Langit Palembang berkabut, jarak pandang sempat 100 meter
Merdeka.com - Langit di wilayah Palembang mulai diselimuti kabut tebal, Selasa (3/7) pagi. Bahkan jarak pandang di kota itu sempat hanya 100 meter. Berdasarkan data dari Badan Meteorologi dan Klimatologi (BMKG) Stasiun Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang, pukul 07.14 WIB, kecepatan angin 2.0 knot (1.0 m/s), jarak pandang 100 meter dan cuaca berkabut.
Jarak pandang mulai meningkat beberapa jam kemudian yang sudah mencapai 400 meter. Satu jam kemudian, jarak pandang mulai normal di angka 1.500 meter seiring matahari mulai terik.
Kasi Informasi BMKG Stasiun Bandara SMB II Palembang, Agus Santosa mengungkapkan, kabut tersebut merupakan kabut radiasi karena pendinginan permukaan bumi sehingga udara di dekatnya cukup dingin untuk mengembunkan uap air yang terdapat di dalamnya. Kondisi suhu udara yang dingin di bawah tetapi ke atas masih hangat disebut terjadi inversi.
-
Bagaimana kabut di kampung unik di Tasikmalaya? Kabut menjadi daya tarik menarik di Kampung Sukamekar karena saat muncul intensitasnya akan sangat tebal.
-
Bagaimana suasana saat kabut turun di Bukit Kanaga? Keindahan Bukit Kanaga akan semakin sempurna saat turunnya kabut tipis di pagi dan sore hari. Pemandangan sekitar akan tersamarkan menjadi putih, dan hanya menyisakan batang-batang besar pohon pinus.
-
Dimana saja kabut asap terjadi? Biasanya, kejadian ini terjadi di beberapa wilayah Indonesia.
-
Bagaimana cuaca di Sumut selama pancaroba? Pada saat musim pancaroba, cuaca dapat berubah dari cerah menjadi mendung dan hujan dalam waktu singkat.
-
Apa saja yang terjadi di Kota Padang akibat hujan deras? Lanjutnya, selain banjir, curah hujan dengan intensitas tinggi juga menyebabkan rumah warga tertimbun longsor dan pohon tumbang di Kota Padang.
-
Kapan Desa Sembungan berselimut kabut? Siang itu, kabut tebal menyelimuti langit Desa Sembungan yang berada di Kecamatan Kalijajar, Kabupaten Wonosobo.
Langit Palembang berkabut ©2018 Merdeka.com/Irwanto
"Kabut yang muncul hari ini adalah kabut radiasi, bukan kabut akibat asap kebakaran hutan dan lahan," ungkap Agus, Selasa (3/7).
Menurut dia, penyebab adanya kabut radiasi karena suhu di permukaan dekat tanah yang banyak uap airnya/lembab lebih dingin dari suhu udara di atasnya. Cuaca akan normal kembali jika telah terjadi pemanasan sinar matahari, sehingga grafik suhu udara vertikal akan normal makin ke atas semakin dingin.
"Ya memang profil suhu udara di musim kemarau umumnya stabil, embunnya ngendap di bawah, susah naik ke atas untuk membentuk awan," pungkasnya.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jarak pandang hanya 200 meter terjadi di dua daerah.
Baca SelengkapnyaKabut atau embun terjadi karena suhu permukaan bumi yang lebih dingin dari biasanya.
Baca SelengkapnyaTiba-tiba jarak pandang berkurang diduga akibat pengaruh angin yang membawa asap di sekitar bandara.
Baca SelengkapnyaHal ini dampak asap dari kebakaran hutan dan lahan di sejumlah wilayah di Sumatera Selatan.
Baca SelengkapnyaHampir sepanjang hari Sabtu (23/9), langit kelabu tampak menyelimuti Jakarta. Lantas, apakah hal tersebut merupakan mendung awan hujan atau polusi udara?
Baca SelengkapnyaSebaran kabut asap akibat karhutla ini membuat kualitas udara di Palembang memburuk dan lebih parah dari polusi di Jakarta.
Baca SelengkapnyaKebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan terus meluas. Akibatnya, udara di Palembang memasuki kategori tak sehat.
Baca SelengkapnyaBelum diketahui berapa luasan lahan yang terbakar.
Baca SelengkapnyaAkibat banjir, masyarakat beraktivitas menggunakan paruh karena akses jalan tidak bisa dilalui.
Baca SelengkapnyaHujan deras yang tak kunjung reda membuat sejumlah wilayah di Kota Padang terendam banjir.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan laporan IQAir, kualitas udara Jakarta pada Jumat (22/9/2023) pukul 15.00 WIB mencapai angka 152.
Baca SelengkapnyaAsap tebal karhutla ini membuat warga keculitan bernapas dan menyebabkan mata perih.
Baca Selengkapnya