Long March TNI, kisah Siliwangi Vs Anjing NICA
Merdeka.com - Long March Siliwangi, kembalinya TNI merebut Jabar dari Belanda
Agresi Militer Kedua kembali diluncurkan Belanda. Pangkalan Udara Maguwo jatuh dalam hitungan menit, beberapa jam kemudian Yogyakarta pun dikuasai, Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta serta seluruh anggota kabinetnya ditangkap kemudian dibuang ke Ende.
Berbeda dengan agresi pertama, kali ini TNI lebih siap. Panglima Besar Jenderal Soedirman sudah mempersiapkan siasat tempur sejak jauh-jauh hari, salah satunya mengembalikan Divisi Siliwangi ke Jawa Barat. Siasat ini diberi sandi 'Aloha'.
-
Apa saja jalur yang ditempuh Pasukan Siliwangi dalam Long March? Ditempuh dari Dua Jalur Perjalanan panjang yang ditempuh pasukan Siliwangi ini melalui dua jalur, yaitu darat dan laut. Pasukan Siliwangi yang berasal dari Bogor, Cianjur, Padalarang, Purwakarta, dan Ciwidey berangkat menggunakan kereta api.
-
Kapan Pasukan Siliwangi melakukan Long March? Perintah Long March menempuh jarak 600an kilometer ini diberi kode sandi 'Aloha'. Mereka akan digabungkan ke dalam tiga brigade yang kemudian diarahkan menuju tujuh lokasi yang berbeda. Long March ini berbeda dengan Hijrah karena Long March berlangsung tanpa bantuan militer Belanda.
-
Siapa yang berjuang untuk Indonesia? Kata-kata ini membangkitkan semangat juang dan patriotisme dalam diri setiap pemuda Indonesia.
-
Apa simbol perjuangan rakyat Indonesia? Bambu runcing adalah simbol perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah.
-
Siapa yang menyelamatkan uang gaji prajurit Siliwangi? Kepala Staf Keuangan Siliwangi Bertindak Cepat Agar Uang itu Tidak Jatuh ke Tangan Musuh Dia membagikan uang pada stafnya, yang langsung memasukkan uang ke dalam kantong dan segera melompat menyelamatkan diri.
-
Siapa pemimpin Gerakan Hijrah Pasukan Siliwangi? Gerakan Hijrah ini dipimpin oleh Letkol Mokoginta dan diketuai oleh Arudji Kartawinata selaku Menteri Muda Pertahanan.
Segera setelah penyerbuan Belanda ke Maguwo, sandi 'Aloha' langsung disebar. Tanpa sempat beristirahat dari operasi penumpasan PKI Muso di Madiun, Jawa Tengah, pasukan sudah bersiap dan bergerak kantong perlawanan, atau werhkreise, yang sudah disusun Jenderal Soedirman.
Jika saat 'hijrah', Divisi Siliwangi mendapatkan perlindungan dan pengawalan dari Belanda setelah perjanjian Renville yang harus menyerahkan Jawa Barat. Kini, mereka harus berpergian secara senyap. Apalagi, serangan atau sergapan Belanda bisa terjadi di mana saja, dan kapan saja.
Perjalanan pasukan penuh dengan bahaya dan rintangan tersebut terekam dalam ingatan Kolonel TB Simatupang. Dia tak sengaja ikut dalam Long March Siliwangi bersama Batalyon Daeng, di bawah pimpinan Letnan Kolonel Daan Yahya. Tak hanya pasukan, rombongan juga mengikutkan seluruh anggota keluarganya.
Simatupang, yang baru lolos dari penangkapan Belanda di Yogyakarta, melihat langsung kesulitan yang dialami Divisi Siliwangi. Medan yang dilalui benar-benar tidak masuk akal, tak jarang memakan korban jiwa.
