Kuasa hukum Namaona Denis tolak eksekusi mati
Merdeka.com - Tim kuasa hukum Namaona Denis meminta kepada Jaksa Agung dan pemerintah agar kliennya tidak dieksekusi. Pernyataan tersebut disampaikan Choirul Anam yang menjadi kuasa hukum Namaona Denis.
Menurut Anam, kasus Namaona Denis harus jalan lagi dan tidak boleh ada eksekusi atas nama hukum. "Harusnya tidak boleh ada eksekusi apa pun alasannya dari Jaksa Agung dan presiden," ujarnya saat ditemui di Dermaga Wijayapura, Cilacap, Jumat (17/1).
Dia mengemukakan beberapa persoalan yang menyebabkan eksekusi bisa batal dilaksanakan kepada kliennya. Tim kuasa hukum telah mengajukan peninjauan kembali (PK) kedua.
-
Apa yang dituntut oleh jaksa? 'Menghukum terdakwa Bayu Firlen dengan pidana penjara selama selama 4 (empat) Tahun dan Denda Sebesar Rp.1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) Subsider 6 (enam) bulan penjara dikurangi selama Terdakwa ditahan dengan perintah agar Terdakwa tetap ditahan,' lanjutan dari keterangan yang dikutip dari SIPP Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
-
Mengapa DPR RI minta pelaku dihukum berat? 'Setelah ini, saya minta polisi langsung berikan pendampingan psikologis terhadap korban serta ibu korban. Juga pastikan agar pelaku menerima hukuman berat yang setimpal. Lihat pelaku murni sebagai seorang pelaku kejahatan, bukan sebagai seorang ayah korban. Karena tidak ada ayah yang tega melakukan itu kepada anaknya,' ujar Sahroni dalam keterangan, Kamis (4/4).
-
Bagaimana cara memerangi narkoba? Peringatan ini juga menjadi ajang bagi berbagai negara untuk menunjukkan komitmen mereka dalam memerangi narkoba melalui kebijakan yang efektif, penegakan hukum yang ketat, dan kampanye pendidikan yang luas.
-
Siapa yang mendorong kolaborasi pemberantasan narkoba? Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah mendorong kepada semua pihak, untuk bersinergi dan berkolaborasi dalam memberantas narkoba di wilayahnya.
-
Bagaimana Anies ingin menuntaskan kasus Kanjuruhan dan KM 50? 'Kami sampaikan bahwa ada empat hal yang harus terpenuhi baik di peristiwa Kanjuruhan maupun di KM 50,' kata Anies di Pekanbaru, Riau, Rabu (13/12).Pertama perlunya menghadirkan keadilan. Proses penegakan hukum harus berujung kepada rasa keadilan. 'Satu, adalah tentang melahirkan rasa keadilan. Jadi proses penegakan hukum yang benar-benar berujung pada rasa keadilan,' kata Anies.
-
Bagaimana DPR ingin polisi tangani narkoba? Mengomentari hal ini, Wakil Ketua Komisi III DPR Ahmad Sahroni berharap polisi terus melakukan pembaruan terhadap modus-modus yang digunakan pelaku kejahatan, dalam hal ini penyalahgunaan narkoba. 'Nah ini nih, makin ke sini para pengedar narkoba itu makin banyak akalnya. Momen mudik Lebaran pun dipakai untuk aji mumpung. Karenanya, polisi harus cerdik dalam mengungkap setiap modusnya. Harus berpikir out of the box dalam menebak cara-cara mereka'.
"Pada tanggal 29 Desember, 30,31 kami sudah mengajukan PK yang kedua. Karena alasan yang sangat fatal, PK kedua ini ditolak PN Tangerang tanpa ada penjelasan apa pun, itu sebelum adanya SEMA," ucapnya.
Karena itu, timnya kemudian mengajukan gugatan melawan hukum di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang gugatannya sudah diterima. Anam mengemukakan, basis dari gugatan tersebut adalah hak yang dilanggar PN Tangerang dan Ketua Mahkamah Agung.
"Hak yang dilanggar adalah hak atas mencari keadilan. Yang melakukan gugatan adalah istri Naomana Denis dan Naomana Denis sendiri," jelasnya.
Dia melanjutkan, sehingga tidak mungkin orang yang sedang melakukan upaya hukum dieksekusi.
"Kalau gugatan ini diterima, PK-nya jalan, dan diterima pula. Dan ternyata dia benar, bagaimana kalau Naomana Denis sudah dieksekusi? Untuk kematian tidak bisa direhabilitasi. Kalau penjelasan Jaksa Agung ini inkrah bisa dieksekusi itu kalau kasus tanah. Kalau kasus tanah itu sekarang dieksekusi terus besok bisa berubah lagi ya tanahnya masih ada, kalau nyawa kan enggak ada," jelasnya.
Selain gugatan, Anam menunjukkan adanya surat dari Komnas HAM yang menyatakan harus ditunda eksekusi mati Naomana Denis, sambil menunggu gugatan Naomana Denis dan istrinya.
"Apa yang disampaikan Naoma Denis ini sebenarnya tidak bicara dia salah atau tidak. Tetapi, ini adalah salah satu perbuatan yang salah yang dilakukan oleh JPU. JPU dalam tuntutan awal meminta hukuman seumur hidup, eh dia banding. Itu dalam logika hukum enggak bener," jelasnya.
Anam melanjutkan, tuntutan tersebut terjadi karena atas ketidakyakinan jaksa penuntut umum. "Harusnya kalau dari awal enggak yakin hukuman seumur hidup, tuntut saja hukuman mati sejak awal. Ini tuntutannya seumur hidup, dia (jaksa penuntut umum) banding jadi tuntutannya hukuman mati, ini enggak bener, itulah yang dilakukan jaksa penuntut," tuturnya.
Lebih jauh, ia mengemukakan, pihaknya sudah mengirimkan surat dari Komnas HAM ke sejumlah instansi pemerintah mulai dari presiden, jaksa agung, kadivlapas dan beberapa instansi terkait.
"Dengan ini kami meyakini tidak bisa eksekusi dilakukan pada Minggu (18/1)," ujarnya.
(mdk/tyo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mengapa Anies-Muhaimin menyoroti 3 hakim MK usai gugatannya ditolak?
Baca SelengkapnyaMereka pun meminta agar diberikan kesempatan waktu selama dua pekan.
Baca SelengkapnyaSebab, apa yang sudah dikomunikasikan itu saat ini masih belum terealisasi.
Baca SelengkapnyaJPU menolak terkait permintaan yang dibacakan penasihat hukum Supriyani pada sidang tersebut.
Baca SelengkapnyaApa yang dilakukan GT terhadap korban DSA (29) dinilainya sebagai salah satu cara untuk membunuh korban.
Baca SelengkapnyaMassa Aksi Kamisan mendesak penegak hukum untuk menghentikan kriminalisasi terhadap pembela HAM, Haris Azhar dan Fatia Maulidiyanti.
Baca SelengkapnyaPengadilan Militer II-08 Jakarta memvonis tiga terdakwa pembunuhan Imam Masykur Praka RM, Praka HS dan Praka J seumur hidup.
Baca SelengkapnyaCapres Anies Baswedan meminta para pakar hukum tata negara memberi pandangan terkait pernyataan Presiden Jokowi
Baca Selengkapnya