Mengenal Mobile Diving Chamber, Alat Pendukung Penyelam Operasi Sriwijaya SJ 182
Merdeka.com - Kegiatan operasi pencarian dan evakuasi insiden jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 masih berlangsung. Termasuk aktivitas penyelaman dari personel TNI AL sampai hari keempat masih terus dilakukan di sekitar perairan Pulau Laki dan Lancang, Kepulauan Seribu.
Dengan padatnya aktivitas penyelaman, TNI Angkatan Laut (AL) pun memutuskan mengerahkan satu alat, yakni Mobile Hyperbaric Chamber yang merupakan alat pendukung oksigen lengkap milik Dinas Potensi Maritim (Dispotmar) TNI AL.
Alat Hyperbaric Chamber pun terpasang di atas truck dan dimasukkan ke dalam KRI Semarang selaku kapal medis yang sejak Senin (11/1) sudah merapat ke titik lokasi operasi di perairan Pulau Laki dan Lancang.
-
Di mana operasi TNI AL berlangsung? Gugus Tempur Laut (Guspurla) Komando Armada III TNI Angkatan Laut menggelar Operasi Siaga Tempur Laut di perairan Papua dan Maluku yang melibatkan sejumlah kapal perang dan pasukan dari Korps Marinir serta Komando Pasukan Katak (Kopaska).
-
Bagaimana TNI melakukan upaya pembebasan pilot Susi Air? 'Ya, artinya 'kan mereka dari pihak OPM itu apakah mau kepada pihak kita atau mau langsung kepada pihak Newzeland sendiri. Kalau kita sih ke mana aja silakan,' ujarnya.
-
Apa yang dilakukan TNI untuk membebaskan pilot Susi Air? Agus pun tidak menjelaskan secara perinci apa dampak dari pendekatan tersebut hingga saat ini. Dia hanya memastikan akan terus berkoordinasi agar bisa berjalan dengan lancar.
-
Di mana pesawat jet itu hilang? Pesawat itu hilang di daerah danau 50 tahun lalu.
-
Kenapa KRI Nanggala (402) tenggelam? Investigasi atas penyebab kecelakaan tersebut menjadi fokus utama, dengan mencakup aspek-aspek seperti kemungkinan kesalahan manusia, kegagalan teknis, dan kondisi struktural kapal yang dapat menjadi faktor pemicu.
-
Kapan Tim SAR menangani korban laka laut di Parangtritis? Arif mengatakan, salah satu pengalamannya paling berkesan saat bertugas di Pantai Parangtritis adalah saat menangani korban laka laut di tahun 2014.
Serma Nurkholis selaku operator alat tersebut yang ditemui di KRI Semarang, menceritakan jika kehadiran alat ini tidak hanya sekedar memberikan dukungan dari segi medis. Lebih daripada itu, alat ini bisa juga menaikkan mental para penyelam, karena tidak khawatir apabila terjadi penyakit penyelam atau disebut dekompresi.
"Untuk memberikan support moril juga, karena seorang penyelam ketika dia bekerja atau beroperasi di bawah air, dan dia tahu dia didukung alat ini, itu menimbulkan satu ketenangan psikologi," tuturnya.
Ketenangan psikologi itu didapat, karena ketika seorang penyelam mengalami dekompresi bisa dengan segera ditangani dengan cepat dan tepat. Oleh sebab itu kehadiran Diving Chamber ini mutlak ketika sedang dilakukan operasi penyelaman.
"Alat ini mutlak diperlukan ketika berlangsungnya operasi penyelaman. Dan alat ini mendekat dengan personel atau pasukan yang sedang mengerjakan penyelaman," ujarnya.
Alat yang berbentuk seperti tabung dengan corak warna putih itu ternyata memiliki dua bagian ruang. Pertama bagian yang kecil hanya muat satu orang dengan posisi duduk, sementara pada bagian kedua itu terdapat tempat tidur dan satu tempat duduk.
©2021 Merdeka.com/Bachtiarudin AlamNantinya, saat pengoperasian Diving Chamber biasanya terisi dua sampai tiga orang dengan satu pendamping yang bertugas menjaga penyelam selama proses pengobatan.
"Kebetulan alat yang di bawa kita ini terdiri dari dua kompartemen untuk satu personel satu tender. Sebetulnya dua kompartemen dipakai bisa sampai tiga. Tapi kalau dengan tender dua orang dan satu tender," jelasnya.
Sementara untuk durasi pengobatan, kata Nurkholis, keputusan itu dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan dari dokter khusus hyperbaric yang telah stand by apabila terdapat penyelam yang mengalami dekompresi.