"Batalyon-batalyon pada awal tahun 1948 di'hijrah'kan dari Jawa Barat, banyak keluarganya yang menyusul dan mencari suami-suaminya di daerah 'hijrah' di Jawa Tengah, dan setelah pasukan Siliwangi harus kembali ke Jawa Barat, tidak ada jalan lain, mereka ikut kembali," tulis Himawan Soetanto dalam bukunya 'Long March Siliwangi', yang diterbitkan Kata Hasta Pustaka tahun 2007.
Seperti halnya para pasukan, istri dan anak mereka juga ikut berjalan kaki menuju kantong gerilya. Mereka harus melalui jalan yang gelap gulita, menyeberangi sungai deras, mendaki bukit-bukit licin dan curam, termasuk menghadapi hewan-hewan liar dan buas.
"Ada juga didengarnya (Kolonel TB Simatupang, Red) anak-anak bahkan istri-istri yang hanyut dibawa arus sewaktu pasukan yang diikuti keluarga menyeberangi sungai-sungai yang sedang banjir," tulis Himawan.
"Memang benarlah bahwa kemerdekaan itu kita tidak peroleh sebagai hadiah," ucap Simatupang dalam hati.
Medan berbahaya, bahkan bisa mengancam nyawa istri dan anak prajurit rupanya tak mengurangi semangat para prajurit. Sepanjang perjalanan, mereka hanya memperlihatkan raut wajah yang gembira. Sebab, mereka akan kembali ke kampung halaman yang ditinggalkannya.
Di belakang mereka, terdapat pasukan Belanda yang terus membuntuti, mereka adalah Batalyon Inf-V KNIL atau dikenal 'Anjing Nica'.
Suatu malam, tanpa sengaja kedua pasukan berbeda bangsa berpapasan, alhasil pertempuran sengit tidak terhindari. Desingan peluru bersahut-sahutan, beruntung tidak ada yang tewas. Seluruh masih lengkap, kecuali para pemimpinnya, Panglima Siliwangi Daan Yahya dan Komandan Batalyon, yang menghilang karena tertangkap Belanda.
Sengitnya pertempuran dan rintangan jalan, tak menghentikan langkah pasukan untuk terus bergerak. Hingga akhirnya mereka tiba di tanah yang dirindukan, Jawa Barat.
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perjalanan ini dipenuhi pertumpahan darah dan tangisan air mata.
Baca SelengkapnyaPerjuangan para prajurit TNI yang harus bersiaga menjaga perbatasan
Baca SelengkapnyaPerjuangan dan semangat yang dimiliki pasukan tentara Indonesia melawan Belanda demi mempertahankan kemerdekaan begitu besar dalam peristiwa ini.
Baca SelengkapnyaMojang-mojang ini bak harimau betina yang mengamuk saat menjagal tentara NICA.
Baca SelengkapnyaBerikut kesaksian pilu anggota KKO TNI AL saat berjuang di operasi Dwikora hingga nyaris meregang nyawa. Simak informasinya.
Baca SelengkapnyaHal itu ia ungkap saat puncak Peringatan Hari Juang TNI AD ke-78
Baca SelengkapnyaMelalui acara tersebut, mereka ingin menunjukkan bahwa mereka bisa diandalkan untuk membantu kesulitan masyarakat.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan para pejuang tanah air pada masa revolusi yang tertangkap oleh tentara Belanda.
Baca SelengkapnyaKopral Bagyo mengidolakan seorang purnawirawan TNI AL Djoni Liem yang mendapatkan julukan Semburan Mulut Berbisa.
Baca SelengkapnyaBanyak orang Minahasa yang melakukan perantauan. Hal ini terjadi karena para pemuda Minahasa mulai menyadari bahwa dunia itu luas.
Baca SelengkapnyaPeristiwa berdarah di Tebing Tinggi, merupakan perjuangan para pemuda melawan penjajah pasca kemerdekaan Indonesia.
Baca SelengkapnyaSisingamangaraja XII juga dikenal sebagai Raja Tuan Marhajan Siregar, adalah seorang pahlawan dari Tanah Batak.
Baca Selengkapnya