Melihat tradisi Nyakan Diwang, masak di pinggir jalan Buleleng
Merdeka.com - Masyarakat Dalem Tamblingan di Kecamatan Banjar dan Busungbiu, Kabupaten Buleleng, Bali masih memelihara tradisi Nyakan Diwang atau memasak di pinggir jalan pada hari Ngembak Geni, yakni sehari setelah hari Raya Nyepi.
"Tradisi ini sudah turun temurun dijalankan oleh masyarakat di Desa Gobleg, Umejero, Munduk, Gesing dan beberapa desa lain di wilayah Kecamatan Banjar," ujar I Nyoman Arya Sidarta, seorang tokoh masyarakat asal Desa Umejero, Kamis (10/3).
Arya mememaparkan, secara filosofis tradisi Nyakan Diwang memiliki arti sebagai rasa wujud syukur, karena sehari sebelumnya dapat melaksanakan catur brata penyepian (empat larangan) dengan baik dan lancar.
-
Bagaimana suasana makan bersama? Terlihat suasana kebersamaan dan guyub rukun pada acara makan bersama itu.
-
Siapa yang bisa diajak masak bersama? Masak bersama anak saat weekend ternyata bisa jadi hal yang menyenangkan.
-
Mengapa masyarakat Gunungkidul makan bersama? Kelompok masyarakat itu berbagi tugas.
-
Siapa yang merasakan kebersamaan? Sahabat adalah mereka yang tahu semua kekuranganmu namun tetap memilih bersamamu ketika orang lain meninggalkanmu.
-
Bagaimana warga Jati Padang berbagi? Warga memilih pakaian saat bazar sayuran, bahan makanan dan bahu bekas layak pakai gratis di Jalan Jati Padang VI, Pasar Minggu, Jakarta, Jumat (29/3/2024).
-
Apa makna kebersamaan? 'Anda dapat tahu makna persahabatan, saat Anda mulai merindukan saat-saat kebersamaan'.
Empat larangan dalam Nyepi itu kata dia yakni Amati Geni (tidak menyalakan api). Amati Lelanguan (tidak boleh melaksanakan kegiatan yang berfoya-foya atau bersenang-senang). Amati Lelungan (tidak boleh berpergian, harus tetap diam di rumah). Amati Karya (tidak boleh melakukan pekerjaan).
Lebih jauh Arya mengungkapkan, makna lebih mendalam dari tradisi Nyakan Diwang adalah wujud menyama braya atau menjalin hubungan persaudaraan antarsesama karena ketika memasak di jalan terjalin rasa harmonis antartetangga dan masyarakat satu desa.
"Ketika bersama-sama memasak di pinggir jalan akan muncul suasana kebersamaan, di mana antara satu orang dengan lain saling tegur sapa setelah sehari sebelumnya melakukan brata (pertapaan di rumah masing-masing)," beber Arya.
Seperti diberitakan Antara, masyarakat yang melakukan tradisi Nyakan Diwang bangun pada subuh (Ngembak Geni), sekitar pukul 02.00 WITA. Mereka mulai menyiapkan tungku api berbahan batu-bata atau batako di depan rumah, tepat di pinggir jalan raya.
"Setelah sudah siap, warga mulai memasak berbagai kebutuhan, mulai dari nasi, lauk pauk dan lain-lainnya sambil bertegur sapa dan bercengkrama dengan warga lainnya," sambung Arya.
Arya mengungkapkan, salah satu tradisi tua ini sudah dilakukan sejak zaman nenek moyang masyarakat Buleleng, dan terus dilanjutkan hingga saat ini.
"Tradisi ini sudah ada sejak saya kecil dan tetap ajeg hingga saat ini. Pihak desa pakraman (adat) pun terus berupaya melestarikannya dengan mewajibkan krama (warga adat) membuat tungku masak tiap rumah," pungkasnya. (mdk/cob)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kabupaten Serang memiliki kearifan lokal yang hampir punah bernama Adang.
Baca SelengkapnyaBiasanya, tradisi ini dilaksanakan ketika hari besar Islam yaitu Idulfitri, Maulid Nabi, dan juga Iduladha.
Baca SelengkapnyaMenurut warga setempat, tradisi ini berguna untuk mengajak makan arwah leluhur di hari Lebaran.
Baca SelengkapnyaMakanan khas masyarakat Sulawesi Selatan ini terbuat dari beras yang dicampur dengan santan dan sedikit garam lalu dibungkus menggunakan daun pisang.
Baca SelengkapnyaDi balik pelaksanaannya, tradisi Nyadran memiliki nilai-nilai sosial budaya yang terkandung di dalamnya.
Baca SelengkapnyaNyawalan jadi ajang silaturahmi sekaligus melestarikan tradisi nenek moyang di Ciamis.
Baca SelengkapnyaArea sawah, kebun dan lingkungan sekitar rumah biasa dijadikan tempat terbaik untuk melaksanakan papahare.
Baca SelengkapnyaSeorang pengusaha asal Jakarta, Arsjad Rasjid membagikan momen makan nasi liwet bareng ibu-ibu dan petani di Karawang.
Baca SelengkapnyaKetua RW 14 Dede Suhada berharap agar ngaliwet bersama bisa menjadi kegiatan rutin karena bisa menjadi ajang meningkatkan kebersamaan warga.
Baca SelengkapnyaTradisi Puter Kayun bukan hanya warisan budaya, tetapi juga menjadi daya tarik wisatawan.
Baca SelengkapnyaTradisi ini dilakukan turun-temurun karena dianggap membawa keberkahan
Baca SelengkapnyaSaking serunya, tradisi Ngubyag sampai diikuti oleh warga luar kota.
Baca Selengkapnya