"Sesuai resep dokter, nanti ada dokter yang menentukan," jelasnya.
Sedangkan terkait proses gambaran ketika mesin diving chamber ini berkerja, Nurkholis menggambarkan nantinya penyelam akan memakai masker yang terpasang di dalam. Setelah mesin dinyalakan barulah oksigen dengan tekanan besar akan disemprotkan kepada penyelam yang berada di dalam.
"Karena tekanan bisa terjadi apabila penyelam terlalu lama menyelam di air. Atau bisa jadi karena penyelam keluar dari prosedur penyelaman normal sehingga menyebabkan dekompresi," ujarnya.
"Maka alat ini berfungsi untuk merecovery (memulihkan) para penyelam, agar kembali ke posisi kesehatan yang prima atau sebelum terjadinya dekompresi tersebut," tambahnya.
Lebih lanjut, Nurkholis mengatakan bila sampai saat ini belum ada penyelam yang memakai mobile diving chamber disediakan KRI Semarang. Hal itu dapat menandakan bila kondisi para penyelam masih sehat dan prima selama operasi dilakukan.
Lebih Dari 160 Penyelam Dilibatkan
Sebelumnya, TNI Angkatan Laut telah menerjunkan sekitar 160 penyelam yang tergabung dalam berbagai kesatuan, dalam operasi pencarian dan evakuasi Pesawat Seiwijaya Air SJ 182 yang jatuh di sekitar perairan Pulau Laki dan Lancang, Kepulauan Seribu pada Sabtu (9/11) lalu.
"Total ada 160 Penyelam dari Marinir, Kopaska AL, Denjaka," sebut Laksamana Yayan Sofyan selaku Komandan Satuan Tugas Laut (Dansatgasla) Operasi Sriwijaya Air saat ditemui wartawan, di KRI Semarang, (11/1).
Dia menjelaskan secara teknis dalam melakukan proses penyelaman, para personel telah diatur untuk secara bergantian saat proses menyelam dengan jeda waktu sekitar 30 menit. Hal itu bertujuan menjaga stamina penyelam.
"Ada yang stand by. Dia (personel) menyelam katakanlah 30 menit. Terus kemudian bergantian lagi, dua orang dua orang menyebar, bergantian lagi menyelam. Sehingga stamina mereka tetap bagus," jelasnya.
Sementara untuk malam hari para personel penyelam telah ditempatkan di sejumlah posko untuk beristirahat dan melanjutkan pencarian di esok harinya.
"Malam ini istirahat yang bekerja KRI Rigel untuk pencarian data. Semua Penyelam tidak hanya di sini, ada di darat, ada di Posko," sebutnya.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pencarian korban dilanjutkan hari ini menggunakan RIB Kamajaya.
Baca SelengkapnyaKM Lebanon tenggelam akibat dihantam ombak besar. Sebanyak 19 penumpang dilaporkan selamat setelah ditolong nelayan setempat.
Baca Selengkapnya12 survivor tersebut ditemukan dan kemudian diselamatkan Tugboat Kharisma Bahari 168 yang melintas dari rute pelayaran dari Saumlaki Maluku menuju Gresik.
Baca SelengkapnyaProses evakuasi nelayan dari dermaga yang berada di Kecamatan Tegalbuleud ini membutuhkan waktu yang cukup lama yakni dari pagi dan baru selesai sore.
Baca SelengkapnyaBaru beberapa bagian dari dua bangkai pesawat telah berhasil dievakuasi dari lokasi kecelakaan.
Baca SelengkapnyaSaat ini, tim gabungan masih mencari tiga korban hilang.
Baca SelengkapnyaDokter tersebut hilang setelah perahu yang digunakan untuk memancing ikan terbalik dihantam gelombang
Baca SelengkapnyaKapal tersebut berangkat dari Pelabuhan Brondong, Lamongan, Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaKedua korban saat ini dibawa ke RS Polri Kramat Jati.
Baca SelengkapnyaSeorang kru yang selamat mengaku sempat melihat temannya meninggal dunia di tengah lautan
Baca SelengkapnyaKapal pengangkut barang, KM Lintang Timur Selatan, karam di Selat Malaka, Senin (31/7) sekitar pukul 07.30 WIB. Sebelas awaknya pun hilang.
Baca SelengkapnyaKapal nelayan pencari teripang asal Sulawesi Tenggara, terombang-ambing dua hari akibat patah kemudi di dekat perbatasan Indonesia-Australia.
Baca Selengkapnya