di Mekarwangi, Kecamatan Bojongloa Kidul, Kota Bandung.
Saat itu satu kompi pasukan RPKAD dipimpin Kolonel Sarwo Edhie Wibowo tiba di Bali. Operasi militer di Jawa Tengah berbeda dengan di Bali.
"Di Jawa Tengah, RPKAD menggalang masyarakat agar bersama-sama dengan ABRI melawan G30S/PKI. Di Bali, RPKAD harus mencegah masyarakat yang bergerak sendiri-sendiri yang melawan G30S/PKI secara agresif sehingga menimbulkan jatuh korban," kata Kolonel Sarwo Edhie pada Hendro.
Saat itu Kolonel Sarwo Edhie berniat meninjau istana Tampaksiring yang merupakan tempat peristirahatan Presiden Soekarno. Istana tersebut dijaga anggota Resimen Tjakrabirawa. Perwira jaga meminta semua senjata milik pasukan RPKAD diserahkan di pos penjagaan.
Sarwo Edhie yang ramah dan simpatik berubah marah. Dia membentak perwira jaga.
"Baret merah tidak kenal dilucuti. Tahu kamu!" bentak Sarwo Edhie. Anak buah Sarwo langsung siaga dengan senjata masing-masing.
Melihat itu Tjakrabirawa di pos jaga langsung berdiri dengan sikap sempurna. Wajah mereka pucat pasi-pasi. RPKAD saat itu merasa sedang melakukan operasi militer di Bali. Karena itu mereka tak terima dilucuti. Padahal memang keharusan jika tentara menyerahkan senjata saat akan memasuki istana.
Di Bali juga Hendro melihat seorang tahanan PKI yang melarikan diri dan menolak menyerah. Tahanan yang ternyata seorang kapten itu tewas diberondong RPKAD dan polisi militer. Ada 56 peluru bersarang di tubuhnya.
Hendro ternyata mengenal orang itu. Sang kapten menikahi adik guru Hendro. Hendro juga yang memotret orang itu saat menikah. Di kitab suci yang ditinggalkan tahanan tewas itu ada satu pesan untuk istri tercinta.
"Djeng, dina iki aku ngadep marang Gusti..." artinya kira-kira, "Dik, hari ini aku menghadap Tuhan."
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Alih-alih saling menghargai, mereka justru melakukan penyiksaan terhadap sesama orang asli Papua. Nampak para warga dikumpulkan untuk disiksa ditodong senpi.
Baca SelengkapnyaTeror pertama bermula dari baku tembak yang menewaskan Bripda Alfandi Steve Karamoy.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan anggota Brimob dan TNI yang sedang baku tembak dengan KKB OPM Papua dan membuat situasi menjadi memanas.
Baca SelengkapnyaKKB juga membakar bangunan pelayanan kesehatan dan tempat ibadah. Hal ini juga menambah rasa takut dan trauma warga Sugapa.
Baca SelengkapnyaPraka DRB tega membacok komandannya di Kabupaten Manokwari Selatan, Provinsi Papua Barat, Sabtu lalu.
Baca SelengkapnyaAnggota TNI AD Praka Drik Rian Bayoa di Manokwari, Papua Barat membacok komandannya Letkol Inf Tamami.
Baca SelengkapnyaKadispenad Brigjen TNI Kristomei Sianturi mengatakan kedepan Pomdam Brawijaya akan mendalami motif pelaku
Baca SelengkapnyaKolonel Sahirman dan sejumlah pimpinan PKI Jawa Tengah melarikan diri setelah G30S/PKI gagal.
Baca SelengkapnyaKKB melakukan penyerangan dari arah pemukiman warga.
Baca SelengkapnyaTNI versus Tokoh PKI Kebal Peluru, apa yang dilakukan untuk melawan PKI?
Baca SelengkapnyaPembakaran terjadi setelah KKB kontak senjata dengan petugas patroli gabungan Ops Damai Cartenz.
Baca SelengkapnyaKKB juga sempat terlibat kontak tembak dengan TNI-Polri.
Baca Selengkapnya