Malu mengemis, Pak Amin berdagang sapu meski kaki pincang
Merdeka.com - Malam mulai larut, udara Kota Bandung yang dingin membuat siapa saja ingin bergegas pulang ke rumah dan bersembunyi di balik selimut. Namun, bagi Amin Hidayat, perjalanannya masih panjang. Dia masih terus menjajakan barang dagangannya, meski dengan jalan tertatih akibat kakinya yang pincang.
Pak Amin, pria paruh baya itu tampak lelah setelah seharian berkeliling dengan berjalan kaki menawarkan sapu, kemoceng, keset, yang digotong di punggungnya. Tidak lupa, tongkat penopang untuk berjalan disimpan rapi di samping kanannya. Tongkat itulah yang membantu dia melangkah mencari uang untuk sesuap nasi, memapah kaki kanannya yang tidak lagi sempurna karena kecelakaan.
"Sudah tiga tahun lebih kondisi bapak seperti ini (pincang), karena ditabrak motor di Jalan Kebonjati (Bandung)," ucap Amin membuka pembicaraan dengan merdeka.com di kawasan Jalan Purnawarman, Bandung, Selasa (10/12) malam.
-
Siapa saja yang diperbolehkan meminta-minta? Setidaknya terdapat tiga kriteria bagi seorang muslim untuk bisa meminta-minta kepada orang lain. Baik meminta dalam bentuk makanan maupun barang.
-
Siapa yang bisa melakukan jalan kaki? Kegiatan ini bisa dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, dan di mana saja, tanpa memerlukan peralatan khusus, kecuali sepasang sepatu yang nyaman.
-
Apa yang ditunjukkan ketika seseorang menyilangkan kaki? Dari cara duduk tersebut, kondisi seseorang bisa diketahui, apakah sedang merasa cemas, atau sedang santai dan penuh percaya diri.
-
Kenapa pedagang takjil senang berjualan? Cuan yang dikantongi dari berdagang Takjil menggiurkan lho ..
-
Kenapa kakek Hasan Ali tetap berjualan saputangan? Meski disarankan untuk beristirahat oleh anak-anaknya, Ali percaya tak ada yang bisa menghentikannya untuk terus bekerja setiap hari.
-
Gimana Komaruddin jalan kaki? Selama 14 hari berjalan, dia melewati sejumlah kota di Yogyakarta, Jawa Tengah, sampai Jawa Barat. Selama itu pula, dia turut dikawal para motor rider dari yayasan kesehatan di Bekasi di setiap kota, untuk memastikan kondisinya, termasuk menyediakan ambulans untuk berjaga-jaga.
Hari ini tampaknya menjadi hari yang melelahkan baginya. Sudah sekitar lima kilometer ia berjalan kaki. Rute yang dilalui dari Jalan Otto Iskandardinata (Pasar Baru), Jalan Wastu Kencana, Jalan Merdeka, Jalan Belitung. Belum satupun jualannya laku.
"Bapak baru jualan lagi hari ini, soalnya dua hari ke belakang hujan terus, pasti enggak bisa jualan. Saya jualannya muter-muter," ucap Amin yang tampak kelelahan.
Amin berkisah sudah sejak usia 20 tahun merantau di Bandung mengadu nasib. Ragam dagangan coba dilakukan hingga akhirnya berjodoh dengan barang-barang plastik tersebut. Amin muda sebenarnya cukup sukses, tapi pasang surut dagangan membuatnya harus berjuang lebih.
"Ya sekarang kondisinya seperti ini, saya sudah enggak punya tempat untuk berjualan, terpaksa harus berkeliling mencari pelanggan," katanya sembari menyeka keringat.
Untuk tidur, bapak empat anak ini hidup dari satu tempat ke tempat lain. "Saya tidur di masjid, karena sudah enggak punya tempat tinggal di Bandung," tuturnya.
Amin mengaku istri dan anaknya tinggal di Ciamis Jawa Barat. Melalui perjuangannya, ia juga harus berusaha menghidupi keluarganya di kampung. "Istri saya ibu rumah tangga, sedangkan anak enggak semuanya kerja, bahkan masih ada yang sekolah," katanya.
Dengan pendapatan seadanya, Pak Amin mensyukuri apa yang didapat dari hari demi harinya. "Kalau lagi ramai emang bisa dapat Rp 100 ribu. Itu juga karena ada yang mau ngasih lebih, tapi kalau lagi sepi yang nol rupiah saja. Apalagi kalau hujan, saya enggak bisa ke mana-mana, tapi saya bersyukur masih diberi tenaga dari pada harus meminta-minta," ungkapnya.
Kebetulan malam itu ada pengendara motor yang hendak membeli barang dagangannya. Satu buah kemoceng dan sapu yang dijual menambah pundi-pundi rupiahnya hari itu. Mengantongi Rp 50 ribu sudah lebih dari cukup. "Ya untuk makan dulu saja Alhamdulillah," terangnya yang bergegas melanjutkan perjalanan pulangnya.
Sambil menutup pembicaraan dia meminta doa agar selalu diberi kesehatan. "Doakan saja ya nak agar bapak selalu diberi kesehatan," ujarnya sambil kembali menggotong dagangannya dengan jalan tertatih-tatih.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penjual mainan ketemu Ganjar dan diajak untuk mampir ke rumahnya.
Baca SelengkapnyaTolak bantuan usai menolong temannya yang stroke, sikap bapak tukang becak ini bikin warganet salut.
Baca SelengkapnyaIa hendak menukar beberapa sendok dagangannya dengan sepiring nasi.
Baca SelengkapnyaSaat menerima nasi bungkus, kakek ini sengaja tak menghabiskan sayur dan lauknya lantaran untuk sang istri di rumah.
Baca SelengkapnyaPerkembangan teknologi menghadirkan banyak aplikasi yang memudahkan masyarakat untuk berbelanja dari jarak jauh.
Baca SelengkapnyaPak Alam berjualan tisu keliling dari Cikarang ke Jakarta. Ia naik kereta bersama putranya Sultan.
Baca SelengkapnyaDi tengah kelumpuhan yang dialami, pria malang itu rela berjuang demi bertahan hidup dan mencari rezeki.
Baca SelengkapnyaSimak kisah pilu seorang kakek penjual tangga bambu keliling yang sudah satu bulan berjualan tak laku.
Baca SelengkapnyaDiakuinya, sang putra tak mau bekerja hingga masih meminta uang.
Baca SelengkapnyaWalaupun sepi pengunjung, para pedagang pasar memilih bertahan tetap berjualan
Baca SelengkapnyaSejak istrinya meninggal, Abah Ucup merawat sang ibu yang sudah berusia 103 tahun seorang diri.
Baca SelengkapnyaPerjuangan pak Ahmad yang rela banting tulang jualan agar-agar demi keluarganya.
Baca Selengkapnya