Mbah Tumirah sudah hidup susah sejak zaman penjajahan Jepang
Merdeka.com - Mbah Tumirah, penjual kacang kering di parkiran selatan stasiun Tugu Yogyakarta mengaku sudah hidup susah sejak zaman penjajahan Jepang. Nenek berusia 109 tahun tersebut mengatakan saat penjajahan Jepang dia jarang makan karena takut keluar, karena banyak tentara Jepang kerap berpatroli di sekitaran rumahnya di Sosrowijayan, Gedongtengen, Kota Yogyakarta.
"Zaman penjajah Jepang, sama makan sehari bisa untuk dua atau tiga hari. Karena takut keluar, enggak punya makanan di rumah. Takut kalau diculik Jepang," katanya pada merdeka.com, Sabtu (16/5).
Bahkan karena begitu takut dengan Jepang, dia dan suaminya membuat lubang persembunyian di bawah rumahnya. Untuk menyembunyikan lubang tersebut, dia dan suaminya merobohkan rumahnya sehingga Jepang menyangka penghuni rumah sudah pergi.
-
Apa kebiasaan makan unik orang Indonesia? Mindset kalau makan harus pakai nasi ini juga malah mendorong kebiasaan makan unik lainnya. Apapun makanannya, yang penting ada nasinya!
-
Kenapa kakek itu selalu makan siang di tempat yang sama? 'Mulai makan di tempat biasa di restoran favorit mereka dengan fotonya, membuat cinta mereka tak terlupakan,' tulis keterangan dalam laman WTOC.
-
Kenapa Momo TWICE hanya makan sekali sehari? 'Ketika tidak berolahraga secara teratur dan menyadari bahwa berat badan bertambah, saya hanya makan satu kali sehari, dan saya mencoba makan apa yang saya sukai,' jelas Momo dalam wawancaranya dengan COSMOPOLITAN Korea.
-
Gimana tubuh bertahan tanpa makan? Tubuh kita memiliki mekanisme yang memungkinkannya bertahan hidup dalam situasi ketika makanan atau minuman tidak tersedia. Manusia dapat bertahan hidup selama beberapa hari tanpa air karena tubuh mampu menyesuaikan metabolisme dan mengatur konsumsi energi untuk bertahan hidup.
-
Apa makanan Mbah Marsiah? Sehari-hari Mbah Marsiah makan nasi jagung. Sayurnya daun pepaya. Sementara kondisi kamarnya sungguh memprihatinkan. Karena hanya berdinding bambu, banyak pori-pori dinding yang berlubang.
-
Bagaimana Pak Tarno bertahan hidup? Untuk bertahan hidup, Pak Tarno terpaksa harus berjuang sendiri. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari, ia harus bekerja terlebih dahulu. Pada saat-saat sulit, makanan yang bisa dijangkau hanya daun-daunan, karena ia tak mampu membeli beras.
"Saat itu anak saya masih kecil, itu pas Jepang datang, suami saya ya meninggal pas zaman Jepang," ujar nenek yang mengaku memiliki 7 cucu dan 22 cicit ini.
Saat suami sudah tiada dia bekerja sebagai buruh cuci pakaian dan juga buruh tani di ladang. Masa itu disebut sebagai masa yang begitu sulit. Kondisi mulai berubah ketika Indonesia merdeka dan Yogyakarta bergabung dengan Indonesia.
"Saya dari dulu tinggal ya di situ (Sosrowijayan) jadi bisa merasakan bagaimana perubahannya dari zaman Jepang dan zaman Kemerdekaan," ungkapnya.
Jika membandingkan zaman sekarang dengan zaman dulu, dia mengaku hidup lebih enak pada zaman dulu, sebab jika tidak punya uang untuk makan dia masih bisa makan dengan hasil kebun.
"Sekarang itu duit Rp 100 enggak bisa buat apa-apa, kalau dulu satu sen saja sudah bisa makan kenyang. Sekarang seribu saja makan enggak kenyang," tandasnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Walau hidup serba kekurangan, ia tampak selalu tersenyum
Baca SelengkapnyaPada masa pendudukan Jepang, masyarakat dipaksa memakan roti dan bubur sebagai pengganti nasi.
Baca SelengkapnyaWalaupun telah sembilan tahun berjuang dan ikut berbagai operasi penumpasan, namun Mbah Sarno belum bisa menyandang status sebagai seorang veteran
Baca SelengkapnyaKakek penjual kacang keliling ini ceritakan masa lalunya pernah jadi korban penculikan Jepang, kisahnya viral.
Baca SelengkapnyaSebuah keluarga yang memiliki dua bocah perempuan terpaksa harus tinggal di kampung mati tengah hutan dan setiap hari makan nasi pakai garam.
Baca SelengkapnyaKeluh kesah pria eks TKI Jepang yang kini rela bekerja di kampung halaman sebagai tukang bangunan.
Baca SelengkapnyaUntuk mengobati rasa lapar, setiap hari sang kakek makan nasi dengan dicampur air.
Baca SelengkapnyaKakek di Gorontalo hanya santap parutan kelapa untuk mengganjal perut lapar hingga disorot warganet.
Baca SelengkapnyaSimak kisah seorang bocah kelas 3 SD yang hidup hanya dengan makan nasi putih setiap hari.
Baca SelengkapnyaMbah Slamet sudah puluhan tahun tinggal di hutan itu. Berbagai macam gangguan pernah ia rasakan selama tinggal di sana
Baca SelengkapnyaBocah Papua harus rela tinggal berdua dengan adiknya selama berbulan-bulan karena orang tua mereka bekerja mencari kayu gaharu di tengah hutan.
Baca SelengkapnyaPria ini tinggal di asrama perusahaan dan menggunakan perabotan bekas. Tidak itu saja, dia juga membatasi makannya dengan seirit mungkin.
Baca Selengkapnya