Krisis air, petani di Sragen alih profesi jadi penambang pasir
Merdeka.com - Krisis air akibat kemarau panjang yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir ini membuat sejumlah petani di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah beralih profesi menjadi penambang pasir. Hal tersebut dilakukan lantaran, sawah mereka tak mendapatkan aliran air, sehingga tak bias ditanami padi maupun palawija.
Agar tetap bertahan hidup, para petani di Kecamatan Tangen Sragen, mulai meninggalkan pekerjaan mereka menggarap sawah yang biasanya ditanami padi atau palawija. Mereka beralih profesi sebagai penambang pasir di aliran Sungai Bengawan Solo. Dengan pekerjaan baru itu para petani mampu mendapatkan penghasilan ribuan hingga puluhan ribu rupiah per hari.
Salah satu petani Suparman mengaku cukup terbantu dengan pekerjaan baru tersebut. Penghasilan dari penjualan pasir tersebut bisa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan bisa untuk bertahan hidup serta untuk membiayai sekolah anak-anaknya.
-
Siapa saja yang terdampak kekeringan di Jawa Tengah? Dampak musim kemarau yang perkepanjangan ini memukul ratusan jiwa warga Desa Garangan, Kecamatan Wonosamudro, Kabupaten Boyolali.
-
Siapa saja yang menjadi buruh wanita di Deli? Selain itu calon buruh pun diperbolehkan membawa istrinya. Saat itu tembakau di Deli meledak di pasaran Eropa. Kebutuhan akan pekerja pun makin meningkat. Pada akhir abad ke-19, sedikitnya ada 55.000 buruh Jawa dan Tiongkok di Perkebunan Deli. Jumlah ini meningkat menjadi lebih dari 100.000 pada tahun 1912.
-
Apa pekerjaan kuli perempuan di perkebunan tembakau Deli? Secara garis besar, pekerjaan utama para perempuan adalah memilah daun tembakau sesuai kelompok dan sifatnya. Selain itu, mereka juga harus memperhatikan kualitas mutu daun tembakau, seperti tidak boleh ada bercak serangan hama atau penyakit tanaman.
-
Siapa manusia goa di Kebumen? Pria itu bernama Haryono.
-
Bagaimana nelayan Pantura beradaptasi dengan perubahan? Mereka tetap berlayar di zona-zona tangkap tradisional mereka dan mempertahankan metode penangkapan ikan yang sudah dijalankan sejak dahulu.
-
Apa yang terjadi pada para petani? Mereka masih selamat meski mengalami luka bakar.
"Lumayan mas, setiap kemarau kita selalu menambang pasir seperti ini. Bisa untuk menyambung hidup," ujar Suparman, Jumat (3/10).
Dengan membawa peralatan penambang seperti cangkul dan sekop, sejumlah petani di Desa Katelan melakukan penambangan pasir di aliran sungai Bengawan Solo yang kini kondisinya telah mongering. Upaya yang dilakukan oleh sejumlah petani ini selain memanfaatkan sungai yang kering untuk diambil pasirnya. Usaha dalam melakukan penambangan pasir tersebut mampu mendapatkan penghasilan hingga 300 ribu rupiah dalam setiap harinya.
Selain beralih profesi menjadi penambang pasir para petani yang juga terdiri dari para ibu rumah tangga ini, juga menjadi kuli gendong dengan membawa pasir untuk dikumpulkan ketepian sungai. Usaha yang dilakukannya itu sebagai pengganti penghasilannya di saat kemarau tiba. Dengan membawa pasir yang berjarak 500 meter dari tengah hingga ketepian sungai, para ibu rumah tangga ini mendapatkan upah sebesar 500 rupiah dalam satu kali bawa.
Sedangkan dalam satu harinya untuk membawa pasir tersebut, ibu rumah tangga ini mampu membawa 25 kantong pasir dan mendapatkan hasil 12.000 rupiah.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
"Sumur-sumur sudah mengering, sehingga warga hanya bisa mendapatkan air dari dasar sungai,” Sunardi.
Baca SelengkapnyaKondisi musim kemarau yang panjang membuat warga dilanda krisis air bersih.
Baca SelengkapnyaWarga harus berjuang keras untuk mendapatkan air di tengah bencana kekeringan.
Baca SelengkapnyaSudah tiga bulan puluhah desa di Ngawi dilanda kekeringan, warga harus berjalan jauh demi mendapatkan air untuk mencuci dan mandi.
Baca SelengkapnyaWarga terpaksa mengais kubangan air di sungai demi mencukupi kebutuhan sehari-hari
Baca SelengkapnyaMereka sudah merasakan dampak kekeringan sejak Mei.
Baca SelengkapnyaSetiap harinya puluhan ibu-ibu di Kecamatan Cikulur, harus berjalan berkilo-kilo meter untuk mendapatkan sumber air.
Baca SelengkapnyaWarga rela antre untuk mendapatkan air demi memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka
Baca SelengkapnyaWarga Desa Sumberkare terpaksa menggunakan air sungai untuk berbagai kebutuhan.
Baca SelengkapnyaKondisi ini sudah dialami warga selama sebulan terakhir.
Baca SelengkapnyaPara petani di Sukasirna memang lebih memilih membuat kincir air untuk mengairi sawah-sawah dibanding menggunakan pompa air.
Baca SelengkapnyaArea persawahan di Jakarta tersebut terdampak kekeringan panjang
Baca Selengkapnya